Join emridho's empire

Jumat, 30 Desember 2011

MANAJEMEN PAKAN









MANAJEMEN PAKAN
Prof. Dr. Ir. Sunarso, MS dan Ir. M. Christiyanto, MP


PENDAHULUAN
Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh 3
faktor yang sama pentingnya, yaitu:                  1) breeding      (pemulia biakan,
bibit),     2) feeding        (pakan), dan          3) management (tata laksana).
Namun jika dilihat dari total biaya produksi dalam usaha
peternakan, maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi
yaitu sekitar 75%nya. 
Pada umumnya pengertian pakan                   (feed) digunakan untuk
hewan, sedangkan pengertian pangan                       (food) digunakan untuk
manusia. Berkaitan dengan  pakan, maka dihadapkan pada
masalah-masalah:               kuantitatif,          kualitatif,          kontinuitas,           dan
keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya.
Bahan pakan (bahan makanan ternak) adalah segala sesuatu
yang dapat diberikan kepada ternak (baik berupa bahan organik
maupun organik) yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna
tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Bahan makanan sekurang-kurangnya mempunyai 3 fungsi/peran,
yaitu: a) peran sosial, b) peran psikologis, dan c) peran fisiologis.
Zat pakan (zat makanan) adalah bagian dari bahan pakan
yang dapat dicerna, dapat diserap dan bermanfaat bagi tubuh (ada
6 macam zat pakan: air, mineral, karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin).
Ransum  adalah campuran 2 atau lebih bahan pakan yang
disusun untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam.








BAHAN PAKAN
Secara umum telah dikenal pengertian pakan berdasarkan
asalnya      (nabati dan hewani), berdasarkan sifatnya                       (hijauan dan
konsentrat)  dan berdasarkan sumber zat gizinya (sumber protein,
mineral, energi). 
Namun secara internasional bahan pakan dibagi dalam 8
kelas, yaitu:
1.   Pakan kasar          (roughage), adalah bahan pakan yang banyak
mengandung serat kasar (lebih dari 18%) dan rendah
energinya. Contoh: jerami (jerami dari padi, jagung, pucuk
tebu), hijauan kering dll.
2.   Hijauan segar        (green forage, pasture). Contoh: rumput/hijauan
segar lainnya yang baru dipotong, padang rumput dll.
3.   Silase    (silage) adalah hijauan yang sengaja diawetkan melalui
proses fermentasi secara tanpa udara/oksigen                       (anaerob) dalam
suatu tempat yang disebut silo.
4.   Sumber energi adalah pakan yang banyak mengandung energi
(kandungan energi lebih dari 2250 Kkal/kg). Contoh: butir-
butiran (jagung, sorghum/cantel, kedele, kacang dll), umbi-
umbian (ketela pohon, ketela rambat, kentang dll.), minyak
(kelapa, sawit, kedele dll.), lemak hewan (tallow), hasil samping
industri pertanian (bekatul, pollard, tetes dll.).
5.   Sumber protein adalah pakan yang mengandung protein lebih
dari 20%. Contoh: umumnya pakan asal hewani (tepung ikan,
tepung daging, susu skim, tepung darah dll.), kacang-
kacangan/leguminosa (kacang tanah, kedele, turi, gamal,
lamtoro dll.); bungkil (bungkil dari kelapa; kelapa sawit; kedele;
kacang; kapok; kapas; jagung dll).








6.   Sumber mineral. Contoh: tepung tulang, kerang, kapur,
dicaphos (dicalcium phosphate), tricaphos (tricalcium phosphate),
garam dll.
7.   Sumber vitamin. Contoh: buah-buahan, tauge, hijauan kacang-
kacangan, wortel dll
8.   Bahan     additive  adalah bahan yang perlu ditambahkan dalam
jumlah relatif sedikit yang kadangkala diperlukan untuk
melengkapi         ransum         yang       disusun.         Contoh:        penambah
aroma/cita rasa, asam amino/campuran asam amino, vit-min
mix.
Dalam pemilihan bahan pakan atau ransum sebaiknya
memperhatikan beberapa persyaratan/pertimbangan antara lain:
a) bahan itu mudah didapat, b) murah harganya, c) tidak bersaing

