Amoniasi Meningkatkan Kualitas Pakan Ternak
Hijauan merupakan sumber pakan utama yang harus selalu tersedia dalam jumlah cukup dan berkualitas guna meningkatkan produksi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba). Hijauan yang umum diberikan untuk ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang, serta pinggiran jalan.
Walau demikian, masih ada sumber pakan ternak yang belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu limbah produksi padi berupa jerami. Ketersediaan jerami padi cukup melimpah, namun pemanfaatannya untuk pakan ternak belum banyak dilakukan di Indonesia.
Jerami yang tersedia umumnya tidak dalam keadaan baik untuk digunakan sebagai pakan ternak, karena busuk dan basah terendam air sawah atau hujan.
Kandungan Gizi
Jerami padi merupakan hasil ikutan pertanian terbesar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta ton per tahun.
Produksinya per hektare sawah padi bisa mencapai 12-15 ton, atau 4-5 ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman (Subagyo, 2008).
Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39 %, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62 %, dan sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industri (Syamsu, 2008).
Oleh karena itu, jerami padi mempunyai potensi yang sangat baik untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia agar dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga Swasembada daging dapat tercapai.
Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak kerap dilakukan di daerah tropik, terutama pada musim kemarau.
Tapi penggunaannya itu mengalami kendala berupa nilai nutrisi yang rendah. Mulai dari kandungan nitrogen, kalsium, hingga fosfor. Sebaliknya, kandungan serat kasar(lignin, selulosa, dan silica) justru tinggi, sehingga mengakibatkan daya cerna rendah dan konsumsinya menjadi terbatas.
Kandungan gizi jerami padi terdiri atas protein kasar 4,5 %, serat kasar 35 %, lemak kasar 1,55 %, abu 16,5 %, kalsium 0,19 %, fosfor 0,1 %, energi TDN (Total Digestible Nutrients) 43 %, energi DE (Digestible Energ y) 1,9 kkal/kg, dan lignin yang sangat tinggi (Siregar, 1995; Sutrisno, 1988).
Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak, maka daya cernanya rendah dan proses pencernaannya lambat, sehingga total yang dimakan per satuan waktunya menjadi sedikit.
Saat ini pemerintah masih mengimpor daging sapi dari Australia dan Selandia Baru. Sedangkan tawaran impor daging sapi dari Brazil ditolak berbagai lembaga seperti HKTI, KTNA, GKSI,dan Dekopin, karena dikhawatirkan tidak terbebas dari penyakit mulut dan kuku atau PMK (Muba rdjo, 2008).
Target pemenuhan swasembada daging pada tahun 2010 dilakukandengan program percepatan pencapaian swasembada daging sapi (P2SDS).
Tahun ini, Departemen Pertanian mengembangkan sapi sebanyak 1 juta ekor. Tentu saja hal ini memerlukan pakan yang banyak dan berkualitas.
Proses Amoniasi
Salah satu tindakan yang harus dilakukan adalah mencari teknologi pakan yang mudah, murah, dan ekonomis. Amoniasi merupakan salah satu pilihan terbaik.
Prinsip amoniasi adalah penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang dicampurkan dalam jerami. Amoniasi bisa dilakukan dengan cara basah dan kering.
Cara basah dengan melarutkan urea ke dalam air, kemudian dicampurkan dengan jerami. Pada cara kering, urea langsung ditabur ke jerami secara berlapis. Pencampurannya harus dilakukandalam kondisi hampa udara (anaerob) dan dibiarkan / disimpan selama satu bulan. Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silicayang terdapat pada jerami. Sebab, ketiga komponen itu merupakan factor penyebab rendahnya daya cerna j e r a m i .
Amoniasi dapat meningkatkan kualitas gizi jerami agar dapat bermanfaat bagi ternak. Proses ini dapat menambah kadar protein kasar dalam jerami. Kadar protein kasar diperoleh dari amonia yang terdapat dalam urea.
Amonia berperan memuaikan serat selulosa. Pemuaian selulosa akan memudahkan penetrasi enzim selulase dan peresapan nitrogen, sehingga meningkatkan kandungan protein kasar jerami.
