Join emridho's empire

Senin, 25 Februari 2013

Polusi Memicu Perilaku Aneh pada Binatang

Ikan hiperaktif, katak-katak tolol, tikus yang tak kenal takut, dan camar yang tiba-tiba jatuh saat terbang, terdengar seperti hewan-hewan sirkus yang aneh. Namun ini bukan pertunjukan. Banyak hewan di dunia memiliki perilaku ganjil akibat polusi lingkungan.Bahan-bahan kimia yang menjadi biang keladi keanehan ini dikenal sebagai disruptor (pengganggu) endokrin. Disruptor ini bervariasi mulai dari logam-logam berat seperti timbal hingga polychlorinated biphenyls (PCB) dan zat-zat aditif seperti bisphenol A.
Selama beberapa dekade, ahli-ahli biologi sebenarnya telah mengetahui bahwa bahan-bahan kimia ini bisa mempengaruhi perilaku hewan. Dan akhir-akhir ini semakin jelas bahwa polusi bisa menyebabkan efek pembelokan gender dengan mempengaruhi fisik hewan, terutama organ seksual mereka.
Namun kini dua penelitian telah menemukan bahwa bahan-bahan kimia beracun ternyata memiliki efek yang lebih besar terhadap perilaku hewan dibanding perkiraan semula. Konsentrasi rendah bahan-bahan polutan itu mengubah perilaku sosial dan perilaku kawin beberapa spesies. Hal ini berpotensi menimbulkan ancaman lebih besar terhadap kelangsungan jenis itu dibanding, misalnya, menurunnya jumlah sperma akibat konsentrasi bahan kimia tinggi.

Perilaku ganjil
Ada dua tim riset yang secara independen mengumpulkan bukti-bukti mengenai efek polutan terhadap bangau dan camar, siput, burung puyuh, tikus dan monyet, ikan-ikan, elang, serta kodok. Perilaku yang diamati antara lain perilaku kawin dan membesarkan anak, membuat sarang, belajar, menghindari pemangsa, mencari makan, dan lainnya.
Dalam satu penelitian, dimana burung-burung jalak jantan terpengaruh insektisida, terlihat adanya penurunan kemampuan berkicau, terbang dan mencari makan hingga 50 persen. Sedangkan sejenis salamander yang terkena pestisida endosulfan berkadar rendah menjadi sulit membaui pheromon yang dikeluarkan pasangannya, sehingga tidak terjadi perkawinan.
Ditemukan juga bahwa burung-burung camar jantan yang menetas dari telur tercemar DDT mengalami perilaku aneh dimana mereka berusaha mengawini sesama pejantan. Sedangkan timbal akan mempengaruhi keseimbangan terbang camar-camar itu, sementara atrazine membuat ikan koki menjadi hiperaktif dan TCDD menjadikan monyet-monyet makin kasar dalam bermain.
Walau sudah banyak bukti diperoleh, namun efek ini ternyata tidak begitu diperhatikan oleh para toksikolog yang pakar di bidang racun, kata Ethan Clotfelter dari Amherst College di Massachusetts, pimpinan salah satu tim, seperti ditulis dalam journal Animal Behaviour, Agustus 2004.
Bukan hanya gagal mengetahui besarnya masalah yang disebabkan disruptor endokrin, para toksikolog mungkin juga lupa bahwa perubahan perilaku hewan bisa menjadi pertanda betapa bebrapa bahan kimia sebenarnya berbahaya. "Kita bisa saja melihat perubahan perilaku dan menganggapnya biasa saja, lalu tiba-tiba kita sadar populasi jenis ini telah terancam karenanya," kata Clotfelter.

