Join emridho's empire

Sabtu, 31 Agustus 2013

Intro to Reliability


Kata “reliability” terjemahan Indonesianya adalah kehandalan, reliable berarti handal. Kadang arti dan makna katanya tertukar dengan kelayakan / layak (yang berarti feasibility / feasible).

Namun definisi formalnya dari reliability adalah : peluang sebuah komponen, sub-sistem atau sistem melakukan fungsinya dengan baik, seperti yang dipersyaratkan, dalam kurun waktu tertentu dan dalam kondisi operasi tertentu pula.

Karena mengandung komponen peluang, maka secara inheren didalamnya ada masalah statistik termasuk : 1. Uncertainty, 2. Probability, 3. Probability Distributions (Weibull, Normal, Exponensial, Log-normal, dsb).

Karena mengandung komponen “melakukan fungsi dengan baik”, maka didalamnya secara inheren pula terdapat faktor kegagalan sistem. Sebab peluang kegagalan dari sebuah mesin (misalnya) adalah



kebalikan dari peluang kehandalannya seperti digambarkan dalam ekspresi matematik (cumulative damage/failure distribution function) sbb :

Pf (t) = 1 – R(t) atau R(t) = 1 – Pf(t)

Jadi jika kehandalan sebuah mesin adalah R =90%, maka peluang kegagalan cumulativenya adalah Pf = 10%, atau sebaliknya.

Reliability mengandung komponen waktu, artinya sebuah komponen yang reliable sekarang belum tentu reliable satu tahun kemudian jika ada : 1) mekanisme kerusakan yang beroperasi (”operative damage mechanism”) dan 2) dengan laju kerusakan tertentu (misalnya laju korosi atau aus 0.01 mm/year).

Reliability mengandung faktor komponen atau sub-sistem, artinya untuk mengevaluasi sebuah sistim yang lebih besar (terdiri dari subsistem atau kompenen), maka relabilty masing-masing komponen penunjang haruslah dihitung terlebih dahulu baru kemudian dijumlahkan (atau dikalikan) sesuai dengan hubungan seri, paralel (atau keduanya) dengan mengacu pada teori penjumlahan / kombinasi peluang (De Morgan’s Rule, Bayes Theorem, dsb). Dari sini terlihat bahwa teori reliability kadang-kadang melibatkan perhitungan matematika / statistika yang rumit.

Berbicara reliabilty juga sama artinya dengan berbicara risk (resiko), sebab risk didefiniskan sebagai :

Risk = Probability of Failure X Consequency of Failure

Jadi salah satu komponen risk adalah kebalikan dari reliability (Probability of Failure), oleh sebab itu jika bicara reliability selalu dikaitkan dengan risk.

Di perguruan tinggi teori reliability diajarkan di Teknik Mesin, Teknik Sipil, Tekik Elektro/Fisika dan Teknik Industri. Jika berbicara dari sisi teknik sipil, reliability diajarkan untuk melihat kehandalan sebuah struktur menerima beban tanpa mengalami kegagalan, yakni dengan menggunakan limit state concept (Load Vs Resistance). Analisis reliability dilakukan dengan menggunakan FOSM (first order second moment, atau lainnya) dan Monte Carlo Simulation untuk yang lebih advanced. Dengan reliability dapat ditentukan, secara statistik, remaining life dari struktur,

Jika berbicara dari sisi teknik mesin, reliability dapat berarti melihat kehandalan sebuah mesin (rotating machine) melakukan fungsinya tanpa mengalami kegagalan. Dalam bahasa tekni mesin reliability biasanya dikaitkan dengan konsep maintenance seperti MTBF (mean time between failure), atau RCM (Reliability-centered Maintenance), suatu konsep maintenance yang relatif baru di Indonesia. Dengan reliability dapat ditentukan, secara statistik, remaining life dari komponen mesin sehingga dapat dijadwalkan program repair, replacement, dll.

Jika berbicara dari sisi teknik industri / manufaktur, reliability berarti menjalankan program QC dan QA, yakni sampai tingkat kehandalan berapa % produk harus dihasilkan agar memenuhi standar costumer sekaligus masih dalam batas cost effective. Software reliability adalah kehandalan sebuah program komputer untuk menjalankan fungsinya dengan baik, akurat, bug-free, dalam kurun waktu tertentu.

Jika berbicara reliability dari sisi kimia dan metalurgi, berarti berbicara kegagalan logam (komponen mesin atau struktur), failure rate, failure mode, dan failure analysis dari aspek yang lebih mikro (fatigue, brittle fracture, corrosion, dsb). RBI (Risk Based Inspection) adalah salah satu metoda yang sedang trend di Industri untuk mengevaluasi risk (risk leveling, ranking & mapping) untuk pressurized stationary vessel / equipment. Inspeksi kemudian diarahkan pada komponen / section yang memiliki risk dengan score tertinggi.

Jika berbicara dari sisi teknik fisika / elektro / komputasi, reliability berarti menjalankan program QC dan QA, yakni sampai tingkat kehandalan berapa % produk harus dihasilkan agar memenuhi standar costumer sekaligus masih cost effective atau bagaimana memilih jenis instrumen plus lokasi pemasangannya (control valve in piping system misalnya) agar reliability sistem dapat dijamin 99%. Bidang teknik industri juga mengolah data maintenance lebih kuantitatif (MTBF, MTTR, dsb).

Bagaimana Aplikasi Reliability di Indonesia ?
Aplikasi reliability di industri Indonesia masih cukup sulit karena reliability dalam pengertian yang lebih luas merupakan masalah budaya dari para pelakunya. Kebiasaan : critical and creative thinking, independent opinion, honesty and integrity, professionalism, competency, serta masalah administrasi seperti detailed and structured documentation, detailed record, dll, belum tumbuh baik disini, karena kita adalah jenis masyarakat yang ingin serba cepat, ingin serba mudah, asal jadi, tidak suka jelimet / detail, masih menyukai filsafat “breakdown maintenance”, dsb. Sehingga masih perlu waktu untuk membangun sistim reliability dalam pengertian yang lebih luas dari pada hanya sekedar perhitungan statistik semata. So, Reliability (similar to Quality) is not just a science or technology BUT, in a broader sense, IT IS A CULTURE.


luckyss

Menarik nih membicarakan RCM, kalau tidak salah RCM itu ( menurut Moubray) dibuat untuk menjawab 7 pertanyaan mengenai reliabiity (7 apa 9 ?? saya tidak hapal betul).

Setahu saya...metode apa-pun yang ada sekarang, baik ; PPM (Preventive Predictive Maintenance), RCM, maupun RBI, semuanya adalah suatu PROSES untuk melahirkan program maintenance yang tepat guna.

Mengapa ?, saya ambil contoh : pompa cooling water.
Akan ada beberapa alternative metode yang bisa dipakai seperti :
1). Break down maintenance (bhs kerennya "Run to fail"... sangat cocok untuk pompa air di-rumahan)
2). Preventive maintenance ( Oops.. jangan sebut-sebut "preventive" karena sering rancu.. maka lebih baik kita sebut sebagai "Scheduled Maintenance" or "Time Based Maintenance").
3). Predictive maintenance
4). Condition based maintenance
5). ??? (Misalnya ada lagi)

Nah... kadang kadang kita sering bingung untuk memilih metoda apa yang cocok ("Apalagi sudah ada embel-embel optimisasi maintenance cost"--> lebih rumit lagi). Untuk itu maka kita perlukan suatu Tools untuk menentukan alternative/metode yang cocok untuk menjaga kehandalan pompa cooling water tersebut.

Misalnya pompa tersebut di review dengan metode RCM...dengan menjawab 7 pertanyaan (seperti di tulis oleh Mr. Moubray)... bisa aja hasilnya adalah "Oooh..rupanya pompa ini cukup di overhaul per 6 bulanan saja, engga perlu 3 bulan seperti yang biasanya".


negarikarunia

Diskusi tentang RCM sangatlah menarik, karena saat ini sepengetahuan saya hanya perusahaan penerbangan yang menerapkan metode ini, (dan juga PT. PLN). Saat ini kami juga sedang mengerjakan konsultansi yang berhubungan dengan RCM ini. Dari yang saya tahu RCM adalah SALAH SATU manajemen perawatan yang digolongkan kedalam sistem perawatan terencana (planned maintenance system). Konsep dasarnya adalah mempertahankan fungsi dari salah satu sistem, sehingga segala upaya perawatan yang dilakukan adalah untuk menjaga agar sistem tetap berfungsi sesuai persyaratan.

Metodologi adalah sbb.:
System selection dan collection data
System boundary definition
System description & Functional block diagram
System Functions and Functional failure
FMEA
Decision Tree Analysis
Task Selecton


Bambang Sugiharta


Mas Taufik dan Mas Budi,
Materi diskusi mengenai RCM (Reliability Centered Maintenance); RBM (Reliability Based Maintenance); Risk Based Maintenance (RBM); TPM; etc akan menarik lagi kalo digabung dengan Vibration/Machine Condition Monitoring System termasuk didalamnya Oil Analysis. Karena titik inilah yang dijadikan dasar untuk meningkatkan reliability critical equipment di sebuah plant. Mungkin perlu dipikirkan seseorang yang bisa menjadi moderator untuk bidang ini. Saya yakin ini akan banyak peminatnya karena pada suatu plant; pada saat biaya produksi cenderung naik, harga jual cenderung turun, maka biaya maintenance-lah yang diakali supaya efisien dan turun. Visi orang kemudian bergeser kepada Maintenance sebagai profit center. Ada yang mau nambahi? Monggo?


A. Taufik.


Pak Bambang Yth,
Memang betul ujung tombak dari predictive maintenance/conditioning monitoring / RCM adalah :
1. Vibration Monitoring
2. Oil / Lubrication Monitoring amd Analysis
3. Thermal / Heat Monitoring

Bidang keahlian diatas sangat spesifik, namun keuntungan kalau ada ahlinya (dan bersedia menjadi moderator) diskusi akan semakin tajam. Idealnya mereka adalah yang punya background teknik mesin / teknik fisika.


Ananto.Wardono

Dear Pak Bambang Sugiharta,

Kalau tidak salah dimailing list ini ada Mas Anas Rosyadi dari Tiara Vibrasindo. Saya kira beliau competent dibidang CBM/RBM karena saya sempat beberapa kali diskusi masalah ini dengan beliau.

Kalau untuk TPM saya ada beberapa softcopy dan kebetulan kita disini implement system tersebut.


Anas Rosyadi


Dear Pak Ananto, Pak Bambang dan All Migas...

Mohon maaf telat nimbrung, kebetulan hari ini baru balik dari luar kota...