Jerami yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami yang tidak diamoniasi. Sebab kandungan senyawa karbohidrat yang sederhana menjadi lebih besar.
Amoniasi juga sangat efektif untuk membebaskan jerami dari kontaminasi mikroorganisme dan menghilangkan aflatoksin yang ada di dalamnya.
Penggunaan teknologi amoniasi perlu dikembangkan dan ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan, agar program pencapaian swasembada daging dapat tercapai dan terealisasi.Pengembangan secara intensif perlu dilakukan agar bisa lebih memberdayakan sumber daya lokal dan menghindari ketergantungan impor makanan ternak.
3. AMONIASI
Pengawetan pakan dengan Amoniasi bisa dilakukan dengan mudah , menyenangkan aman dan menguntungkan, selama mengikuti beberapa syarat tahapan yang simpel, agar pekerjaan yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang di kehendaki .
Hijauan sebagai pakan ternak semakin hari semakin sulit di dapat, terlebih saat musim kemarau panjang. Walau demikian limbah produksi padi, yaitu jerami padi cukup berlimpah, bahkan sebagian dibakar. Sebetulnya jerami tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk ternak. Namun karena pemanfaatan jerami untuk pakan ternak masih belum umum di lakukan di Indonesia, maka jerami yang tersedia umumnya tidak dalam kadaan baik untuk di pergunakan dalam amoniasi jerami.
Jerami itu sendiri untuk pakan ternak sebetulnya kualitasnya sangat rendah, sehingga harus di olah terlebih dahulu agar kualitasnya meningkat. Kandungan gizi jerami padi yang berupa protein hanya 3-5 %, padahal hijauan rumput, misalnya rumput gajah mencapai 12-14%. Demikian pula kadar vitamin dan mineralnya juga sangat rendah, sehingga jerami padi dikategorikan pakan yang “miskin” gizi
Disamping itu serat jerami sangat liat, atau dengan kata lain kecernaannya rendah, hanya sekitar 25-45%, tergantung varietasnya.
Amoniasi jerami padi dapat meningkatkan kadar nutrisi dan meningkatkan kecernaan nya sehingga bisa lebih berdaya guna sebagai pakan ternak ruminansia
PENGAWETAN HIJAUAN DENGAN AMONIASI
Dalam setiap hijauan termasuk di dalamnya adalah jerami padi, terdapat Sellulosa dan hemisellulosa yang merupakan bagian dari serat kasar hijauan. Keduanya secara kimia merupakan rantai yang panjang dari glukosa. Ikatan rantai ini cukup kuat. Disamping itu mereka juga berikatan dengan lignin, ikatan inipun lebih kuat dari ikatan diantara sellulosa tadi. Semua jalinan ikatan tersebut secara keseluruhan sangat tahan tahan terhadap “serangan” enzim yang dikeluarkan oleh mikroba rumen (pencernaan). Sehingga kandungan sellulosa dan hemisellulosa, tidak dapat di cerna dan di manfaatkan tubuh ternak sebagai energi.
Pengolahan amoniasi adalah suatu proses pememotongan ikatan rantai tadi dan membebaskan sellulosa dan hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami padi, sehingga ikatan tadi bisa terlepas dan berganti ikatan dengan NH3, dan saat yang sama sellulosa serta hemisellulosa akan terlepas dari ikatan. Dengan demikian maka sifat kecernaan jerama akan meningkat, juga kadar proteinnya juga meningkat karena NH3 yang terikat akan berubah menjadi senyawa sumber protein.
Dengan demikian keuntungan amonisasi adalah :
· Kecernaan meningkat
· Protein jerami meningkat.
· Menghambat pertumbuhan jamur.
· Memusnahkan telur cacing yang terdapat dalam jerami.
Dengan keuntungan yang di dapat tersebut maka proses pengawetan dengan sendirinya juga terjadi.
Tujuan pembuatan Amonisasi:
Jika dilihat dari nilai nutrisi secara detail, jerami padi ini mempunyai kandungan protein 4,5 – 5,5%, lemak 1,4 - 1,7 %, serat kasar 31,5 – 46,5%, abu 19,9 – 22,9%, kalsium 0,19%, fosfor 0,1% dan BETN 27,8 – 39,9%.