Dosis yang merusak
Hal serupa diungkapkan Dustin Penn dan Sarah Zala dari Institut Konrad Lorenz bagian Comparative Ethology di Akademi Ilmu Pengetahuan Austria di Vienna. Mereka mempublikasikan penelitian kedua mengenai efek disruptor endokrin di journal yang sama. "Hal yang patut disadari adalah bahwa masalah ini telah meluas," kata Penn.
Kedua kelompok peneliti menghimbau agar para ahli biologi sadar disruptor endokrin merupakan sumber perilaku aneh pada binatang. Disebutkan pula bahwa konsentrasi polutan yang berbeda bisa menimbulkan akibat berlainan.
Tikus jantan yang terekspos pestisida dalam dosis rendah misalnya, akan lebih sering menandai wilayahnya dengan bau-bauan, namun bila dosis pestisida ditingkatkan, tikus menjadi kehilangan perilaku itu sama sekali.
"Bahan polutan yang dianggap aman ketika diuji coba dalam dosis sedang, bisa jadi memiliki efek merusak justru pada dosis yang lebih rendah," kata Penn dan Zala dalam tulisannya. "Dan kebanyakan, resiko juga muncul dalam dosis tinggi."

Oleh sebab itu, mereka menyarankan agar efek polutan pada perilaku hewan seharusnya diberi prioritas tinggi. "Telah makin disadari perilaku hewan adalah indikasi penting untuk menentukan apakah suatu bahan kimia aman, baik dalam dosis rendah maupun tinggi, suatu hal yang sebelumnya kita abaikan." (newscientist.com/wsn)

Contoh Analisis Kearifan Teknologi

Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membuat hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sangat sedikit? Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spiritual malah menjadikan manusia budak-budak mesin. Jawaban yang sederhana adalah karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar. (Albert Einstein)
KETIKA The Little Boy dan The Fat Man, dua bom atom AS, membubungkan cendawan merah di langit Kota Hiroshima dan Nagasaki tepat 59 tahun lalu yang diperingati pekan lalu, siapa pun akan miris membayangkannya. Wajah murka teknologi tampil beringas.
Sorotnya bukan cuma telah membumihanguskan kota logistik nan cantik Hiroshima, melainkan juga menebarkan paparan radiasi tinggi kepada penduduknya. Lalu ribuan orang mati terpanggang dan terkena efek somatik-genetik radiasi pengion.
Kemanusiaan kita pasti menyesalkan tragedi itu. Namun, seberapa jauh kita bisa belajar dari peristiwa ini, menyikapi sains dan teknologi secara arif? Ini adalah pekerjaan rumah kita.

Sains dalam praksis
Pasalnya, sains telah berkembang dengan sangat pesat. Ia yang semula terikat pada spiritualitas, terus bergeser ke arah praksis. Sains yang awalnya lebih merupakan aktivitas mental primum vivere, deinde philosophari (berjuang dulu untuk hidup baru setelah itu berfalsafah) telah menjelma dalam praksis sebagai "penjelas" (explain) dan "peramal" (predict) fenomena alam.
Namun, tonggak praksis sains yang paling menonjol adalah apa yang terjadi dalam Revolusi Industri melalui penemuan mesin uap (1769) oleh James Watt. Mimpi Francis Bacon dalam bukunya The New Atlantis sebagai negara yang sarat hi-tech mewujud. Menurut Capra dalam The Turning Point, "sejak Bacon, tujuan sains berubah menjadi pengetahuan yang dihambakan untuk menguasai dan mengendalikan alam, yakni untuk tujuan-tujuan yang antiekologis" (F Capra, 1997).
Bagaimana dahsyatnya revolusi yang mengawali era modern itu digambarkan Peter Gay dalam Age of Enlightenment, bahwa betapa para pengusaha pabrik baru tanpa kekangan hukum dan etika bergerak dengan penuh kekejaman dan tanpa norma kesusilaan. Mereka mempekerjakan anak-anak selama 14, 16, atau 18 jam per hari. Buruh terpaksa menerima peraturan-peraturan kejam, sedangkan hukuman bagi yang melanggar sangat keras dan bengis (Peter Gay, 1966).
Akhirnya gerakan Luddite pada tahun 1811 meledak dan menghancurkan mesin-mesin industri. Karenanya kenangan yang paling kuat atas masa itu bukanlah pada aplikasi sains termodinamika dan teknologi mesin uap itu sendiri, tetapi pada kenyataan bahwa James Watt telah mengubah struktur masyarakat petani dan bangsawan Inggris serta membelahnya menjadi kaum buruh-proletar dan majikan-borjuis yang saling bermusuhan, serta memunculkan tokoh sebesar Karl Marx.
Ketika Soddy menemukan fenomena pembelahan inti (nuclear fission) atau Enrico Fermi merancang reaktor pertama di bawah stadion sepak bola Universitas Chichago, tak ada gegap gempita yang membahana. Namun ketika Manhattan Project mengincar plutonium dari Reaktor B di Hanford Site, Nevada, beserta instalasi pengayaan uranium-235 untuk The Little Boy dan The Fat Man, maka tatanan global pun berubah. Bukan saja masyarakat Jepang yang kental dengan semangat Bushido dan rela mati demi kaisar berubah menjadi manusia-manusia individualis yang memandang miring Tenno Heika (kaisar), Kimigayo (lagu kebangsaan), dan Hinomaru (bendera nasional), bahkan nuklir telah mengubah struktur kekuatan politik-ekonomi global pasca-Perang Dunia II.