Memang menarik sekali pada saat kita membahas ttg RCM, RBM dan konsep reliability lainnya, ujung2nya kita diharuskan untuk men'STABIL'kan equipment yg ada di Plant kita. Sederhana tujuannya : mesin / equipment jalan trs sesuai dgn fungsinya, dan dgn biaya operasi seminim mungkin. Sebagus apapun konsep reliability kalau tdk ada dukungan dari pihak manajemen (boss), maintenance, operasi, produksi, marketing, sales, engineering, manufacturing dan quality assurance, konsep tsb akan berakhir dgn tumpukan paper di atas meja hehehe...jadi ngelantur sedikit. Konsep RCM / RBM dibuat adalah utk mengintegrasikan maintenance sebagai bagian dari Plant Profitability. RBM sendiri merupakan suatu sistem / bussiness process, gabungan antara:
- PM (Preventive Maintenance - time based),
- PdM (Predictive Maintenanace - condition based monitoring / CBM) dan,
- PAM (Proactive Maintenance - Root Cause / Failure Analysis Based).

Dari ketiga hal di atas, PdM atau Condition Based Monitoring (CBM) menjadi pivot point-nya. Komponen CBM ya macem2 :
- Vibration analysis
- Tribology (Oil & wear particle analysis)
- Infrared thermography
- Precision alignment and balancing
- Motor stator analysis
- Motor current signature analysis
- Ultrasonics

Aplikasi dari metode tsb di atas tentunya beda-beda. Idealnya memang semua metode di atas digabungkan secara bersama, sehingga bisa digunakan untuk mendeteksi, diagnosis, konfirmasi, analisis root cause serta koreksi & dokumentasi suatu permasalahan secara komprehensif. Namun dgn adanya keterbatasan dana, sumber daya dll, biasanya org akan implementasi dgn hal2 yg sederhana dulu misal, vibration monitoring tp cuman nilai overall-nya atau on-site oil analysis. Paradigma selama ini, dgn membeli vibration analyzer, IR camera, dll semua permasalahan beres seketika. Boss akan bilang : saya sudah belikan alat tetapi downtime masih tinggi! Iya itu yg diharapkan pihak manajemen, tp kenyataan di lapangan butuh waktu yg lama utk bisa menjalankan program CBM dan mendapatkan COST BENEFIT dr program tsb. Mungkin Mas Ananto bisa cerita ttg aplikasi on-site oil analysis di unilever, atau Pak Dodi Said cerita ttg aplikasi vibration monitoring utk rotating equipment & reciprocating machine monitoring di caltex - bekasap, atau mas Eira or Mas Imam (ikutan nggak ya di milist ini?)di Vico...

Saya setuju dgn Pak Bambang bahwa maintenance seharusnya tdk lg dipandang sbg cost center tetapi merupakan profit center. Salah satunya ya menerapkan CBM utk meningkatkan relialibity dan optimize maintenance system yg sedang berjalan.

Kalau kita bicara secara detail dan mengangkat persoalan CBM, ya akan sangat panjang dan tentunya menarik sekali. kalau didaulat jadi moderator, gimana ya...hehehe..soalnya masih ada guru saya Pak Komang Bagiasna, Pak Zainal Abidin di Lab. Dinamika ITB yg lebih mumpuni dari saya ttg soal vibrasi dll, namun sepertinya beliau belum bergabung dgn milist kita ini. Mas Budhi mungkin bisa mengundang beliau utk bergabung dgn milist ini. Kalo memang ada diskusi ttg vibration related problem, case history ataupun CBM lainnya, dgn senang hati saya akan ikutan nimbrung kok...


idly

Dear Pak Anas,

Mau komentar sedikit nih, semua yang dikatakan rekan - rekan adalah satu pemikiran yang tepat searah dan tidak berbeda. Satu hal yang paling penting dari management reliability adalah " Cost effective and Efficient " di segala bidang yang berinteraksi dan berconvergency satu dengan yang lain pada suatu industri bukan hanya maintenance, tentunya konsep cost disini sangat luas, saya yakin rekan2 telah paham.Maka dari itu akan lebih tepat dinamakan Total Quality Maintenance ( TQM ) yang merupakan bagian dari Total Quality Management ( TQM...juga ). Mengenai mekanisme secara umum baik RCM / RBM atau bidang management reliability lainnya tak lain adalah Continues Improvement sehingga tercapainya tujuan management yaitu Customer Satisfaction.

Sekarang kalau anda ditanya, Apakah anda telah puas dengan perusahaan anda ? Dalam hal apa ? Bidang apa ? Bagaimana anda mengukurnya ? seberapa besar ukuran kepuasan anda ?
Bagaimana anda mengendalikannya dan lain sebagainya ? Mungkin anda harus membaca buku " Balance Score Card ", nanti akan lebih menarik lagi.


anas

Dear Pak Iwan,

Saya setuju, tdk mungkin menjalankan program tanpa berinteraksi dgn bidang lain. Begitu pun dgn implementasi program reliability. Khan tentunya ada vision casting di saat awal yg melibatkan antar departemen. Kadang2 yg saya temui di lapangan maintenance seolah2 ditempatkan di bawah org produksi, CMIIW.

Kalau ditanya ttg tingkat kepuasan ya akhirnya relatif. sesuatu yg tdk terukur khan susah memanage-nya. Balance scrore card dll khan ujung2nya utk mendapatkan 'nilai terukurnya' utk bisa memanage dgn baik. mungkin Mas Iwan bisa cerita ttg balance score card utk mengukur tingkat kepuasaan karyawan di tempat Anda bekerja? kalau nggak salah isu ini pernah dibahas di milis ini.


Waskita Indrasutanta

Saya juga mau ikut nimbrung dari sudut pandang I&C (Instrument & Control).

Saat ini marak berbagai vendor I&C mengembangkan OPAM (Online Plant Asset Management) software: Smar dengan AssetView, Emerson dengan AMS, dsb. sebagai 'tool' untuk maintenance group bisa melakukan PAM (Proactive Maintenance). Sebetulnya istilah 'Asset Management' lebih tepat kalau dikatakan sebagai 'Field Device Management Tool' sesuai dengan arti sebenarnya. Dengan OPAM software, smart field device information dan diagnostics bisa dianalisa untuk keperluan maintenance operation. Beberapa OPAM software sudah menggunakan teknologi XML, sehingga personel maintenance bisa mengakses informasinya menggunakan Internet Browser pada jaringan intranet IT tanpa mengganggu PCS (Plant Control System).

Selain Plant device database (range, last calibration date, material, spec device, dsb.), informasi diagnostics seperti wetted process temperature, control valve total travel dan total stroke, air supply pressure dan positioner output pressure (untuk control valve pneumatic actuator), dsb.
Kita juga bisa memberikan setpoint yang akan mentrigger alarm kepada maintenance, seperti instrument yang mana process temperature melebihi rating; control valve yang sudah berjalan mendekati waktu maintenance (total travel dan total stroke), control valve yang macet, atau sticky (positioner output pressure high pada posisi tertentu), atau air supply pressure low, atau diaphragm actuator yang bocor; dsb. Dimana sebelumnya tanpa bantuan OPAM, hal-hal diatas tidak bisa diketahui sampai device breakdown.

Saat ini berbagai OPAM software mendukung hampir semua jenis fieldbus (FF, HART, ProfibusPA); sayangnya masih bersifat proprietary --> artinya, OPAM software hanya mendukung produk dari vendor pengembang OPAM. Untungnya para pakar dan vendor sudah sepakat untuk membuat OPAM yang 'open' dengan FDT (Field Device Tool) - semacam OPC Server untuk Field Device Information atau open multidevice dan multiprotocol untuk maintenance dan device information. Kemudian kita akan mendapatkan open OPAM yang disebut sebagai DTM (Device Type Management) sebagai aplikasi FDT client. Pada saat itu, semua device yang sudah mempunyai FDT dengan protocol apapun (FF, HART atau ProfibusPA) bisa menggunakan satu DTM software yang juga bisa di-integrasikan ke MMS (Maintenance Management System) ataupun ERP (Enterprise Resource Planning) secara keseluruhan.

TEKNIK PERAWATAN


1.1 Pengertian Teknik Perawatan
Teknik perawatan berasal dan kata maintenance engineering. Maintenance dapat diartikan sebagai suatu kegiatan penjagaan sesuatu hal pada kondisi yang sempurna. Engineering dapat diartikan sebagai penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan pada praktek berupa perancangan, konstruksi dan operasi struktur, peralatan dan sistem. Dengan demikian teknik perawatan dapat diartikan sebgai penerapan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menjaga kondisi suatu peralatan atau mesin dalam kondisi yang sempurna.
Kerusakan mesin dalam suatu instalasi industri dapat mengakibatkan masalah yang sangat besar dan sangat mahal. Untuk mengurangi masalah-masalah ini, maka perawatan dan perbaikan perlu diterapkan.
1.2 Strategi Perawatan
Strategi perawatan yang dewasa ini secara umum diterapkan antara lain:
  • Breakdown maintenance
  • Perawatan terjadwal (scheduled maintenance)
  • Perawatan prediktif (predictive maintenance)
1.2.1 Breakdown maintenance
Breakdown naintenance dapat diartikan sebagai strategi perawatan dengan cara mesin dioperasikan hingga rusak kemudian baru diperbaiki.
Kelemahan dari strategi ini diantaranya :
  1. Biaya perawatan tinggi.
  2. Kehilangan produksi karena mesin tidak dapat dioperasikan.
  3. Keselamatan kerja tidak terjamin.
  4. Kondisi mesin tidak dapat diketahui.
  5. Tidak dapat merencanakan waktu, tenaga serta biaya perawatan.
Metode ini disebut juga sebagai failure based maintenance atau perawatan berdasarkan kerusakan.
Strategi perawatan ini kurang sesuai untuk mesin-mesin yang memiliki tingkat kritis tinggi dan hanya sesuai untuk mesin-mesin dan alat sederhana.

1.2.2 Perawatan terjadwal
Perawatan terjadwal rnerupakan bagian dan perawatan preventif yaitu perawatan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut . Perawatan terjadwal merupakan strategi perawatan dengan tujuan mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut yang dilakukan secara periodik dalam rentang waktu tertentu. Strategi perawatan ini disebut juga sebagai perawatan berdasarkan waktu atau time based maintenance.
1.2.3 Perawatan prediktif
Perawatan prediktif juga merupakan bagian perawatan preventif. Perawatan prediktif ini dapat diartikan sebagai strategi perawatan yang mana perawatannva didasarkan atas kondisi mesin itu sendiri. Untuk menentukan kondisi mesin dilakukan pemeriksaan atau monitoring secara rutin. Jika terdapat tanda gejala kerusakan segera diadakan tindakan perbaikan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Jika tidak terdapat gejala kerusakan, monitoring terus dilanjutkan supaya jika terjadi gejala kerusakan segera diketahui sedini mungkin.
Perawatan prediktif disebut juga sebagai perawatan berdasarkan kondisi atau condition based maintenance, disebut juga sebagai monitoring kondisi mesin atau machinery condition monitoring.
Monitoring kondisi mesin dapat diartikan sebagai menentukan kondisi mesin dengan cara memeriksa mesin secara rutin. Dengan cara pemeriksaan secara rutin kondisi mesin dapat diketahui sehingga keandalan mesin dan keselamatan kerja dapat terjamin.