Dengan demikian karakteristik jerami padi sebagai pakan ternak tergolong hijauan bermutu rendah. Selain kandungan nutrisinya yang rendah, jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya tinggi sekali. Daya cerna yang rendah itu terutama disebabkan oleh struktur jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan pada jerami telah mengalami proses lignifikasi (pengerasan) sehingga terbentuk ligriselulosa dan lignohemiselulosa.
Selain oleh adanya proses lignifikasi, rendahnya daya cerna ternak terhadap jerami disebabkan juga oleh tingginya kandungan silikat. Lignifikasi dan silifikasi tersebut secara bersamaan akan semakin meurunkan dayaa cerna jerami padi.
Rendahnya kandungan nutrisi jerami padi dan sulitnya daya cerna jerami, menyebabkan jerami menjadi pakan ternak ruminansia sangat rendah manfaatnya Tujuan pembuatan Amonisasi adalah meningkatkan kualitas jerami yang rendah kandungan nutrisinya, menjadi jerami yang kandungan nutrisinya memadai, serta makin tingi daya kecernaannya
Kandungan amonia juga akan digunakan oleh mikroba rumen dalam aktivitas sintesis protein, sehingga bisa membuat jerami padi menjadi lebih baik untuk dikonsumsi dan daya cernanya yang tinggi.
Prinsip Dasar Amonisasi
Diatas telah di bahas bahwa jerami padi merupakan pakan ternak yang miskin nutrisi dan sulit di cerna oleh ternak.
Penyebab dari rendahnya kecernaan adalah terdapat lignin sekitar 6-7%. Lignin tidak dapat dicerna dalam rumen atau dalam pencernaan. Juga mengandung 13 % silikat. Silikat dan lignin ini bagaikan kaca pelapis, yang melapisi zat-zat yang berguna dan bernilai energi tinggi seperti protein, selulose, hemiselulose. Disamping itu ikatan serat di dalamnya juga sangat kuat. Sehingga jerami padi di golongkan pada pakan yang kurang berdaya guna untuk pertumbuhan ternak.
Amoniasi tujuannya adalah untuk memecah kaca pelindung tersebut diatas, serta mengurai ikatan serat yang sangat kuat pada dinding jerami tersebut, agar sellulosa dan hemisellulosa, yang mempunyai nilai energi sangat tinggi bisa di cerna dan diserap oleh pencernaan ternak ruminansia
Terdapat beberapa bahan kimia yang dapat dimanfaatkan seperti kaustik soda (NaOH), Urea dan bahan kimia lainnya, namun disamping kurang aman bagi lingkungan, harga dan cara penanganannya sangat banyak membutuhkan biaya.
Bahan kimia yang paling murah dan mudah di dapat serta mudah penanganannya adalah dengan menggunakan Urea
Urea merupakan salah satu sumber amoniak (NH3) berbentuk padat. Urea yang banyak beredar untuk pupuk tanaman pangan kadar nitrogen yang terkandung didalamnya adalah 46 persen.
Dosis amoniak yang biasa digunakan secara optimal adalah 4 – 6 % NH3 dari berat kering jerami. Kurang dari 3 % tidak ada pengaruhnya terhadap daya cerna maupun peningkatan kandungan protein kasar, tetapi amoniak ini hanya berfungsi sebagai pengawet saja. Bila lebih dari 6 % amoniak akan terbuang karena tidak sanggup lagi diserap oleh jerami dan akan lepas ke udara bebas, kerugiannya hanya pemborosan amoniak yang berarti kerugian ekonomis saja.