Perubahan cepat
Kini gerak perubahan itu semakin cepat. Pertama, jarak yang semakin pendek antara penemuan sains dengan aplikasi teknologi. Dalam fisika atom, misalnya, dulu orang meneliti sama sekali tidak dengan maksud memperoleh sumber energi baru, tetapi lebih pada rasa ingin tahu tentang struktur terkecil materi. Namun, setelah ditemukan fenomena pembelahan inti, maka fisika atom sudah menjadi teknologi.
Artinya, semakin lama jarak antara penemuan sains dan produk teknologi semakin pendek. Di masa lalu selang waktu itu puluhan tahun, akibatnya sains masih menjadi domain publik meskipun teknologinya menjadi rahasia dagang yang diperjualbelikan. Namun, sekarang, selang waktu itu menyusut menjadi tahunan saja karena konsentrasi pemikiran dan komunikasi supercanggih antarsaintis. Akibatnya, sains pun menjadi rahasia dagang.
Kedua, perubahan posisi pusat-pusat keunggulan sains dan teknologi. Pusat-pusat keunggulan yang semula berada di universitas ini telah berpindah ke lembaga riset pemerintah. Kemudian dengan semakin pendeknya selang antara penemuan sains dan teknologi, tajamnya persaingan dagang, serta nilai tingginya nilai ekonomis penemuan sains, posisi ini diambil alih perusahaan.
Terjadi pergeseran paradigma (techno-paradigm shift) di mana SDM menjadi modal utama perusahaan-bukan perangkat fisik lainnya-dan perusahaan pun bukan sekadar memproduk barang dan jasa, tetapi pemikiran. Bahkan, dalam banyak perusahaan manufaktur Jepang, investasi dalam riset jauh lebih besar daripada investasi untuk modal dan berubah dari tempat untuk memproduksi barang menjadi tempat untuk berpikir (Fumio Kodama, 1995).
Fenomena ini tampak pula pada industri di Silicon Valley seperti Apple Computer, Intel, Hewlett-Packard, Xerox, Lucent Technology, dan IBM. Bahkan model technology-belts seperti Silicon Valley digandrungi banyak negara seperti Tsukuba (Jepang), Hsinchu (Taiwan), industri kimia di Basel, Swiss, atau Puspiptek, Serpong. Artinya, perusahaan telah menjadi center of excellence pengembangan sains dan teknologi.
Dengan demikian, semakin hari sains dan teknologi makin terintegrasi dan tunduk pada mekanisme pasar. Riset akan lebih bersifat market driven ketimbang academic driven. Bila demikian, bersama globalisasi, korporasi multinasional (MNC) dapat mendiktekan teknologi asing pada suatu negara. Ini harus diwaspadai karena mereka, menurut Stuart Sim dalam Nirmanusia, adalah kapitalis lanjut yang nafsunya tiada berujung untuk melakukan ekspansi dan inovasi teknologi untuk melenyapkan moralitas kemanusiaan (Sim, 2001).
Karenanya perlu perlawanan terhadap nirmanusia, yakni ambruknya kemanusiaan yang dirancang oleh teknologi maju. Manusia perlu menentang segala solusi yang nirmanusiawi yang didukung oleh kekuatan-kekuatan "tekno-sains", yakni teknologi plus sains, plus kapitalisme lanjut, dan korporasi-korporasi multinasional.
Inilah awal tragedi seperti Minamata, Bhopal, Chernobyl, atau kasus Buyat yang baru-baru ini merebak. Fenomena ini perlu dicermati karena kekuatan investasi berhasil mendiktekan munculnya regulasi semacam UU Sumber Daya Air dan UU Penambangan di Kawasan Hutan Lindung atau memenangkan Pemda DKI terhadap KLH-dalam kasus reklamasi pantura-yang ujung- ujungnya memarjinalkan kualitas ekologis kita.
Sejarah memperlihatkan, sains dan teknologi tidak serta-merta membawa kebahagiaan dan membuat hidup lebih mudah. Penyelewengan teknologi telah menjungkirbalikkan nilai manfaat itu. Karenanya teknologi secara aksiologis perlu dikendalikan etika manusiawi agar penyesalan Einstein di atas menjadi bermakna. Perlu adanya suatu kearifan teknologi, yakni kearifan bagaimana menggunakan teknologi secara wajar agar ia membawa berkah, bukan bencana.
Inilah yang perlu direnungkan saat memperingati tragedi Hiroshima-Nagasaki.
Mulyanto Direktur ISTECS (Institute for Science and Technology Studies), Doktor Bidang Teknik Nuklir, dan Pernah 6 tahun Tinggal di Jepang
sumber; Kompas Cyber Media

Pengertian Instrumen Penelitian

Sebagian besar langkah-langkah dalam suatu proses penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Mekanisme pengumpulan informasi penelitian dilakukan secara langsung dengan berbagai cara yang antara lain melakukan teknik wawacara , survey, pengamatan, maupun angket.
Kegunaan instrument penelitian antara lain :
1.      Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden
2.      Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara
3.      Sebagai alat evaluasi performa pekerjaan staf peneliti
Menentukan Instumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan menginteprasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen penelitian di rancang untuk satu tujuan dan tidak bias digunakan pada penelitian yang lain. Kekhasan setiap objek penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang sendiri instrument yang digunakan. Susunan instrument untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian lain. Hal ini mengingat  tujuan dan mekanisme kerja dalam setiap teknik penelitian juga berbeda-beda.
Beberapa jenis instrument dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Tes.
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2.       Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.
3.       Interviu (interview).
Interviu digunakan oleh peneliti unyuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4.       Observasi.
Didalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, abservasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
5.       Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat bersekala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini depat dengan mudah menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan didalam orang menjalankan tugas, yang menjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalm menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
6.      .Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
Penyusunan Instrumen Penelitian
Dalam setiap penelitian yang bersifat empiric selalu dibutuhkan instrument penelitian yang terdiri dari daftar kuesioner(pertanyaan), formulir tabulasi, dan formulir analisis. Ketiga macam instrument penelitian tersebut harus dirancang dalam satu kesatuan sehingga dalam proses penelitian dapat bekerja dalam satu arah terpadu. Diantara ketiga penelitian tersebut, perancangan daftar kuesioner membutuhkan perhatian yang lebih besardibanding jenis instrument lainnya. Mutu daftar kuesioner sangat menentukan keberhasilan penelitian yang sedang di lakukan. Jenis instrument lain, perancangan menyesuaikan dengan struktur daftar pertanyaan. Keterpaduan semua aspek instrument penelitian diharapkan diharapkan dapat menghasilkan suatu instrument yang baik dan memenuhi tujuan penelitian tersebut.
Daftar kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mengumpulkan informasi dari responden mengenai objek yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan, ataupun dirinya sendiri. Sebagai suatu instrument penelitian, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari arah yang akan dicapaioleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam rumusan hipotesis. Dengan demikian daftar pertanyaan yang harus diajukan dengan taktis dan stategik sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan oleh responden.
Pertanyaan yang diajukan ileh responden harus jelas rumusannya, sehingga peneliti akan menerima informasi dengan tepat dari responden. Sebab responden dan pewawancara dapat menginterpretasi makna suatu kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti, sehingga isi pertanyaan justru tidak dapat dijawab. Disamping itu harus pula diperhatikan kemana arah yang dicapai, mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun suatu daftar pertanyaan yang memadai.
Seorang peneliti dalam menyusun daftar pertanyaan hendaknya memepertimbangkan hal-hal berikut :
1.      Apakah anda menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau tertutup atau gabungan keduanya
2.      Dalam mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada masalah inti/pokok dalam penelitian anda. Buatlah pertanyaan yang setahap demi setahap, sehingga mampumengorek informasi yang dibutuhkan.
3.      Pertanyaan hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa Nasional atau setempat agar mudah dipahami oleh responden.
4.      Apabila menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap pertanyaan maupun jawaban diidentifikasi dan diberi kode guna memudahkan dalam pengolahan informasi
5.      Dalam membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa anda bukanlah seorang introgator, tetapi pihak yang membutuhkan informasi dari pihak lain.
Proses Perancangan Daftar Pertanyaan
Menyususun suatu rancangan daftar pertanyaan sebetulnya merupakan kerja kolektif seluruh anggota team peneliti. Keterlibatan semua  anggota team peneliti akan memberikan konstribusu penyempurnaan kontruksi instrument penelitian.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan:
1.      Penentuan Informasi yang dibutuhkan
2.      Penentuan proses pengumpulan data
3.      Penyusunan instrument penelitian
4.      Pengujian instrument penelitian

Contoh INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN Ada dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, baik itu penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Dua hal itu adalah: 1) kualitas instrumen penelitian dan 2) kualitas pengumpulan data.
Adapun yang mempengaruhi pada penelitian kuantitatif adalah: (a) Kualitas instrumen: berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan (b) Kualitas pengumpulan data: berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data

Sedangkan yang mempengaruhi pada penelitian kualitatif adalah:

  • Instrumen penelitian: peneliti itu sendiri
  • Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif
Pada penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah: peneliti itu sendiri sehingga validasi dilakukan oleh peneliti sendiri dengan memperhatikan hal-hal diantaranya: a) Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif. B) Penguasaan wawasan peneliti terhadap bidang yang diteliti, dan c) Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademik maupun logistik
Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif
  • Pada penelitian Kualitatif, permasalahan di awal penelitian belum jelas dan pasti, maka instrumen yang paling tepat adalah peneliti itu sendiri.
  • Setelah masalah sudah mulai jelas, maka dapat dikembangkan sebagai instrumen yang sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui observasi dan wawancara.

TEKNIK PENGUMPULAN DATATeknik pengumpulan data bisa dibedakan dengan beberapa hal, seperti:
  1. Berdasarkan Setting (Setting Alamiah, Labortorium dengan melalui eksperimen, di rumah dengan mewawancarai responden, seminar, dan lain-lain)
  2. Berdasarkan sumber data: (Sumber Primer : Sumber yang langsung memberikan data dan Sumber Sekunder : Sumber yang tidak langsung memberikan data).
  3. Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data dibagi lagi menjadi: Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Triangulasi/Gabungan

Pengumpulan Data dengan ObservasiMacam-macam observasi: (Sanafiah Faisal: 1990)
  • Observasi Partisipatif, yang terbagi menjadi: Observasi yang Pasif, Observasi yang Moderat, Observasi yang Aktif, dan Observasi yang Lengkap.
  • Observasi Terus Terang dan Tersamar
  • Observasi tak Terstruktur

Observasi Partisipatif
  • Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diteliti (Susan Stainback:1998)
  • Klasifikasi (Sanafiah Faisal:1990)
  • Partisipasi Pasif : Peneliti mengamati tapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
  • Partisipasi Moderat :Peneliti ikut observasi partisipatif pada beberapa beberapa kegiatan saja, tidak semua kegiatan.
  • Partisipasi Aktif : Peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan narasumber, tapi belum sepenuhnya lengkap
  • Partisipasi Lengkap : Peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan narasumber

Observasi Terus Terang atau Tersamar
  • Peneliti berterus terang kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian.
  • Suatu saat peneliti melakukan tidak berterus terang agar dapat mengetahui informasi yang dirahasiakan narasumber.

Observasi tak Berstruktur
  • Dilakukan dengan tidak Berstruktur karena fokus penelitian belum jelas
  • Apabila masalah sudah jelas, maka dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi

Manfaat Observasi
  • Menurut Nasution (1988)
  • Peneliti akan mampu memahami konteks data secara menyeluruh.
  • Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung.
  • Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain.
  • Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara.
  • Peneliti dapat mengungkapkan hal-hal yang ada di luar persepsi responden.
  • Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap obyek yang diteliti.

Obyek observasi
  1. Space : Ruang dalam aspek fisiknya
  2. Actor : Orang yang terlibat dalam situasi sosial
  3. Activity : Seperangkat kegiatan yang dilakukan orang
  4. Object : Benda-benda yang terdapat di tempat itu
  5. Act : Perbuatan / Tindakan tertentu
  6. Event : Rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang
  7. Time : Urutan Kegiatan
  8. Goal : Tujuan yang ingin dicapai
  9. Feeling : Emosi yang dirasakan dan diekspresikan orang-orang

Tahapan ObservasiObservasi Deskriptif : 
  1. Peneliti belum menemukan masalah yang diteliti secara jelas
  2. Peneliti melakukan penjelajahan umum dengan melakukan deskripsi semua yang dilihat, semua yang didengar, dll.
  3. Observasi Terfokus :
  4. Observasi dipersempit pada aspek tertentu
  5. Observasi Terseleksi :
  6. Peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan, sehingga diperoleh data yang lebih rinci, peneliti telah menemukan karakteristik, perbedaan dan persamaan antar kategori

Pengumpulan Data dengan Wawancara

Pengertian :Menurut Esterberg (2002) : Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu

Macam-macam Wawancara
  1. Wawancara Terstruktur
  2. Bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
  3. Peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawaban.
  4. Wawancara Semi Terstruktur
  5. Dilaksanakan lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
  6. Bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
  7. Wawancara tak berstruktur
  8. Dilakukan secara bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara secara sistematis.
  9. Pedoman yang digunakan hanya garis-garis besar permasalahan.
  10. Peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan

Langkah-langkah Wawancara

  1. Menurut Lincoln & Guba, ada 7 langkah :
  2. Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan.
  3. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
  4. Mengawali atau membuka wawancara.
  5. Melangsungkan alur wawancara.
  6. Mengonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
  7. Menuliskan hasil wawancara.
  8. Identifikasi tindak lanjut hasil wawancara.

Jenis-jenis Pertanyaan dalam Wawancara
  • Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman.
  • Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat.
  • Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.
  • Pertanyaan tentang pengetahuan.
  • Pertanyaan yang berkenaan dengan indera.

Hal-hal yang Berkenaan dengan Wawancara
  • Alat-alat wawancara :
  • Buku Catatan
  • Tape Recorder
  • Camera
  • Mencatat Hasil Wawancara
  • Hasil wawancara harus dicatat.
  • Untuk wawancara yang dilakukan secara. terbuka & tidak berstruktur, peneliti perlu rangkuman yang lebih sistematis.

Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
  • Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental yang lain.
  • Dokumen yang dipilih harus memiliki kredibilitas yang tinggi.

Triangulasi
  • Merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
  • Dengan Triangulasi, peneliti sebenarnya mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Andalas 2009 Alumni Ponpes Asy-Syarif Angkatan 09,, Alumni Ponpes Madinatul Munawwarah angkatan 06.