1.3 Tingkat kritis suatu mesin
Setiap strategi perawatan memiliki keuntungan dan kerugian. sehingga nemilihan strategi perawatan disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan mesin tersebut.
Misalnya satu mesin atau pesawat tenaga melayani produksi dengan proses aliran tunggal, jika mesin tersebut rusak maka produksi akan berhenti. Hal mi dapat dikatakan bahwa mesin memiliki tingkat kriiis yang tinggi terhadap produksi. Makin tinggi tingkat krits suatu mesin maka harus semakin intensif dalam melakukan perawatan mesin, supaya tidak menimbulkan kerugian baik moril maupun materiil yang lebih besar.
Beberapa hal yang rnenyebahkan meningkatnya tingkat kritis suatu mesin atau instalasi
antara lain :
• lnstalasi mesin dengan investasi tinggi
• Instalasi dari mancanegara
• Instalasi yang sudah tua
• Perencanaan dengan target
• Keamanan dan keselarnatan
 
1.4 Metoda monitoring ( pemantauan ) kondisi mesin
Secara garis besar ada beberapa metode dalam monitoring atau pemantauan kondisi mesin antara lain:
  1. Monitoring visual
  2. Monitoring minvak pelunias
  3. Monitoring kinerja
  4. Minitoring geometris
  5. Monitoring getaran

Proses Rapid Prototyping


Langkah pertama dalam rapid prototyping adalah validasi model tiga dimensi CAD
suatu parts, seperti memastikan bentuknya solid. Model yang sudah valid kemudian
diorientasikan terhadap ruang pembuatan, dengan mempertimbangkan waktu pembuatan dan
kualitas permukaan. Beberapa model dapat digabung menjadi satu bangunan asembly untuk
efisiensi penggunaan mesin dan material. Berdasarkan pada persyaratan prosesnya, jika
diperlukan, dukungan struktur dapat ditambahkan ke model. Setelah validasi, kemudian
model dipotong dengan bidang horisontal. Tiap bidang horisontal menghasilkan bidang
potong sebagai penentu trajectory untuk mengontrol proses sintering/solidifikasi dan proses
deposisi pada area tertentu untuk membangun lapis demi lapis struktur 3 dimensi.


Perencanaan proses dilakukan untuk memilih parameter proses dan pembuatan
instruksi control untuk fabrikasi parts. Umumnya desainer menyelesaikan perencanaan
proses dengan mempelajari part dan persyaratan kualitas, yang tentunya sangat memakan
waktu.
Oleh karena itu, disini butuh untuk otomatisasi proses. Ini dapat dicapai dengan
manghubungkan pemahaman desainer dan membuat keputusan dengan proses fisik untuk
membuat parts dengan kualitas yang diinginkan. Otomasi perencanaan proses juga salah satu

tujuan dasar RP [2], yaitu
1. Untuk membuat bentuk 3D complek
2.Untuk menggunakan mesin fabrikasi generic yang tidak membutuhkan part fixture
khusus atau tooling.
3. Untuk membuat perencanaan proses secara otomatis didasarkan pada model CAD
4. Untuk meminimalkan kesalahan manusia

Sebagain besar aplikasi dari rapid prototyping ini digunakan untuk direct tooling,
yaitu pengembangan proses pembuatan produk, seperti diilustrasikan pada gambar 1. Dengan metode ini maka biaya produksi dan waktu produksi dapat ditekan dengan bantuan model 3 dimensi yang akan memberikan masukan atau input permasalahan yang mungkin timbul
dalam proses manufakturingnya. Alat peraga merupakan media komunikasi efektif dalam dunia bisnis, dimana konsumen dapat berinteraksi langsung dengan barang atau produk yang ingin dibeli sehingga akan meningkatkan kepuasan konsumen.

Dalam beberapa kasus model 3-dimensi (3D) dimanfaatkan untuk simulasi untuk
process pembedahan craniofaciall, orthog-naptic, preprosthetic, dental implant. dan
orthopedic[4]. Hal ini bermanfaat untuk perencanaan process pembedahan tersebut sehingga diperoleh proses pemulihan yang lebih optimal. Proses operasi pembedahan adalah hal yang sulit dan rumit dan memerlukan perhatian banyak aspek, oleh karena itu diperlukan simulasi untuk menentukan rencana pembedahan dengan menggunakan alat peraga yang sama seperti anatomi pasien. Simulasi ini juga diperlukan untuk mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi.

Salah satu teknik yang dapat membantu membuat alat peraga untuk simulasi yang
identik dengan anatomi pasien adalah proses rapid prototyping. Teknik ini pada lebih dikenal dengan istilah medical rapid prototyping (MRP) karena diaplikasikan dalam bidang medis atau kedokteran. MRP ini diperkenalkan pertama diperkenalkan oleh makkowich dan tim
pada tahun 1990[4]. Perkembangan teknik ini didukung dengan dengan peningkatan pada
teknologi pencitraan pada bidang kedokteran, perangkat keras komputer (hardware) dan
program pemroses gambar 3D (software), teknologi manufaktur dan teknologi pembedahan (surgery).

DEFINISI PEMELIHARAAN (MAINTENANCE DAN JENIS-JENISNYA

DEFINISI PEMELIHARAAN (MAINTENANCE DAN JENIS-JENISNYA

Reliability

reliability atau kehandalan adalah peluang sebuah komponen, sub-sistem atau sistem melakukan fungsinya dengan baik, seperti yang dipersyaratkan, dalam kurun waktu tertentu dan dalam kondisi operasi tertentu pula.

Reliability mengandung komponen-komponen yang tidak terpisahkan diantaranya:
1.peluang dan ketidakpastian
2.melakukan fungsi dengan baik
3.pada waktu tertentu
4.kehandalan setiap komponen

Reliability Centered Maintenance (RCM)

Definisi dari RCM adalah suatu proses yang dilakukan untuk menentukan apa saja yang haru dilakukan agar dapat mencegah terjadinya kegagalan dan untuk memastikan bahwa alat atau mesin dapat bekerja optimal saat dibutuhkan.

Tujuan dari RCM adalah :

1. Untuk mengembangkan desain yang sifat mampu dipeliharanya (maintainability) baik.
2. Untuk memperoleh informasi yang penting untuk melakukan improvement pada desain awal yang kurang baik.
3.Untuk mengembangkan sistem maintenance yang dapat mengembalikan kepada reliability dan safety sepert awal mula equiment dari deteriorasi yang terjadi setelah sekian lama dioperasikan.
4. Untuk mewujudkan semua tujuan di atas dengan biaya minimum.


Pertanyaan pokok RCM


Ada 7 pertanyaan pokok bila kita membahas RCM
1.Apa fungsi dan hal yang bisa dilakukan oleh suatu alat berdasarkan standar operasinya
2.Bagaimana alat itu dapat gagal melaksanakan fungsinya?
3.Hal apa saja yang menyebabkan kegagalan fungsi?
4.Apa yang akan terjadi jika terjadi kegagalan fungsi?
5.Bagaimana kaitan antar kegagalan fungsi suatu alat mempengaruhi kegagalan alat lainnya?
6.Apa yang bisa dilakukan untuk memprediksi atau mencegah kegagalan tersebut?
7.Apa yang seharusnya dilakukan jika proses pencegahan dan penanganan dini tidak dapat ditemukan?

Langkah-langkah penerapan RCM

Langkah-langkah yang perlu diambil pada saat akan melaksanakan RCM :
1. Identifikasi equipment yang penting untuk di-maintain, biasanya
digunakan metode failure; mode; effect; critacality analysis (FMECA) dan fault tree analysis (FTA).
2. Menentukan penyebab terjadinya kegagalan, tujuannya untuk
memperoleh probabilitas kegagalan dan menentukan komponen kritis yang rawan terhadap kegagalan. Untuk melakukan hal ini maka diperlukan data yang histori yang lengkap.
3. Mengembangkan kegiatan analisis FTA, seperti : menentukan prioritas equipment yang perlu di maintain.
4. Mengklasifikasikan kebutuhan tingkatan maintenance.
5. Mengimplementasikan keputusan berdasar RCM.
6. Melakukan evaluasi, ketika sebuah equipment dioperasikan maka data secara real-life mulai direcord, tindakan dari RCM perlu direevaluasi setiap saat agar terjadi proses penyempurnaan.


Komponen RCM


RCM dikatakan sebagai proses maintenance yang paling efektif. Hal ini dikarenakan RCM adalah sebuah evolusi dari proses maintenance yang telah dipelajari bertahun-tahun. Oleh karena itu, RCM mengandung komponen-komponen pemeliharaan terbaik yang dilakukan agar proses produksi dapat terus berjalan dan tujuan dari pemeliharaan itu sendiri tercapai secara optimal. Berikut adalah komponen-komponen penunjang RCM

Reactive Maintenance
Disebut juga run to failure atau breakdown maintenance. Alat hanya diperbaiki jika lata tersebut mengalami kerusakan.

Preventive Maintenance
Maintenance jenis ini sering disebut time based maintenance. Sudah dapat mengurangi frekuensi kegagalan ketika maintenance jenis ini diterapkan, jika dibandingkan dengan reactive maintenance. Maintenance jenis ini dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi komponen. Kegiatannya antara lain terdiri dari pemeriksaan, penggantian komponen, kalibrasi, pelumasan, dan pembersihan. Maintenance jenis ini sangat tidak efektif dan tidak efisien dari segi biaya ketika diterapkan sebagai satu-satunya metode maintenance dalam sebuah plant.

Tes Prediksi dan Inpeksi (Predictive Testing dan Inspection/PTI)


Walaupun banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan jadwal PM, namun tidak ada yang valid sebelum didapatkan age-reliability characteristic dari sebuah komponen. Biasanya informasi ini tidak disediakan oleh produsen atau supplier alat, sehingga kita harus mengira-ngira jadwal perbaikan pada awalnya. PTI dapat digunakan untuk membuat jadwal dari time based maintenance, karena hasilnya digaransi oleh kondisi equipment yang termonitor. Data PTI yang diambil secara periodik dapat digunakan untuk menentukan trend kondisi equipment, perbandingan data antar equipment, proses analisis statistik, dsb. PTI tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya metode maintenance, karena PTI tidak dapat mengatasi semua potensi kegagalan. Namun pengalaman menunjukkan bahwa PTI sangat berguna untuk menentukan kondisi suatu komponen terhadap umurnya.

Monitoring Equipment

Tujuan utama memonitor sebuah equipment adalah mengetahui keadaan dan mendapatkan prediksi perubahan kondisi equipment tersebut dari waktu ke waktu. Pendekatan yang digunakan adalah:

1.Antisipasi kegagalan dari pengalaman yang sebelumnya (failure anticipation from past experience), seringkali pengalaman kegagalan sebelumnya dapat digunakan untuk menentukan tren kegagalan.