Bahan pembuatan Amoniasi
Jerami padi. Pupuk Urea
Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Amoniasi :
Tumbuhan yang berdinding keras, seperti batang padi, atau jerami yang berkualitas baik, artinya tidak busuk ataupun basah karena terendam air sawah maupun hujan
Proses pembuatan Amoniasi:
Penyediaan perlengkapan dan peralatan
1. Sediakan jerami padi yang sudah kering dan dalam keadaan baik.
2. Sediakan kotak untuk mencetak jerami dengan ukuran yang di sesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan lokasi peternakan
3. Sediakan tali pengikat jerami yang telah di cetak.
4. Siapkan lembaran plastik untuk pembungkus jerami
5. Sediakan karung plastik untuk mengantongi bungkusan jerami.
6. Sediakan urea dalam jumlah yang memadai sesuaikan dengan jumlah jerami, 4-6 kg urea untuk setiap 100 kg jerami padi),
7. Sediakan timbangan yang sesuai dengan berat tiap ikatan jerami
8. Sediakan tempat penyimpanan jerami, yang terlindung dari hujan dan sengatan sinar matahari.
Tahapan yang paling praktis amoniasi jerami adalah sebagai berikut:
1. Pencetakan Jerami
Tujuan pencetakan adalah , agar mempermudah penyusunan jerami saat dilakukan proses amoniasi, mempermudah penghitungan jumlah dan timbangan jerami.
Masukan jerami-jerami tersebut kedalam kotak cetakan yang telah di sediakan. Lakukan pemadatan atau pengepresan terhadap jerami yang berada di dalam kotak cetakan tersebut. Setelah padat , keluarkan jerami tersebut.
Mohon di catat disini, bahwa pemasukan jerami kedalam cetakan , bisa dan akan dilakukan selapis demi selapis, pemadatan juga dilakukan selkapis demi selapis. Guna mengakomodasi penebaran urea yang lebih merata.
2. Pengikatan.
Jerami yang telah di keluarkan dari kotak cetakan, di ikat dengan menggunakan tali rafia atau tali lain yang tersedia dan cukup kuat.
3. Penimbangan
Jerami yang telah terikat dalam bentuk kotak/balok ditimbang. Lakukan penimbangan untuk beberapa ikat jerami, agar di dapat berat rata-rata untuk setiap ikatnya. Sehingga untuk selanjutnya tidak usah semua djerami di timbang seluruhnya, cukup dengan mengetahui jumlah ikatan balok jerami, dapat di ketahui jumlah berat nya
4. Penaburan urea
Cara yang terbaik dalam penaburan urea adalah dengan cara menaburkannya selapis demi selapis saat melakukan pencetakan dlam kotak cetakan. (lihat catatan di poin 1) Setelah mengetahui berat jerami untuk tiap pencetakan maka akan segera di ketahui jumlah urea yang di butuhkan. Yaitu dengan menghitung berat rata-rata tiap ikatan balok jerami di kalikan dengan 4-6%, misal berat tiap ikatan balok jerami adalah 100 Kg, maka jumlah urea yang di butuhkan adalah 6 Kg.
Lakukan penakaran untuk 6 Kg urea, dengan menggunakan wadah , misalnya ember kecil. Satu ember penuh menampung 6 Kg urea. Maka untuk setiap pencetakan membutuhkan satu ember urea.
Setelah satu lapisan jerami di padatkan , taburkan urea secukupnya , misal 1Kg. Kemudian letakan dan padatkan lapisan jerami berikutnya, kemudian taburkan kembali urea di atas lapisan tersebut. Demikian seterusnya sehingga saat cetakan jerami di keluarkan dari cetakannya dan di ikat, bisa langsung di lakukan pembungkusan, tanpa perlu menaburinya lagi dengan urea
Cara yang kedua adalah, jerami yang telah diikat ditaburi urea . Penaburan urea ke dalam ikatan jerami harus dilakukan secara merata, agar proses amoniasi jerami padi berjalan dengan baik.
Dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami jumlahnya sekira 4%-6% dari berat jerami. Dengan kata lain, setiap 100 kg jerami padi yang akan diamoniasi membutuhkan urea sebanyak 4-6 kg.
Jika dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami
5. Pembungkusan
Jerami yang telah ditaburi urea harus segera dibungkus dengan rapat. Bahan pembungkus yang digunakan biasanya berupa lembaran plastik dengan ketebalan yang cukup memadai. Pembungkusan ini sangat penting dilakukan agar tercipta kondisi hampa udara (an-aerob). Proses amoniasi harus berlangsung tanpa kehadiran udara, sehingga pembungkusan harus dilakukan secara hati-hati. Untuk mencegah kebocoran, jerami yang telah ditaburi urea dapat dibungkus dengan lembaran plastik sebanyak dua lapis atau lebih.