penggunaannya

dengan

manusia,

d)

tidak

beracun,                    

e) mengandung zat pakan yang sesuai dengan tujuan beternak. 
Beberapa bahan pakan mengandung zat anti-nutrisi yang
dapat bersifat toksik (racun) bagi ternak, misalnya: ketela pohon
(asam sianida mengakibatkan gangguan metabolisme); lamtoro
(mimosine); turi (asam sianida); bayam (asam oksalat); daun wortel
(carota toxin); daun kol (asam oksalat); rumput setaria (asam
oksalat); biji sorghum (tannin); bungkil biji kapok (asam
siklopropenoat); bungkil biji kapas (gosipol); bungkil jarak (risin).
Oleh        sebab         itu       penggunaannya             dalam         ransum          perlu
dipertimbangkan sampai batas tertentu, dan dikaitkan dengan
tujuan beternak.


PERAN MAKANAN
Pakan sekurang-kurangnya mempunyai 3 peran, yaitu:
a.   Peran       Sosial       adalah        segala       sesuatu         yang      menyangkut
penggunaan bahan makanan dalam hidup bermasyarakat









(nampak jelas pada manusia). Pada hewan misalnya kita sering
melihat ayam jago yang memanggil-manggil ayam betina bila
menemukan makanan.
b.   Peran Psikologis (lebih sulit dimengerti dan dilihat karena
seringkali tidak ada sangkut pautnya dengan nilai gizi atau cita
rasa bahan makanan), peran ini erat hubungannya dengan
adat kebiasaan, agama, aroma dan aspek bahan makanan.
Ayam misalnya lebih menyukai pakan yang berbentuk butiran
daripada tepung, warna tertentu (merah atau hijau); ternak
ruminansia mempunyai kebiasaan mengendus-endus makanan
selama makan, dan menghindari bau yang asin.
c.   Peran       Fisiologis        adalah:        1)     menyediakan          energi       untuk
melangsungkan berbagai proses dalam tubuh, 2) menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan
tubuh yang aus atau terpakai, 3) Mengatur kelestarian proses-
proses dalam tubuh dan kondisi lingkungan dalam tubuh.


ZAT PAKAN
Dalam definisi tersebut diatas maka sebenarnya jelas sekali
bahwa tidak ada perbedaan yang hakiki diantara  bahan makanan
kita dengan bahan makanan ternak. Semuanya merupakan
himpunan dari ke 6 macam zat makanan tersebut.
1.   Air.   Air lebih penting peranannya bagi kehidupan dari pada
energi, dan minum air menempati posisi nomor 2 setelah
bernafas. Peranan air dalam tubuh erat hubungannya dengan
sifat fisik dan kimianya, yaitu: a) sebagai pelarut zat pakan; b)
sebagai pengangkut zat pakan; c) membantu kelancaran proses

pencernaan,

penyerapan

dan

pembangunan

ampas

metabolisme; d) memperlancar reaksi kimia dalam tubuh; e)
sebagai pengatur suhu tubuh; f) membantu kelancaran kerja









syaraf dan pancaindera; g) sebagai bantalan yang melindungi
organ dari goncangan/trauma dari luar; h) sebagai pelicin.
2.   Mineral.     Peranan mineral: a) memelihara kondisi ionik dalam
tubug; memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh; c)
memelihara tekanan osmotik dalam tubuh; d) menjaga
kepekaan syaraf; e) mengatur transport zat pakan; f) mengatur
permeabilitas membran sel; g) kofaktor enzim dan mengatur
metabolisme.
3.   Protein. Peranan protein dalam tubuh adalah sebagai berikut:
a) bahan pembangun dan pengganti tenunan tubuh yang aus
atau terpakai; b) bahan baku pembuatan enzim, hormon, dan
zat kekebalan (antibodies); mengatur lalulintas cairan tubuh
dan zat yang larut di dalamnya ke dalam dan ke luar sel;
menyediakan energi.
4.   Lemak. Fungsi lemak dalam tubuh: a) sumber energi; b)
sumber air metabolik; c) Insulator, ikut berperan dalam
mengatur suhu tubuh; d) sebagai bantalan untuk melindungi
organ; e) sebagai carrier vitamin A, D, E, dan K; f) carrier asam
lemak esensial; g) bahan baku pembentukan hormon steroid.
5.   Karbohidrat.       Merupakan bagian dari bahan organik yang
paling banyak terdapat dalam pakan dan dibutuhkan oleh
tubuh. Peranan karbohidrat adalah: a) sumber energi; b)
pembakar lemak; c) memperkecil penggunaan protein menjadi
energi; d) menambah cita rasa; e) memelihara kesehatan dan
fungsi normal alat pencernaan.
6.   Vitamin. Setiap vitamin yang telah kita kenal mempunyai
peranan yang berbeda-beda, oleh karena itu agak sulit
melakukan generalisasi tentang peranan vitamin. Peranan
vitamin dapat diikhtisarkan sebagai berikut: a) membantu
pembentukan dan pemeliharaan sel-sel jaringan epithel; b)








memperlancar metabolisme energi; c) membantu pembentukan
collagen tenunan pengikat; d) membantu pembentukan tulang;
e) sebagai antioksidan; f) membantu proses pembekuan darah.


PROSESSING PAKAN
Prosesing pada bahan pakan sangat penting karena dapat
memberikan keuntungan, atau bahkan mengakibatkan kerugian
jika misalnya terjadi kerusakan  fisik maupun kimia yang tidak
dikehendaki. Beberapa contoh yang lazim dilaksanakan misalnya:
a) chopping (pemotongan ukuran); b) drying (pengeringan); c)
grinding (penggilingan); d) soaking (perendaman); e) cooking
(pemasakan);          f)     pelleting       (pembuatan          pelet);       g)     crumbling
(pembuatan crumble); h) ensiling (pembuatan silase). 

Pemotongan           (Chopping)

membantu      proses         pengeringan

utamanya bila dilakukan pada umbi-umbian, dapat dilakukan
dengan alat pemotong (arit, pisau dan sejenisnya), atau alat
pemotong (chopper). Chopping ini akan mengurangi sisa pakan
yang mungkin terbuang percuma terutama pada hijauan/rumput,
dan dapat meningkatkan konsumsi serta nilai kecernaannya. Pada
sapi, pemotongan rumput atau hijauan lain dengan ukuran 3-5
cm menghasilkan kecernaan yang terbaik.
Pengeringan (Drying)           tujuannya adalah mengurangi kadar air
bahan pakan sehingga kadar airnya kurang dari 12%. Pengeringan
yang baik akan menghindarkan bahan pakan rusak karena
terjadinya pembusukan oleh aksi mikroorganisme, berkembanya
jamur atau terjadinya kerusakan fisik lainnya.
Penggilingan (Grinding)               akan memperkecil ukuran partikel
pakan, meningkatkan kecernaan khususnya bagi butiran yang
bijinya keras. Partikel yang lebih kecil akan memperluas

permukaan

sehingga

kecernaannya

akan

meningkat,









mengakibatkan laju aliran pakan dalam saluran pencernaan
meningkat, saluran pencernaan cepat kosong, dan pada gilirannya
akan meningkatkan konsumsi pakan. Penggilingan juga penting
jika bahan itu akan dicampurkan dengan lainnya sehingga akan
bercampur secara mesra (homogen), seragam dan meningkatkan
kegunaan ransum tersebut bagi ternak.
Perendaman (Soaking)               terutama untuk bijian yang keras
sehingga sulit dicerna. Perendaman akan memudahkan pakan
untuk dikunyah sehingga akan meningkatkan kecernaan.
Pemasakan (Cooking)         akan memberikan keuntungan khususnya
bagi bahan pakan yang mengandung zat anti-nutrisi dan bersifat
racun. Melalui pemasakan atau pemanasan dapat menguraikan
senyawa yang merugikan tersebut, disamping itu juga dapat
meningkatkan ketersediaan protein dari pakan.
Pembuatan pelet (Pelleting)                  adalah proses mengkompresikan
pakan berbentuk tepung dengan bantuan                          uap panas (steam)
untuk menghasilkan bentuk pakan yang silendris. Pelleting
memberikan keuntungan: pakan tidak berdebu, kandungan zat
gizi      pada       setiap        pelet       tersebut         seragam         dan       homogen, 
kepadatannya (density) tinggi, akan mengurangi sisa pakan,
memaksa ternak tidak memilih pakan yang disukainya saja, dan
pada akhirnya akan meningkatkan performans ternak yang
bersangkutan.
Crumbling     adalah proses penggilingan/pemecahan pelet menjadi
partikel yang kasar atau berbentuk granular. Biasanya digunakan
untuk        ternak        pada       periode        starter        (awal)       atau       grower
(pertumbuhan) ternak.
Pembuatan silase (Ensiling)                adalah prose pengawetan hijauan
pakan (dalam keadaan segar) melalui suatu proses fermentasi oleh
bakteri anaerob (dalam keadaan tanpa udara/oksigen) dalam








suatu tempat yang disebut silo. Produk fermentasi (ensiling) ini
disebut silase. Silase berbau dan berasa asam, dan sebelum
diberikan          kepada         ternak         perlu        diangin-anginkan             untuk
mengurangi resiko terjadinya keasaman di dalam lambung ternak
yang bersangkutan. Silase dapat dibuat dari rumput, hijauan
jagung,        sorghum,         pucuk        tebu       dan       lain-lainnya           dengan
menambahkan starter (additive) misalnya tetes, pati, dedak.


EVALUASI MUTU
Berkaitan dengan produksi pakan maka 2 masalah kritis
yang pada umumnya kita hadapi adalah jeleknya mutu bahan
pakan, dan adanya pemalsuan atau pencampuran bahan pakan
yang tidak dikehendaki.


1.   Evaluasi Secara Fisik/Visual.                   Dilakukan jika tidak/belum
mempunyai fasilitas yang memadai, dan dilakukan dengan
panca indera. Sampel bahan pakan dapat diperiksa atas
beberapa spesifikasi berkaitan dengan: a) warna; b) bau; c)
tekstur; d) kadar air; e) keseragaman; f) suhu; g) keberadaan
kotoran, jamur, serangga; logam, pasir dll; h) adanya akibat
kontaminasi oleh serangga, burung, tikus dll.
2.   Evaluasi Secara Mikroskopis.             Dilakukan jika tersedia fasilitas
yang lebih baik (tersedia mikroskop). Bahan yang diuji digiling
dengan ukuran 10, 20,  40, 60 dan 80 mesh) dan diperiksa
dibawah        mikroskop.         Dikaji       adanya        penyimpangan           yang
berkaitan dengan ukuran, warna, dan penampilan dari bahan
yang diuji.
3.   Analisis Kimiawi.          Dilakukan uji kimiawi terhadap komposisi
kimia bahan pakan. Uji kimiawi ini cukup mahal, namun
sebenarnya          sangat        penting.        Pada       umumnya         dilakukan







terhadap: kadar air; kadar abu/mineral; kadar protein kasar;
kadar lemak; kadar serat kasar, dan kadar bahan ekstrak
tanpa nitrogen.




FORMULASI RANSUM.
Dalam penyusunan ransum maka beberapa langkah perlu
diperhatikan: a) Lihatlah Tabel kebutuhan zat pakan sesuai
dengan tujuan beternak; b) Lihatlah Tabel komposisi zat pakan; c)
Pertimbangkan beberapa faktor pembatas; d) Pertimbangkan
harga; e) Susun ransumnya. 
Telah dikenal beberapa cara/metode dalam penyusunan
ransum, diantaranya adalah:
1.   Metode Diagonal (Pearson’s Square)
2.   Metode Coba-coba (Trial and Error)
3.   Metode Simultaneous
4.   Metode Linear Programming


Metode Diagonal (Pearson’s Square)
Metode ini diterapkan untuk mencampur 2 (dua) macam bahan
atau lebih dengan satu macam nutrisi yang berbeda.
Contoh :

No
1.
2.
3.
4.
5.

Sumber Bahan
Bahan A
Bahan B
Bahan C
Bahan D
Mineral Mix

Kadar PK (%)
8.6
16.0
42.0
60.0

Bobot (kg)
?
?
?
?
5



Susun ransum dengan bahan-bahan diatas pada kandungan PK
18%.








Pemecahan :
1.   Langkah I : membuat basal mix dengan kandungan PK 10%

PK A


PK B

8.6


16.0


10.0

6.0


1.4
7.4

Bagian A


Bagian B



% Bahan A =    6/7.4 x 100% = 81%
% Bahan B = 1.4/7.4 x 100% = 19%


2.   Langkah II : membuat Protein mix dengan PK 45%
PK C                  42.0                                                15.0
45.0










Bagian C

PK D

60.0

3.0
18.0

Bagian D



% Bahan C =    15/18.0 x 100% = 83%
% Bahan D =      3/18.0 x 100% = 17%


3.   Langkah III : membuat Ransum dengan PK 18%, yang tersusun
atas : basal mix, protein mix, dan mineral 5 kg.
---------- Campuran basal mix + protein mix sebanyak 95 kg
(mengandung 18% PK dalam 100 kg).  Jadi kadar Protein Kasar
dalam campuran : 18/95 x 100% = 18.95%



PK basal mix 10.0


PK prot. mix          45.0




18.95


26.05


8.95
35.0


Bagian 


Bagian 









% Basal Mix    =   26.05/35 x 100% = 74.43%
% Protein Mix  =    8.95/35 x 100% = 25.57%


Campuran sebanyak 95 kg tersusun dari :
1.   Basal Mix yang terdiri dari bahan A dan B sebanyak 74,43%
dari 95 kg = 70,71 kg
Bahan A = 70,71 x 81% =  57.2751 kg
Bahan B = 70,71 x 19% =  13.4349 kg


2.   Protein Mix yang terdiri dari Bahan C dan D sebanyak 25,57%
dari 95 kg = 24.29 kg
Bahan C = 24,29 x 83% = 20.1607 kg
Bahan D = 24,29 x 17% =   4.1293 kg


3.   Mineral Mix                    =    5         kg

T  o  t  a  l          

      = 100 kg



Metode Coba-Coba (Trial and Error)
Tahapan :
1.   Lihat Tabel Kebutuhan (“Feeding Standard”)
2.   Tuliskan Kebutuhan Zat Pakannya
3.   Pilih Bahan-Bahan yang memenuhi, Lihat Tabel Komposisi.


Misal :
Ransum Broiler (Finisher)
Bahan-bahan = Jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan,
dedak, Tepung daun lamtoro, molases, kapur, dicalsium phosphat,
vit-mineral premix, minyak.










No    Bahan Pakan







PK
(%)







ME
(Kcal)







Ca
(%)







Total P
(%)    Persentase

1.      Jagung kuning
2.      Bungkil kedelai
3.      Tepung Ikan
4.      Dedak
5.      Tp. D. Lamtoro
6.      Molasses

8.50        3400  0.02               0.29
43.00         2340  0.53               0.64
60.00         2800  4.37               2.53
13.50         2430  0.06               1.43
22.00         1000  1.98               0.27
3.00        1960  0.75               0.08

48.00
17.00
6.00
16.00
4.75
4.00

7.      Kapur

-

-  38.0

-

-

8.      Dicalsium Phosphat

-

-  22.0  18.00

-

9.      Premix

-

-

-

-

-

10 Minyak
Campuran (7+8+9)

-       8800

-

-

2.00
2.25

T o t a l 




Metode Simulataneous equation

 100.00

Metode ini diterapkan apabila kita ingin menyusun ransum
dengan pemenuhan 2 atau lebih zat pakan, dan bahan pakan yang
digunakan lebih dari 2 (dua) macam.


Contoh :
Susun ransum dengan kandungan Protein Kasar 20% dan Energi
sebesar 2,8 Mcal ME/kg ransum.





Bahan pakan




Protein Kasar (%)             ME (Mcal)




Jumlah

Protein Mix
Jagung
Bekatul

45
8.5
12.5

2.59
3.37
2.35

x
Y
z












Dari data diatas diperoleh 3 persamaan :
a.   dari jumlah bahan :
x + y + z = 100
b.   dari kebutuhan PK :
0.45 x + 0.085 y + 0.125 z = 0.20 x 100 
c.   dari kebutuhan ME :
2.59 x + 3.37 y + 2.35 z = 2.8 x 100
Persamaan-persamaan :
1.   x + y +  z = 100
2.   0.45x +  0.085y + 0.125z  = 20
3.   2.59x  3.37 y + 2.35z  = 280


(2) 45 x +   8.5   y + 12.5 z   = 2000
(3) 45 x + 58.55 y + 40.83 z = 4864.86

(4)

- 50.05 y  - 28.33 z = - 2864.86



(1) 45 x + 45    y + 45    z     = 4500
(2) 45 x  +  8.5 y + 12.5 z     = 2000
(5)            36.5 y + 32.5 z     = 2500


(4) – 50.05 y – 28.33 z       = - 2864.86
(5) – 50.05 y – 44.56 z       = - 3428.08
                      16.23 z        = 563.22
z         = 34.70


(2)   45 x + 8.5 y +12.5 z = 2000
45 x + 8.5 y             = 2000 –(12.5 x 34.7)
45 x + 8.5 y             = 1566.25                            (6)








(3)   45 x + 58.55 y + 40.83 z = 4864.86
45 x + 58.55 y                = 4864.86 – (40.83 x 34.7)

45 x + 58.55 y 


(6) 45 x +  8.5 y
(7) 45 x + 58.55 y 
             - 50.05 y 
y


(1) x + y + z = 100

      = 3448.06                     (7)


= 1566.25
= 3448.06
= - 1881.81
= 37.60

x + 37.60 + 34.70 = 100

x  

= 27.70



Jadi ransum tersebut dalam 100 kg tersusun atas :



Bahan pakan
Protein Mix
Jagung
Bekatul


Jumlah (kg)
27.70
37.60
34.70





Metode Linear Programming
Metode ini digunakan untuk menyusun ransum dengan jumlah
bahan pakan hampir tidak terbatas dan dengan ketentuan
pemenuhan zat pakan yang lebih banyak disertai kelebihannya,
yaitu disusun dengan              harga paling murah.  Metode ini dapat
dikerjakan secara manual ataupun dengan bantuan program
komputer.          Metode        linear         programming           pada        prinsipnya
menggunakan metode Simulataneous equation.








Program komputer yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
metode linear programming adalah LINDO                           (“Linear Interactive
Discrete Optimizer”) dan TORA


Contoh :
Susun ransum dengan harga termurah untuk ransum ayam
pedaging dengan ketentuan :
Kandungan Protein Kasar = 23% dan ME = 3000 Kcal/kg

No

Bahan pakan

harga

PK

ME

1.      Bekatul
2.      Jagung
3.      Tepung Ikan
4.      Tp. Daun Lamtoro
5.      Bungkil Kelapa
6.      Kedelai




Daftar Pustaka

350
750
1700
600
500
2500

13.8
10
52.6
23.7
21.6
37.7

2998
3862
2580
2600
1640
2577



Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan AD Tillman. 1997.                               Tabel
Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah mada University
Press. Yogyakarta.

PCARRD. 1987.       The Philippines Recommends for Livestock Feed
Formulation.  Philippine Council for Agriculture, Forestry and
Natural Resources Research and Development. Department
of Science and Technology. Los Banos.

Sutardi, T. 1980.         Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. Departemen Ilmu
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. (Tidak Diterbitkan).

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Andalas 2009 Alumni Ponpes Asy-Syarif Angkatan 09,, Alumni Ponpes Madinatul Munawwarah angkatan 06.