2.Statistik distribusi kegagalan (failure distribution statistic), distribusi kegagalan dan probabilitas kegagalan harus diketahui untuk menentukan periode akan terjadinya kegagalan.

3.Pendekatan konservatif (conservative approach), praktik yang sering dilakukan di lapangan adalah melakukan monitoring secara rutin (tiap bulan atau tiap minggu) pada awalnya. Jika ternyata data yang didapatkan tidak mencukupi untuk mengetahui kondisi equipment maka kita harus memperpendek periode atau interval monitoring.

Proactive Maintenance
Tipe maintenance ini akan menuntun pada : desain, workmanship, instalasi, prosedur dan scheduling maintenance yang lebih baik. Karakteristik dari proactive maintenance adalah continous improvement dan menggunakan feedback serta komunikasi untuk memastikan bahwa usaha improvement yang dilakukan benar-benar membawa hasil yang positif. Analisa root-cause failure dan predictive analysis diterapkan antara lain untuk mendapatkan maintenance yang efektif, menyusun interval kegiatan maintenance, dan memperoleh life cycle.

Failed Item Analysis
Salah satu kegiatan yang termasun Failed Item Analysis adalah inspeksi visual untuk setelah komponen yang mengalami kegagalan dilepaskan dari sistemnya. Analisis kasus secara lebih detail diterapkan untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan. Contoh sebuah failed item analysis: sebuah bearing mengalami kerusakan, penyebabnya bisa dari mis-alignment, unbalance, grease yang buruk atau sebab lainnya. Pengalaman menunjukkan bahwa penyebab kerusakan bearing 50% disebabkan karena metode pemasangan yang kurang tepat.

Root Cause Failure Analysis(RCFA)
RCFA secara berkonsentrasi secara proaktif mencari penyebab terjadinya kegagalan. Bedanya dengan Failed Item Analysis adalah RCFA melakukan kegiatan proactive sebelum dan juga bisa sesudah terjadinya kegagalan, sedangkan Failed Item Analysis mutlak setelah terjadi kegagalan. Tujuan utama dari RCFA adalah mencari penyebab terjadinya ketidakefisienan dan ketidakekonomisan, mengkoreksi penyebab kegagalan (tidak hanya berkonsentrasi pada efeknya saja), membangkitkan semangat untuk melakukan improvement secara kontinu, dan menyediakan data untuk mencegah terjadinya kegagalan.

PENGERTIAN ASSET & LIABILITY MANAGEMENT


Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota masyarakat pemakai dana yang memerlukan dana.  Dengan kegiatan tersebut maka akan tercipta satu mekanisme yang dapat mendayagunakan sumber ekonomi masyarakat sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negara. Dalam meghimpun dana, bank harus mengeluarkan biaya dana yang disebut Biaya Bunga Dana (Interest Expenses), sementara dalam penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan dana, bank akan memperoleh bunga dana yang disebut dengan Pendapatan Bunga Dana (Interest Income). Dari selisih antara biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dana dengan bunga yang diperoleh karena meminjamkan dana, maka bank akan mendapatkan selisih  pendapatan bunga (Net Interest Margin).
Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun, maka akan menguntungkan, namun risikonya apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dari bank maka akan menggangu likuiditas bank.. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena risiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Jika bank menyalurkan dana (penggunaan dana) lebih lama jangka waktunya dibandingkan dengan jangka waktu penghimpunan dana (sumber dana) maka akan berisiko juga apabila sumber dana yang telah jatuh tempo tidak dapat diperpanjang lagi. Atau sebaliknya, apabila bank menyalurkan dananya (penggunan dana) dengan jangka waktu lebih pendek dibandingkan jangka waktu penghimpunan dana (sumber dana) karena hilangnya kesempatan mendapat keuntungan.Demikian pula jika bank menyalurkan dananya dalam bentuk mata uang negara lain (baik karena keinginan bank atau keinginan nasabah) atau menghimpun dana dalam bentuk mata uang negara lain inipun akan berisiko apabila harga uang atau nilai mata uang negara lain berubah.
Timbul pertanyaan, bagaimanakah dana yang disimpan dan dana yang disalurkan dapat berputar dengan baik sehingga bank masih dapat memperoleh keuntungan dan terhindar dari risiko apakah risiko kekurangan atau kelebihan dana, risiko perubahan suku bunga, risiko perubahan nilai tukar, risiko lainnya seperti tidak tepatnya komposisi atau pricing sumber dan penggunaan dana.  Risiko sendiri erat kaitannya dengan kondisi ke depan sementara kondisi ke depan sulit diperkirakan. Krisis keuangan pada era 1997 yang melanda kawasan Asia termasuk Indonesia telah membuka wawasan manajemen bahwa risiko keuangan sangat besar akibatnya, tidak saja pada sektor ekonomi keuangan akan tetapi melanda ke sektor politik, hukum, moral dan sebagainya.  lnilah tugas utama manajemen bank, yaitu bagaimana menjaga goncangan yang terjadi sehingga tetap terjaga keberadaannya karena dengan keberadaan itulah maka bank di satu pihak ikut berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan di pihak lain juga mendorong lalu lintas keuangan internasional.
Dengan demikian, kemampuan mengelola bank akan sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu bank sehingga diperlukan tenaga-tenaga yang terampil, handal, jujur dan profesional di semua lini, tenaga-tenaga yang kritis dan kreatif serta tanggap terhadap perubahan lingkungan. ALMA (Asset & Liability Management) dapat diartikan dengan pengelolaan sumber dan penggunaan dana bank yang saat ini menjadi salah satu titik sentral perhatian manajemen bank, karena meningkatnya kompleksitas karakteristik asset dan liabilities, tajamnya persaingan antar bank dan ketidakpastian perekonomian. Dengan ketidakpastian usaha maka mendorong manajemen bank melakukan pendekatan yang bertitik berat pada interaksi antara sisi Asset & Liability. 
Jadi Asset & Liability Management adalah proses pengendalian aktiva dan pasiva secara terpadu yang saling berhubungan dalam usaha mencapai keuntungan bank. Asset & Liability Management merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek dalam pencapaian rencana tahunan.
ALMA (Asset and Liability Management) adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan melalui pengumpulan, proses, analisa, laporan, dan menetapkan strategi  terhadap asset dan liability guna mengeliminasi risiko antara lain risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko portepel atau risiko operasional dalam menunjang pencapaian keuntungan bank.1)
Beberapa risiko Asset & Liability antara lain :
  1. Risiko likuiditas yaitu risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank mengelola (kelebihan atau kekurangan) dana dalam kegiatan operasional.
  2. Risiko suku bunga yaitu risiko yang disebabkan karena posisi reviewing asset liability tidak searah dengan perubahan suku bunga.
  3. Risiko nilai tukar yaitu risiko yang disebabkan oleh posisi Asset & Liability dalam mata uang asing tidak searah dengan perubahan nilai tukar.
  4. Risiko portepel yaitu risiko yang disebabkan oleh struktur Asset & Liability tidak mendukung effisiensi operasi, seperti komposisi asset kurang menghasilkan keuntungan dan komposisi liability mengarah ke biaya tinggi. Dalam kaitan terhadap risiko portepel ini fungsi pengelolaan portepel  sangat penting yaitu bagaimana mengusahakan agar komposisi dana searah dengan komposisi penggunaan dana.
Risiko portepel termasuk fungsi pengelolaan dana atau Funding Management disebut juga the acquisition of liabilities atau Deposit and Liabilities Management.
Funding Management mencerminkan bermacam-macam strategi dalam menghimpun dana dalam jumlah yang besar pada berbagai periode, berbagai jenis instrumen untuk berbagai tujuan bank dalam meminimalkan biaya dana dan mengeliminir risiko dana.
Pengertian funding management dapat dilihat dalam arti yang sempit maupun yang luas.  Dalam arti yang sempit, funding management diidentikkan dengan liability management namun dalam arti yang luas, masalah funding management mencakup kedua sisi neraca sehingga tidak hanya terkait dengan kemampuan manajemen di dalam mengelola penghimpunan dana, namun juga bagaimana upaya manajemen di dalam mengelola dana tersebut pada sisi aktiva.  Dalam perbankan, pengelolaan dana (funding management) tersebut meliputi pemantauan dan pengarahan struktur dana sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi sebagai sumber pembiayaan dan pengembangan portfolio di sisi aktiva, di samping menjaga agar penetapan lending rate tidak menjadi lebih tinggi dari rata-rata pesaingnya. 
Sumber-sumber pendanaan dalam kaitan dengan funding management  adalah bersumber dari dana yang  bersifat non tradional seperti bentuk Deposit On Call, Certificate of Deposit, Medium Term Notes (MTN), penerbitan Promes, Surat berharga pasar uang lainnya ataupun melalui pasar modal yang bersifat j

Asset and Liabilities

Asset dan Liabilities

Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota masyarakat pemakai dana yang memerlukan dana. Dengan kegiatan tersebut maka akan tercipta satu mekanisme yang dapat mendayagunakan sumber ekonomi masyarakat sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negara. Dalam meghimpun dana, bank harus mengeluarkan biaya dana yang disebut Biaya Bunga Dana (Interest Expenses), sementara dalam penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan dana, bank akan memperoleh bunga dana yang disebut dengan Pendapatan Bunga Dana (Interest Income). Dari selisih antara biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dana dengan bunga yang diperoleh karena meminjamkan dana, maka bank akan mendapatkan selisih pendapatan bunga (Net Interest Margin).
Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun, maka akan menguntungkan, namun risikonya apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dari bank maka akan menggangu likuiditas bank.. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena risiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Jika bank menyalurkan dana (penggunaan dana) lebih lama jangka waktunya dibandingkan dengan jangka waktu penghimpunan dana (sumber dana) maka akan berisiko juga apabila sumber dana yang telah jatuh tempo tidak dapat diperpanjang lagi. Atau sebaliknya, apabila bank menyalurkan dananya (penggunan dana) dengan jangka waktu lebih pendek dibandingkan jangka waktu penghimpunan dana (sumber dana) karena hilangnya kesempatan mendapat keuntungan.Demikian pula jika bank menyalurkan dananya dalam bentuk mata uang negara lain (baik karena keinginan bank atau keinginan nasabah) atau menghimpun dana dalam bentuk mata uang negara lain inipun akan berisiko apabila harga uang atau nilai mata uang negara lain berubah.
Timbul pertanyaan, bagaimanakah dana yang disimpan dan dana yang disalurkan dapat berputar dengan baik sehingga bank masih dapat memperoleh keuntungan dan terhindar dari risiko apakah risiko kekurangan atau kelebihan dana, risiko perubahan suku bunga, risiko perubahan nilai tukar, risiko lainnya seperti tidak tepatnya komposisi atau pricing sumber dan penggunaan dana. Risiko sendiri erat kaitannya dengan kondisi ke depan sementara kondisi ke depan sulit diperkirakan. Krisis keuangan pada era 1997 yang melanda kawasan Asia termasuk Indonesia telah membuka wawasan manajemen bahwa risiko keuangan sangat besar akibatnya, tidak saja pada sektor ekonomi keuangan akan tetapi melanda ke sektor politik, hukum, moral dan sebagainya. lnilah tugas utama manajemen bank, yaitu bagaimana menjaga goncangan yang terjadi sehingga tetap terjaga keberadaannya karena dengan keberadaan itulah maka bank di satu pihak ikut berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan di pihak lain juga mendorong lalu lintas keuangan internasional.
Dengan demikian, kemampuan mengelola bank akan sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu bank sehingga diperlukan tenaga-tenaga yang terampil, handal, jujur dan profesional di semua lini, tenaga-tenaga yang kritis dan kreatif serta tanggap terhadap perubahan lingkungan. ALMA (Asset & Liability Management) dapat diartikan dengan pengelolaan sumber dan penggunaan dana bank yang saat ini menjadi salah satu titik sentral perhatian manajemen bank, karena meningkatnya kompleksitas karakteristik asset dan liabilities, tajamnya persaingan antar bank dan ketidakpastian perekonomian. Dengan ketidakpastian usaha maka mendorong manajemen bank melakukan pendekatan yang bertitik berat pada interaksi antara sisi Asset & Liability.
Jadi Asset & Liability Management adalah proses pengendalian aktiva dan pasiva secara terpadu yang saling berhubungan dalam usaha mencapai keuntungan bank. Asset & Liability Management merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek dalam pencapaian rencana tahunan.
Manajemen aset dan liabilities dalam dunia perbankan adalah hal yang utama untuk menjaga kelangsungan tersebut. Ditambah dengan persaingan ketat sisi funding dan lending saat ini, membuat aspek ALMA mutlak diperhatikan oleh segenap jajaran manajemen bank. Beberapa tujuan dari manajemen aset dan liabilities adalah untuk mencapai pertumbuhan bank yang wajar, pendapatan yang maksimal, menjaga likuiditas yang memadai, membentuk cadangan, memelihara dana masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit.
Berkaitan dengan pencapaian tujuan tersebut, maka manajemen likuiditas di industri perbankan yang menjadi bagian dari manajemen aset dan liabilities adalah hal yang harus dilakukan untuk menjaga tingkat profitabilitas bank dan menjaga kepercayaan masyarakat.
Bagi lembaga perbankan yang akan menjadi menjadi Bank Devisa maka Training Basic Treasury serta Asset & Liabilities Management merupakan pilihan yang tepat.
Tujuan :
  1. Mengetahui mengenai manajemen aset dan liabilities
  2. Memahami bagaimana mencapai pertumbuhan bank yang wajar dan pendapatan yang maksimal
  3. Mengerti bagaimana menjaga likuiditas yang memadai, membentuk cadangan, memelihara dana masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit.
    ALMA (Asset and Liability Management) adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan melalui pengumpulan, proses, analisa, laporan, dan menetapkan strategi terhadap asset dan liability guna mengeliminasi risiko antara lain risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko portepel atau risiko operasional dalam menunjang pencapaian keuntungan bank. Beberapa risiko Asset & Liability antara lain :
  1. Risiko likuiditas yaitu risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank mengelola (kelebihan atau kekurangan) dana dalam kegiatan operasional.
  2. Risiko suku bunga yaitu risiko yang disebabkan karena posisi reviewing asset
liability tidak searah dengan perubahan suku bunga.

3. Risiko nilai tukar yaitu risiko yang disebabkan oleh posisi Asset & Liability dalam
mata uang asing tidak searah dengan perubahan nilai tukar.
  1. Risiko portepel yaitu risiko yang disebabkan oleh struktur Asset & Liability tidak mendukung effisiensi operasi, seperti komposisi asset kurang menghasilkan keuntungan dan komposisi liability mengarah ke biaya tinggi.

Dalam kaitan terhadap risiko portepel ini fungsi pengelolaan portepel sangat penting yaitu bagaimana mengusahakan agar komposisi dana searah dengan komposisi penggunaan dana.
Risiko portepel termasuk fungsi pengelolaan dana atau Funding Management disebut juga the acquisition of liabilities atau Deposit and Liabilities Management.
Funding Management mencerminkan bermacam-macam strategi dalam menghimpun dana dalam jumlah yang besar pada berbagai periode, berbagai jenis instrumen untuk berbagai tujuan bank dalam meminimalkan biaya dana dan mengeliminir risiko dana.
Pengertian funding management dapat dilihat dalam arti yang sempit maupun yang luas. Dalam arti yang sempit, funding management diidentikkan dengan liability management namun dalam arti yang luas, masalah funding management mencakup kedua sisi neraca sehingga tidak hanya terkait dengan kemampuan manajemen di dalam mengelola penghimpunan dana, namun juga bagaimana upaya manajemen di dalam mengelola dana tersebut pada sisi aktiva. Dalam perbankan, pengelolaan dana (funding management) tersebut meliputi pemantauan dan pengarahan struktur dana sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi sebagai sumber pembiayaan dan pengembangan portfolio di sisi aktiva, di samping menjaga agar penetapan lending rate tidak menjadi lebih tinggi dari rata-rata pesaingnya.
Sumber-sumber pendanaan dalam kaitan dengan funding management adalah bersumber dari dana yang bersifat non tradional seperti bentuk Deposit On Call, Certificate of Deposit, Medium Term Notes (MTN), penerbitan Promes, Surat berharga pasar uang lainnya ataupun melalui pasar modal yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang baik ke Bank maupun Lembaga non Bank seperti Obligasi, FRN, FRCD atau Debentures lainnya.

Manajemen aset dan liabilities dalam dunia perbankan adalah hal yang utama untuk menjaga kelangsungan tersebut. Ditambah dengan persaingan ketat sisi funding dan lending saat ini, membuat aspek ALMA mutlak diperhatikan oleh segenap jajaran manajemen bank. Beberapa tujuan dari manajemen aset dan liabilities adalah untuk mencapai pertumbuhan bank yang wajar, pendapatan yang maksimal, menjaga likuiditas yang memadai, membentuk cadangan, memelihara dana masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit.
Berkaitan dengan pencapaian tujuan tersebut, maka manajemen likuiditas di industri perbankan yang menjadi bagian dari manajemen aset dan liabilities adalah hal yang harus dilakukan untuk menjaga tingkat profitabilitas bank dan menjaga kepercayaan masyarakat.
Bagi lembaga perbankan yang akan menjadi menjadi Bank Devisa maka Training Basic Treasury serta Asset & Liabilities Management merupakan pilihan yang tepat.
Tujuan:
1. Mengetahui mengenai manajemen aset dan liabilities
  1. Memahami bagaimana mencapai pertumbuhan bank yang wajar dan pendapatan yang maksimal
  2. Mengerti bagaimana menjaga likuiditas yang memadai, membentuk cadangan, memelihara dana masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit.

Hasil - hasil pengujian empiris memperlihatkan bahwa sebagian besar dari bank - bank besar sudah mampu mengelola resiko tingkat bunga dengan baik. Dibuktikan bahwa profitabilitas bank tersebut tetap stabil bahkan meningkat dengan adanya fluktuasi tingkat bunga. Dan salah satu metode yang dipakai dalam mengelola resiko tingkat bunga adalah metode funds gap management. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah : (1) seberapa besar pengaruh fluktuasi tingkat bunga tersebut terhadap profitabilitas dan apakah aset dan liabilitasnya sensitif terhadap fluktuasi tingkat bunga, (2) bagaimana kebijakan assets dan liability management Bank BNI pada kondisi tingkat bunga yang berfluktuasi, (3) bagaimanakah kebijakan assets liability management yang dapat menghasilkan profitabilitas yang optimal dalam kondisi tingkat bunga yang berfluktuasi. Penelitian ini bertujuan untuk :
(1) mengetahui pengaruh fluktuasi tingkat bunga pada profitabilitas bank BNI dan sensitifitasnya terhadap asset dan liabilitas Bank BNI,
 (2) melakukan pengkajian terhadap kebijakan asset dan liability management Bank BNI pada kondisi tingkat bunga yang berfluktuasi,
(3) menentukan pengelolaan aset liabilitas yang optimal pada kondisi tingkat bunga yang berfluktuasi sehingga memberikan profitabilitas yang optimal.

Konsep manajemen dana bank adalah memaksimalkan profitabilitas dan memenimumkan resiko yang ditanggung. Profitabilitas bank ditentukan oleh suksesnya manjemen bank dalam mencapai pendapatan spread, yaitu antara jumlah tingkat bunga pada loan dan investment yang diterima bank (assets) dengan jumlah biaya bunga yang dibayarkan untuk alokasi dana dan sumber dana.
Jadi salah satu faktor yang mempengaruhi profitabiltas bank adalah tingkat bunga yang berfluktuasi, karena hampir keseluruhan kegiatan bank melibatkan tingkat bunga didalamnya. Melalui manajemen pada kedua sisi neraca bank, yaitu menajemen terhadap sumber dan alokasi dana bank, bank dapat mengelola resiko tingkat bunga yang berfluktuasi untuk memperoleh profit yang wajar.
Untuk mengelola resiko tingkat bunga, hal yang penting untuk diketahui adalah arah atau trend tingkat bunga yang terjadi pada periode tersebut. Menurut Gerald O. Hatler, tingkat bunga cenderung bergerak sesuai dengan siklus bisnis, yang artinya bahwa selalu berfluktuasi dengan pola yang berkesinambungan atau continue, yang dimulai dari kondisi baik ke kondisi buruk dan kembali ke kondisi baik dan seterusnya.
Untuk melihat arah dan pergerakan tingkat bunga dapat dilihat melalui struktur serta siklus atau trend dari tingkat bunga, yaitu terdiri dari empat fase, recovery, prosperity, recession dan depression. Dengan diketahuinya arah pergerakan tingkat bunga, bank dapat menentukan posisi funds gapnya, untuk mencapai tingkat positif interest margin yang tinggi. Bank dengan earning yang konsisten/stabil dalam setiap jenis tingkat bunga yang berlaku, dapat dikatakan bank tersebut berada pada keseimbangan antara interest sensitivity assets dan interest sensitivity liabilities.
Periode observasi ditetapkan adalah mulai Triwulan pertama 1997 (Maret 1997) sampai dengan Triwulan empat 2001 (Desember 2001). Penelitian tersebut merupakan studi kasus yaitu pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Analisa yang digunakan adalah analisa neraca, analisa ratio, analisa statistik, dan metode funds gap management sebagai salah satu cara untuk mengelola resiko tingkat bunga. Komponen atau variabel dalam analisa dapat diperoleh pada Laporan Keuangan Triwulan Bank BNI. Sedangkan tingkat bunga merupakan tingkat bunga SBI (1 bulan). Setelah dilakukan penelitian maka diperoleh hasil dari analisa statistik yaitu bahwa terdapat pengaruh fluktuasi tingkat bunga terhadap aset dan liabilitas bank BNI. Dan dari analisa statistik tersebut diketahui pula bahwa interest expenses Bank BNI lebih sensitif terhadap fluktuasi tingkat bunga, dan disimpulkan bahwa posisi funds gap BNI pada periode 1997 - 2001 adalah negatif funds gap. Dan hal ini didukung pula oleh hasil dari perhitungan metode funds gap yang juga menghasilkan hasil yang sama yaitu negatif funds gap.
Dalam periode observasi, tahun 1997 - 2001, Bank BNI berada pada posisi negative funds gap. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisa funds gap management ,dan terlihat bahwa selama periode itu pula NIM dari Bank BNI selalu berfluktuasi diakibatkan karena perubahan tingkat bunga. Sedangkan analisa regresi menunjukkan bahwa hanya variabel - variabel tertentu saja dari aset dan liability yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga (yaitu aset dan liability yang menghasilkan interest income dan interest expenses) dan secara keseluruhan perubahan tingkat bunga mempengaruhi profitabilitas Bank BNI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank BNI belum melakukan assets liability management secara optimal dalam artii kebijakan yang diambil belum sepenuhnya didasarkan atas kondisi tingkat bunga yang berlaku. Kesimpulan tersebut berdasar pada kebijakan yang diambil oleh Bank BNI seperti pada kondisi tingkat bunga yang menaik, seharusnya Bank BNI dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk meningkatkan profitabilitasnya dengan mengambil positive funds gap, sedangkan pada saat tingkat bunga turun mengambil posisi negative funds gap, yang pada kenyataannya belum dilaksanakan sepenuhnya oleh Bank BNI. Tetapi semuanya itu memang berdasarkan pada kendala - kendala yang ada, diantaranya likuiditas dan kondisi mikroekonomi maupun makroekonomi pada sektor keuangan. Dalam hal ini satu kebijakan yang dianggap paling penting untuk dicapai adalah likuiditas, karena Bank BNI mempunyai motto untuk selalu memberi pelayanan yang terbaik kepada nasabahnya. Dan memang dengan pelayanan yang baik tersebut Bank BNI telah mampu menjadi bank yang dipercaya oleh masyarakat.
Bank BNI belum bisa sepenuhnya mengelola resiko tingkat bunga dan tidak seluruh aset maupun liabilitas Bank BNI sensitif terhadap tingkat bunga, sehingga belum sepenuhnya memanfaatkan kondisi tingkat bunga tersebut sebagai satu cara untuk meningkatkan keuntungan.

Paper Pengertian Manajemen Aset


ABSTRAK
Dalam paper ini akan dibahas mengenai pengertian dan proses manajemen aset yang disajkan sesuai dengan jurnal-jurnal dan pendapat para ahli dibidang manajemen. Maka hipotesis atau rumusan masalah pada paper ini adalah “Apa yang dimaksud dengan manajemen aset? Apa input dan Output manajemen aset?”
Dari hasil peninjauan beberapa pendapat para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen aset merupakan suatu proses perencanaan, pengadaan, pengelolaan dan perawatan, hingga penghapusan suatu sumber daya yang dimiliki individu atau organisasi secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan individu atau organisasi tersebut.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa manajemen aset mengolah suatu sumber daya sejak perencanaan , pengadaan, pengelolaan dan perawatan hingga penghapusan secara efectif dan efisien. Dalam hal ini manajemen aset membantu memudahkan pemilik aset atau sumber daya dalam pengelolaan asetnya agar tidak ada aset yang terbengkalai atau tidak terkelola dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
Terkait dengan perkembangan yang terjadi pada istilah manajemen, dikenal juga istilah management asset yang nantinya digunakan untuk mengelola aset-aset yang dimiliki oleh negara.
Manajemen aset itu sendiri adalah suatu kondisi yang manggambarkan tetang suatu pengelolaan aset yang baik dalam jangka waktu tertentu dengan maksud untuk memberikan keyakinan mengenai nilai dari suatu asset dalam satuan mata uang dan juga untuk mengatur mengenai jumlah minimum pengeluaran (lebih dikenal dengan istilah efisien). Sedangkan asset itu sendiri adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh sebuah entitas baik itu swasta atau pemerintah pusat dan mampu meningkatkan nilai. 
Karena asset itu sendiri mengandung nilai dan berarti bagi entitas tersebut, maka asset harus dikelola dengan baik, khususny aset-aset pemerintah agar aset-aset tersebut tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab karena pada dasarnya aset milik pemerintah tersebut bertujuan untuk memakmurkan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
1.  Definisi Manajemen, Aset, dan Manajemen Aset
Menurut Daft yang diterjemahkan oleh Tarnujaya & Shirly (2006), “Manajemen (management) adalah pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi”.
Dalam manajemen mencakup istilah proses, efektif, dan efisien, sesuai dengan pendapat Robbins & David (2004) “The term management refers to the process of getting things done, effectively and efficiently, through and with other people”. Istilah proses dalam manajemen yang di maksud Robbins & David disini adalah langkah-langakah dan kegiatan utama yang dilakukan oleh seorang manajer.
Selanjutnya istilah efisien dalam manajemen disini adalah melakukan pekerjaan dengan benar dan mencapai tujuan organisasi. Sedangkan istilah efisien dalam manajemen melakukan tugas dengan benar yang mana mengacu pada hubungan antara input dan output.
Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard Board (AASB) mendefinisi aset sebagai berikut: “Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity as a result of past transaction or other past events.”
Menurut Siregar (2004) “Pengertian aset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersil (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu”. Ada dua jenis aset yaitu aset berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible).
Hariyono (2007) dalam Modul Diklat Teknis Manajemen Aset Daerah berpendapat bahwa “Aset (Asset) dalam pengertian hukum disebut benda yang terdiri dari benda bergerak dan tidak bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible) yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha atau individu.” 
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005, tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa: “Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dengan satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.”
     Menurut Danylo dan A. Lemer (dalam Hariyono:2007)“Asset Mangement is a methodology to efficiently and equitably allocate resources amongst valid andcompeting goals and objectives.”
Menurut Kaganova dan McKellar (dalam Hariyono:2007), mendefinisikan manajemen aset sebagai “the process of decisionmaking and implementation relating to the acquisition, use, and disposal of realproperty.“
Menurut British Standard Institution Publicly Available Specifications (BSI PAS) 55:2008, manajemen aset adalah “Systematic and coordinated activities and practices through which an organization optimally and sustainably manages its assets and asset systems, their associated performance, risks and expenditures over their life cycles for the purpose of achieving its organizational strategic plan.”
Definisi manajemen aset menurut Siregar (2004) “Manajemen Aset merupakan salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya berkembang dan populer di lingkungan pemerintahan maupun di satuan kerja atau instansi”.
Sehingga dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen aset merupakan suatu proses perencanaan, pengadaan, pengelolaan dan perawatan, hingga penghapusan suatu sumber daya yang dimiliki individu atau organisasi secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan individu atau organisasi tersebut.
2.  Daur Hidup Aset
a.    Planning
Perencanaan yang merupakan fase pertama dalam siklus hidup aset menjadi dasar bagi manajemen yang efektif atas bisnis yang ditekuni oleh suatu entitas. Perencanaan dalam manajemen aset bertujuan untuk membuat kesesuaian antara kebutuhan aset dari suatu entitas dengan strategi penyediaan pelayanan entitas yang akan menghasilkan aset dengan kapasitas dan kinerja yang diperlukan. Perencanaan aset meliputi konfirmasi tentang pelayanan yang dibutuhkan oleh pelanggan dan memastikan bahwa aset yang diajukan merupakan solusi yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Perencanaan aset juga memberi arah pada tindakan-tindakan khusus seperti membeli aset baru yang diperlukan, menjual aset yang berlebih, dan mengoperasikan dan memelihara aset secara efektif.
b.    Acquisition
Merupakan pengadaan atau peningkatan dari aset dimana pembiayaan dapat menjadi alasan yang diharapkan untuk menyediakan keuntungan diluar tahun pembiayaan. Sebuah pendekatan management yang berharga dapat diadopsi untuk menghasilkan solusi yang paling ekonmis dan kreatif. 
c.    Operation and maintenance
Mempunyai fungsi yang berhubungan dengan kerja dan pengendalian aset dari hari ke hari dan biaya yang berhunbungan dengannya yang merupakan komponen penting dalam aset yang dinamis atau berumur pendek,mengevaluasi dan mengoptimalkan fungsi aset dengan melakukan inventarisasi, legal audit, penilaian, optimalisasi pemanfaatan, dan pengendalian.
d.    Disposial
Adalah pilihan ketika sebuah aset tidak diperlukan lagi, menjadi tidak ekonomis untuk di rawat atau direhabilitasi. Ini menyediakan kesempatan untuk mereview konfigurasi, tipe dan lokasi dari aset dan proses layanan yang dihasilkan yang relevan dengan aktivitas.
3.  Alur dan Proses Manajemen Aset
Untuk dapat melakukan pengelolaan sebuah aset dengan baik, dibutuhkanlah suatu sistem informasi manajemen aset yang mengatur bagaimana proses pengelolaan suatu aset dapat terjadi sehingga keberadaan sebuah aset pada suatu entitas baik swasta maupun pemerintah dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam mengelola sebuah aset khususnya aset-aset milik pemerintah yang keberadaannya menyebar di lingkungan kementerian dan lembaga, dari mulai pengadaan, khususnya untuk aset-aset yang diperoleh sudah sejak lama, yang sebelumnya belum dilakukan pencatatan (hanya diadakan kemudian digunakan tanpa dilakukan pencatatan harga perolehannya), yang pertama kali dilakukan oleh entitas pemilik aset tersebut adalah melakukan inventarisasi terhadap aset-aset yang dimiliki dengan cara mengumpulkan aset-aset sejenis sembari melakukan identifikasi terhadap aset-aset tersebut. 
Untuk mencegah terjadinya kecurangan dalam pelaporan aset yang ada, baik secara fisik maupun administrasi, tidak cukup hanya dilakukan oleh si pemilik barang saja, tapi pengelola aset yang berada di bawah Kementerian Keuangan juga melakukan pengecekan kembali terhadap hasil inventarisasi yang dilakukan oleh satker-satker di bawah kementerian dan lembaga tersebut. Proses ini termasuk ke dalam bagian legal audit dan estimasi potensi, dimana pengelola aset melakukan cek fisik kembali atas catatan yang diberikan oleh satker-satker yang bersangkutan guna memastikan bahwa hasil catatan tersebut benar-benar sesuai dengan keadaan fisik yang ada (benar-benar ada) sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara jelas dan terbuka.
Estimasi potensi juga dilakukan oleh pengelola aset guna melihat dan kemudian memperkirakan tentang kemungkinan penggunaan aset-aset tersebut untuk masa-masa yang akan datang (berapa lama lagi aset tersebut dapat digunakan atau memutuskan bahwa aset tersebut tidak dapat digunakan kembali karena kondisinya yang sudah tidak layak lagi). Proses selanjutnya pada alur manajemen aset adalah studi kelayakan dan penilaian. Pada proses ini aset-aset yang sudah diinventarisasi dan diestimasi potensinya dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yaitu baik, rusak ringan dan rusak berat.
Kondisi-kondisi ini dapat membantu pengguna barang untuk melihat aset-aset apa saja yang masih bisa mereka gunakan atau yang sudah tidak layak lagi mereka gunakan karena kondisinya yang memang sudah hancur (rusak berat). Setelah dibuat studi kelayakan, dilakukanlah sebuah proses yang bertujuan untuk menentukan nilai dari aset-aset yang pengadaannya sudah puluhan tahun dan nilai perolehannya tidah lagi ada. Penilaian ini dilakukan untuk menyajikan aset-aset tersebut ke dalam bentuk angka pada laporan keuangan yang diharapkan benar-benar mencerminkan kondisi yang terjadi pada saat ini karen dalam proses penilaian, aset-aset dicatat pada nilai wajarnya. Proses terakhir dalam manajemen aset yaitu melakukan optimalisasi pemanfaatan terhadap aset-aset yang ada dengan berbasis profit centra (aset yang ada dengan kondisi apapun dapat menghasilkan pendapatan bagi negara). 
Proses pemanfaatan ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu melakukan pengahapusan untuk aset-aset yang berada dalam kategori rusak berat. Aset-aset tersebut sebaiknya dihapuskan untuk membebaskan tanggung jawab si pengguna barang terhadap aset tersebut baik secara fisik maupun administrasi.
Segera setelah dihapuskan aset tersebut dapat dipindahtangankan dan masih memungkinkan untuk menambah penerimaan bagi negara, contognya dengan cara menjualnya. Untuk aset-aset yang masih berada dalam kondisi rusak ringan maupun baik yang sekiranya masih dapat digunakan namun tidak dalam kegiatan operasional satker (tidak lagi digunakan untuk mendukung tupoksi dari satker yang bersangkutan), satker yang bersangkutan masih dapat mengoptimalisasi pemanfaatan aset-aset tersebut sehingga aset tersebut tidak dibiarkan menganggur dan masih dapat menambah penerimaan kas negara yang cukup besar, contohnya dengan cara menyewakan aset tersebut ataupun meminjamkan aset tersebut ke satker lain yang membutuhkan.
BAB III
SIMPULAN
1.     Aset merupakan suatu barang (thing) atau sesuatu (anything) yang memiliki nilai ekonomis, nilai tukar dan nilai komersil yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan seseorang terebut.
2.    Manajemen aset merupakan suatu proses perencanaan, pengadaan, pengelolaan dan perawatan, hingga penghapusan suatu sumber daya yang dimiliki individu atau organisasi secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan individu atau organisasi tersebut.
3.    Manajemen aset mengolah suatu aset atau sumber daya mulai dari perencanaan, pengadaan, pengoperasian dan perawatan hingga penghapusan aset tersebut.

MAINTENANCE (PEMELIHARAAN) dan RELIABILITY (KEANDALAN)

MAINTENANCE (PEMELIHARAAN) dan RELIABILITY (KEANDALAN)

Maintenance (pemeliharaan) adalah semua aktivitas yang berkaitan untuk mempertahankan peralatan system dalam kondisi layak bekerja. Sebuah system pemeliharaan yang baik akan menghilangkan variabilitas system. Taktik pemeliharaan adalah :
  1. Menerapkan dan meningkatkan pemeliharaan pencegahan
  2. Meningkatkan kemampuan atau kecepatan perbaikan

Reliability (keandalan) adalah peluang sebuah komponen mesin atau produk akan bekerja secara baik untuk waktu tertentu di baawah kondisi tertentu. Taktik keandalan adalah :
  1. Meningkatkan komponen individual
  2. Memberikan redundancy
Tujuan pemeliharaan dan keandalan adalah untuk mempertahankan kemampuan system, selagi mengendalikan biaya.

Strategi Pemeliharaan dan Keandalan yang baik membutuhkan keterlibatan karyawan dan prosedur yang baik.

A. MAINTENANCE (PEMELIHARAAN)

Untuk mengukur kesuksesan manajemen pemeliharaan, maka ada dua unsur yang harus ditentukan terlebih dahulu, yaitu keterlibatan karyawan dan prosedur pemeliharaan.

Factor karyawan dalam hal pemeliharaan dapat dilihat dari informasi yang dimiliki karyawan, keahlian yang dimilikinya, kompensasi yang diterima sebagai factor penguat motivasi dan kekuatan sinergi yang perlu dilakukan. Sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan informasi dan keahlian dalam kaitannya dengan kegiatan pemeliharaan, maka pihak manajemen dapat menempuh beberapa hal yaitu :
  • Pertukaran informasi. Melalui penciptaan iklim yang kondusif, misalnya adanya bank data ( bank prosedur) yang berisikan data serta prosedur tentang pemeliharaan segala jenis mesin dalam system manufaktur.
  • Pelatihan keahlian. Bagi karyawan yang belum memiliki keahlian yang diharapkan, perusahaan dapat memilih untuk mengirimkan ke training center yang menawarkan pelatihan-pelatihan atau langsung dilatih di perusahaan melalui on the job training.
Adapun tentang prosedur pemeliharaan mesin-mesin, factor yang perlu diperhatikan adalah prosedur pembersihan dan pelumasan. Pembersihan ini ditujukan untuk menghindari korosi, kemacetan akibat adanya kotoran dan kegiatan ini dilakukan secara rutin. Sedangkan pelumasan bertujuan agar tidak terjadi gesekan material mesin secara langsung, mendinginkan panas mesin pada kondisi tertentu, dan memperpanjang umur mesin.

Prosedur berikutnya adalah monitor dan penyesuaian. Monitor harus dilakukan secara kontinu dengan jadwal yang sudah ditentukan. System monitor yang baik akan mampu melakukan penyesuaian yang diperlukan.

Manfaat dari adanya kegiatan pemeliharaan ( maintenance) antara lain :
  1. Perbaikan terus-menerus. Kegiatan ini menjadi kajian yang penting dalam manajemen operasi, baik manufaktur maupun jasa, terutama pabrik-pabrik yang menggunakan mesin yang berputar dan beroperasi setiap saat.
  2. Meningkatkan kapasitas. Dengan adanya perbaikan yang terus-menerus, maka tidak aka nada pengerjaan ulang / proses ulang, sehingga kapasitas akan meningkat.
  3. Mengurangi persediaan. Karena tidak perlu ada tumpukan bahan baku yang harus disiapkan untuk melakukan produksi ulang.
  4. Biaya operasi lebih rendah. Akibat kapasitas yang meningkat disertai dengan persediaan yang rendah, maka secara otomatis akan mengakibatkan biaya operasi lebih rendah. Tidak perlu penyimpanan bahan baku dan tidak perlu adanya biaya tambahan karena proses pengerjaan ulang.
  5. Produktivitas lebih tinggi. Jika biaya operasi lebih rendah, maka dari rumus produktivitas adalah output/input akan diperoleh bahwa produktivitas akan lebih besar (dengan catatan output konstan). Tentunya produktivitas akan lebih besar lagi jika output semakin besar.
  6. Meningkatkan kualitas. Akan tercipta cost advantage, artinya dengan kualitas yang sama baik, harga dapat ditetapkan menjadi lebih murah.
Terdapat dua jenis taktik pemeliharaan : pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan kerusakan.

(I) Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)


Pemeliharaan pencegahan sebuah rencana yang meliputi pemeriksaan rutin, pemeliharaan, dan menjaga fasilitas tetap dalam kondisi baik utuk mencegah kegagalan.
Sebuah tingkat kegagalan awal yang tinggi, dikenal sebagai tingkat kematian dini (infant mortality), yang mungkin terjadi pada banyak produk. Yang dimaksud tingkat kematian dini sendiri yaitu tingkat kegagalan di awal kehidupan sebuah produk atau proses.

Hasil yang cacat / gagal akan menyebabkan tambahan biaya karena harus diproses kembali dan yang lebih besar resikonya adalah kurangnya kepercayaan konsumen kepada perusahaan akibat produk gagal. Tambahan yang timbul menyebabkan biaya produksi membengkak ( tidak minimal). Jika biaya produksi membengkak, maka harga barang menjadi tinggi.

Pemeliharaan yang periodic dan terencana sangat diperlukan pada fasilitas-fasilitas produksi, jika tidak akan mengakibatkan kerusakan “ Unit Kritis” dikarenakan :
  • Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan terhentinya seluruh aktivitas proses produksi.
  • Kerusakan fasilitas tersebut akan mempengaruhi kualitas produk.
  • Investasi yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut cukup besar.
  • Kerusakan fasilitas tersebut akan membahayakan pekerja, baik kesehatan maupun keselamatannya.
Preventive maintenance ini dapat mengatasi kerusakan yang tiba-tiba terjadi. Hal ini dikarenakan preventive maintenance ini dapat mendeteksi dan menangkap sinyal kapan suatu system akan mengalami kerusakan serta menentukan kapan suatu system memerlukan service ( perbaikan).

Dengan teknik pelaporan yang baik, perusahaan dapat menjaga arsip proses, mesin, atau peralatan individu. Arsip seperti itu dapat menyediakan profil yang berisi baik jenis pemeliharaan yang diperlukan maupun waktu pemeliharaan yang dibutuhkan. Sejarah pemeliharaan peralatan merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah system pemeliharaan pencegahan, seperti halnya catatan mengenai waktu dan biaya perbaikan. Arsip seperti ini juga memberikan informasi serupa tentang keluarga peralatan begitu juga pemasok.

(II) Pemeliharaan Kerusakan / Perbaikan

Pemeliharaan kerusakan adalah pemeliharaan secara langsung yang terjadi ketika peralatan gagal dan harus diperbaiki dalam kondisi darurat atau dengan dasar prioritas.

Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan mesin produksi, yaitu :
  • Pemilihan rancang bangun yang tidak sesuai
  • Keterampilan operator dan petugas pemeliharaan yang tidak mendukung dalam pegoperasian mesin produksi
  • Kelalaian dalam pemeliharaan dasar, seperti kebersihan dan pelumasan
  • Kondisi mesin atau peralatan yang sudah aus akibat gesekan, dan
  • Kesalahan menjaga kondisi operasi mesin pada saat beroperasi
Kerusakan yang disebabkan beberapa hal di atas, akan mengakibatkan :
  1. Inefisiensi operasi, karena harus melakukan pemrosesan ulang.
  2. Reputasi yang buruk, karena berubahnya cara pandang konsumen terhadap produk.
  3. Rendahnya profitability, karena berkurangnya permintaan konsumen dalam jangka panjang.
  4. Kehilangan pelanggan yang beralih ke produk lain, karena produk yang gagal.
  5. Menurunnya kualitas produk, karena produk yang gagal.
  6. Karyawan menjadi tidak puas, karena menghasilkan produk yang gagal.
  7. Keuntungan menjadi semakin rendah akibat menurunnya permintaan.
Karena itu perlu untuk meningkatkan kemampuan memperbaiki. Memperbesar atau meningkatkan fasilitas pemeliharaan dapat menjadikan system bekerja secara lebih cepat. Sebuah fasilitas pemeliharaan yang baik memerlukan enam fitur berikut :
  1. Personel yang terlatih dengan baik
  2. Sumber daya yang cukup
  3. Kemampuan untuk menetapkan sebuah rencana perbaikan dan prioritas
  4. Kemampuan dan otoritas untuk melakukan perencanaan material
  5. Kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab kerusakan
  6. Kemampuan untuk mendesain cara untuk memperluas mean time between failures (waktu rata-rata kegagalan).
Pemeliharaan Produksi TotalDengan memadukan manajemen kualitas total dengan pandangan strategis pemeliharaan dari sisi perancangan proses dan peralatan untuk pemeliharaan pencegahan.

Sebagai tambahan, pemeliharaan produktif total mencakup:
  • Perancangan mesin yang andal, mudah dioperasikan, dan mudah dalam pemeliharaan
  • Menekankan biaya kepemilikan total di saat membeli mesin, sedemikian rupa sehingga biaya pelayanan dan pemeliharaan sudah termasuk dalam biaya pembelian tersebut
  • Membuat rencana pemeliharaan pencegahan yang memanfaatkan praktek operator yang terbaik, departemen pemeliharaan, dan depot pelayanan.
  • Melatih pekerja untuk mengoperasikan dan memelihara mesin mereka sendiri.

Teknik Lain untuk Menetapkan Kebijakan Pemeliharaan :

SIMULASI

Simulasi merupakan usaha untuk meniru ciri, penampilan, dan karakteristik dari system nyata. Karena kompleksitas dari beberapa keputusan pemeliharaan, simulasi komputer merupakan alat yang baik untuk mengevaluasi dampak berbagai kebijakan. Simulasi yang dilakukan melalui model fisik juga bermanfaat dengan cara menirukan bagian dari system manajemen operasional melalui pembuatan model matematik yang diusahakan untuk sedekat mungkin dengan realita dan model tersebut, kemudian digunakan untuk memperkirakan efek-efek berbagai tindakan.

Bagi seorang manajer, dalam menggunakan model simulasi dibuat langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Menentukan masalah
  2. Memperkenalkan variable penting yang disertai dengan masalah yang dihadapi
  3. Membuat model angka / matematiknya
  4. Menyusun arah tindakan yang mungkin untuk pengujian
  5. Melakukan percobaan
  6. Mempertimbangkan hasil ( memodifikasi model atau mengubah input data)
  7. Memutuskan arah tindakan yang akan diambil.
Manfaat dari model simulasi antara lain :
  • Simulasi relative berterus terang dan fleksibel.
  • Simulasi dapat digunakan untuk menganalisa situasi dunia nyata yang luas dan kompleks.
  • Komplikasi dunia nyata dapat diikuti ( ditiru), yang biasanya tidak dapat ditiru dalam kebanyakan model perencanaan atau manajemen operasional.
  • Pemanfaatan waktu dimungkinkan dalam simulasi melalui penggunaan simulasi komputer.
  • Simulasi memungkinkan para manajer mengetahui sebelumnya pilihan apa saja yang paling menarik.
  • Simulasi tidak mempengaruhi system dunia nyata.Dengan adanya simulasi, dapat dipelajari efek interaktif dari komponen atau variable individual untuk menentukan mana yang lebih penting.
Simulasi sering merupakan sebuah teknik yang sesuai untuk permasalahan pemeliharaan, karena kompleksitas dari beberapa keputusan pemeliharaan, simulasi merupakan alat yang baik untuk mengevaluasi dampak berbagai kebijakan ( baik melalui simulasi komputer ataupun simulasi fisik).

Apabila dalam suatu system mengandung elemen yang menunjukkan adanya peluang, maka metode simulasi Monte Carlo dapat digunakan sebagai eksperimen terhadap elemen peluang melalui sampling acak.

SISTEM PAKAR

Sistem pakar adalah perangkat lunak komputer yang menggunakan pengetahuan (aturan-aturan tentang sifat dari unsur suatu masalah), fakta dan teknik inferensi untuk masalah yang biasanya membutuhkan kemampuan seorang ahli. Dapat digunakan untuk membantu karyawan mengisolasi dan memperbaiki berbagai kesalahan pada peralatan dan permesinan.

Pengetahuan yang digunakan dalam system pakar terdiri dari kaidah-kaidah (rules) atau informasi dari pengalaman tentang tingkah laku suatu unsur persoalan. Kaidah-kaidah biasanya memberikan deskripsi kondisi yang diikuti oleh akibat dari prasyarat tersebut.

Tujuan perancangan system pakar adalah untuk mempermudah kerja, atau bahkan mengganti tenaga ahli, penggabungan ilmu dan pengalaman dari tenaga ahli, training tenaga ahli baru, penyediaan keahlian yang diperlukan oleh suatu proyek yang tidak memiliki atau tidak mampu membayar tenaga ahli.

Penggabungan ilmu dan pengalaman para tenaga ahli bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, apalagi untuk mereka yang mempunyai keahlian yang berbeda. Untuk itulah system pakar dirancang dengan fungsi menyimpan dan menggunakan ilmu serta pengalaman dari satu atau beberapa tenaga ahli.

B. RELIABILITY (KEANDALAN)Pemeliharaan akan menyebabkan keterandalan, keterandalan akan menyebabkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Untuk mengelola masing-masing komponen, maka teknik yang digunakan adalah :

Meningkatkan komponen individual

Untuk mengukur keandalan di sebuah sistem di mana setiap komponen atau individu mungkin hanya memiliki tingkat keandalan tersendiri, digunakan metode perhitungan keandalan sistem (Rs) sangat sederhana. Perhitungan ini mencoba menemukan hasil kali dari keandalan individu sebagai berikut:

Rs = R1 x R2 x R3 x … x Rn ..…(1)

Dengan asumsi bahwa keandalan sebuah komponen individu tidak bergantung pada keandalan komponen yang lain (setiap komponen berdiri sendiri).

Keterandalan juga dapat diartikan sebagai peluang yang berfungsi dalam waktu yang telah ditentukan. Ukuran keterandalan yang paling sering dilakukan adalah tingkat kegagalan produk ( product failure rate / FR). Perusahaan yang memproduksi peralatan berteknologi tinggi sering menyediakan data tingkat kegagalan produk mereka.

FR (%) = (Jumlah unit yang rusak/Jumlah unit yang diuji) x 100% ..…(2)

atau

FR (N) = Jumlah unit yang rusak/Jumlah unit-jam waktu operasi …..(3)


Juga menggunakan waktu rata-rata antara kegagalan ( mean time between failures / MTBF), yaitu waktu yang diharapkan di antara perbaikan dan kegagalan komponen, mesin, proses, atau produk yang berikutnya.

MTBF = 1 / FR (N) …..(4)

Menetapkan Redundancy

Untuk meningkatkan keandalan system, maka ditambahkan redundancy. Teknik ini digunakan untuk “menyokong” komponen dengan komponen tambahan ( cadangan). Hal ini dilakukan dengan menempatkan unit secara paralel dan merupakan taktik manajemen operasi standar.

Redundancy diberikan untuk memastikan bahwa jika sebuah komponen gagal, maka system memiliki sumber daya yang lain. Keandalan yang dihasilkan adalah kemungkinan komponen pertama bekerja ditambah dengan kemungkinan dari komponen cadangan ( komponen paralelnya) yang bekerja dikalikan dengan kemungkinan perlunya komponen cadangan.

Tujuan pemeliharaan dan keandalan adalah untuk mempertahankan kemampuan system, selagi mengendalikan biaya. Sebuah system pemeliharaan yang baik akan menghilangkan variabilitas system.

Trade-off antara pemeliharaan yang dilakukan oleh karyawan dengan pemeliharaan yang dilakukan oleh pemasok adalah dengan teknik pelaporan yang baik, perusahaan dapat menjaga arsip proses, mesin, atau peralatan individu. Arsip seperti itu dapat menyediakan profil yang berisi baik jenis pemeliharaan yang diperlukan maupun waktu pemeliharaan yang dibutuhkan. Sejarah pemeliharaan peralatan merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah system pemeliharaan pencegahan, seperti halnya catatan mengenai waktu dan biaya perbaikan. Arsip seperti ini juga memberikan informasi serupa tentang keluarga peralatan begitu juga pemasok.

Seorang manajer dapat mengevaluasi efektivitas fungsi pemeliharaan.
Untuk mengukur kesuksesan manajemen pemeliharaan, maka ada dua unsur yang harus ditentukan terlebih dahulu, yaitu keterlibatan karyawan dan prosedur pemeliharaan.
Factor karyawan dalam hal pemeliharaan dapat dilihat dari informasi yang dimiliki karyawan, keahlian yang dimilikinya, kompensasi yang diterima sebagai factor penguat motivasi dan kekuatan sinergi yang perlu dilakukan.
Adapun tentang prosedur pemeliharaan mesin-mesin, factor yang perlu diperhatikan adalah prosedur pembersihan dan pelumasan, juga monitor dan penyesuaian.

Pada sebuah adu pendapat mengenai pemeliharaan pencegahan di Windsor Printers, pemilik perusahaan bertanya, “Mengapa harus diperbaiki sebelum alat tersebut rusak?”, "Bagaimana jika Anda sebagai direktur pemeliharaan menjawab pertanyaan tersebut?"

Seperti yang dijelaskan di atas, pemeliharaan pencegahan yang periodic dan terencana sangat diperlukan pada fasilitas-fasilitas produksi, jika tidak akan mengakibatkan kerusakan “ Unit Kritis” dikarenakan :
  • Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan terhentinya seluruh aktivitas proses produksi.
  • Kerusakan fasilitas tersebut akan mempengaruhi kualitas produk.
  • Investasi yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut cukup besar.
  • Kerusakan fasilitas tersebut akan membahayakan pekerja, baik kesehatan maupun keselamatannya.
Oleh karena itu pemeliharaan sebelum mesin mengalami kerusakan sangat penting dilakukan. Bagaimana pun, konsekuensi kerusakan harus benar-benar dipertimbangkan. Bahkan beberapa kerusakan kecil dapat mengakibatkan malapetaka untuk produktivitas ke depannya.

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Andalas 2009 Alumni Ponpes Asy-Syarif Angkatan 09,, Alumni Ponpes Madinatul Munawwarah angkatan 06.