6. Pengarungan
Jerami yang telah terbungkus di masukan kedalam karung, agar mudah penanganannya, serta melindungi kerusakan plastik pembungkusnya yang dapat mengakibatkan kebocoran.
7. Penempatan
Karung-karung yang berisi jerami tersebut harus disimpan di tempat yang teduh dan terhindar dari air hujan. Untuk mengoptimalkan penggunaan gas amoniak oleh jerami, maka sebaiknya karung-karung tersebut disusun bertumpuk ke atas, di atas karung yang teratas sebaiknya diberi beban agar ada tekanan ke bawah. Proses penyimpanan ini membutuhkan waktu selama 1 bulan atau 30 hari.
8. Pembukaan
Satu bulan kemudian, jerami yang terbungkus dapat dibuka dari kemasannya. Pembukaan tersebut harus dilakukan secara hati-hati karena akan membuat mata menjadi perih. Jerami amoniasi yang baik ditandai dengan bau amoniak yang sangat menyengat. Oleh karena itu, jerami amoniasi tersebut harus dibiarkan di udara terbuka dan di angin-anginkan terlebih dahulu agar bau amoniak dapat berkurang.
Jerami amoniasi harus disimpan di ruang penyimpanan beratap dengan ventilasi yang memadai. Jika jerami amoniasi dibiarkan di udara terbuka dan terkena air hujan, maka akan terjadi proses pelapukan atau dekomposisi pada jerami tersebut. Penyimpanan dapat dilakukan hingga satu tahun dengan kualitas yang tetap terjaga.
9.Pemberian pakan Jerami Amoniasi
Jerami amoniasi dapat diberikan pada ternak dalam bentuk utuh, atau .dicampur dengan makanan tambahan atau penguat lainnya untuk meningkatkan palatabilitas dan mengimbangi kandungan kandungan nitrogen non-protein pada urea. Pemberian jerami amoniasi sebagai makanan pokok membutuhkan air minum sebagai faktor yang sangat perlu diperhatikan ketersediaannya.
Bagi Pemula:
Setelah membaca penjelasan di atas maka proses amoniasi akan sangat mudah di fahami dan sangat mudah di buatnya. Namun Bagi para pemula hal ini tak ubahnya seperti resep masakan, dengan resep yang sama belum tentu menghasilkan masakan yang sama lezatnya. Karena proses pembuatannya , lingkungannya serta keterampilan dan pengalaman pemasaknya berbeda-beda.
Lakukan pembuatan amoniasi dalam sekala sangat kecil terlebih dahulu. Buatlah sepuluh unit atau sepuluh kantung jerami amoniasi, lima unit dengan cara penaburan urea saat pencetakan (sebut cara A), lima unit lainnya sesudah pencetakan (sebut cara B). Jangan lupa memberikan tanda yang sama untuk kemasan unit yang sama, agar tidak bingung saat melakukan pemeriksaan dan pembandingan nantinya
Setiap enam hari buka dua unit kemasan masing-masing satu unit cara A dan satu unit cara B. Lakukan analisa pemeriksaan, dan catat hasilnya. Dengan demikian pada minggu ke lima atau hari ke 30, anda bisa melihat perbedaan antara kedua cara penebaran urea tersebut. Hasil yang lebih baik agar di pergunakan sebagai standard kerja anda pada pembuatan amoniasi berikutnya , yang tentunya dalam sekala yang lebih besar sesuai dengan kebutuhan anda.
Kriteria Amoniasi :
Kriteria hasil amoniasi yang baik adalah :
· Berwarna kecoklat-coklatan.
· Kering.
· Jerami padi hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya.
Penyimpanan Hasil Amoniasi:
Jerami hasil amoniasi atau jerami amoniasi, jika di keluarkan dari pembungkusnya harus diletakkan pada tempat atau rang yang terbuka tapi terlindung dari air hujan dan sengatan matahari. Air akan menyebabkan terjadinya pembusukan secara cepat pada jerami amoniasi.
Semakin lama di simpan maka bau amonia nya akan makin hilang, dan semakin baik pula di berikan sebagai pakan ternak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar