BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia pasti menginginkan kebahaian, salah atu cara yang digunakan oleh manusia untuk menjawab pesoalan-persoalan kemanusiaan dan member makna moral terhadap situasi apapun dari dunia nyata dan yang tersembunyi, untuk mencapai kebahagian tersebut adalah agama. Banyak kalangan dari ilmu sosial dan pakar ilmu disiplin lainnya yang berpendapat bahwa agama sudah ketinggalan zaman dan tinggal menunggu waktu untuk digantikan fungsinya oleh kemajuan sains dan teknologi. Pendapat itu diyakini banyak orang sampai sekarang.namun fakta yang di tampilkan oleh penemuam- penemuan ilmu social yang lebih matang menunjukkan hal yang berbeda.fungsi social agama ternyata bersifat fundamental dan faham-faham baru yang mencoba menghapus agama ternyata hanya mampu mengganti nama agama tersebut[1].
Agama dan beragma adalah gejala universal dalam masyarakat manusia, demikian pula demikian pula dalam stratifikasi dalam masyarakat adalah fenomena sosial yang ada di mana-mana.stratifikasi menimbulkan tinggi rendahnya suatu strata dari yang lain dari masyarakat yang bersangkutan atau dalam pandngan orang luar. Tetapi pembagian tugas dalam masyarakat seperti ada yang menjadi dokter, guru, sopir, pegawai negeri dan lain sebagainya harus ada. Pembagian ini di dasarkan kepada pembagian menurut lapangan pekerjaan (division of labour). Seharusnya, division of labour tidak menimbulkan kesan tinggi rendahnya anggota, masyarakat yang menduduki jabatan atau tugas tertentu tidak menimbulkan stratifikasi, tetapi di banyak masyarakat apalagi di masyarakat negara-negara terbelakang dan baru berkembang, jenis pekerjaan juga menimbulkan tinggi rendahnya penghargaan masyarakat kepada seseorang. Dokter, pejabat dan professor di nilai lebih tinggi dari petani,sopir dan buruh. Ini berarti stratifikasi di banyak masyarakat juga di tentukan oleh oleh jenis pekerjaan, sebagaimana banyak masyarakat yang menjadikan kekayaan, kharisma pengaruh dan asal-usul keturunan menjadi ukuran tiggi rendahnya seseorang dalam masyarakat.
Telah dikemukakan bahwa penilaian mulia tidaknya seorang umat islam dalam pandangan islam hanyalah karena ketaqwaannya, karena itu umat islam juga diajarkan untuk tidak membedakan manusia satu sama lainnya berdasarkan kekayaan, pangka, keturunan, warna kulit dan lainnya. Perbedaan manusia dengan dasar ketaqwaan seseorang dengan sesungguhnya. Yang dapat di ketahui manusia dengan meyakinkan hanyalah sesuatu yang dapat dilihat atau di amati oleh masyarakat itu sendiri.
Iman dan ketaqwaan tidak dapat diamati, tetapi yang dapat diketahui secara nyata adalah komitmen moral seseorang. Orang-orang yang punya akhlak mulia suka menolong orang lain, penyantun, sopan dan sifat-sifat muliia lainnya. Seyogyanya mereka mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi di masyarakat, ini berarti pandangan Allah dekat dengan pandangan manusia yang rasional ini. Tergantung kepada manusia bagaimana dia menghargai seseorang. Mereka yang meletakkan penghargaan pada kekayaan seseorang sebagaimana banyak pula yan meletakkan penilaian pada pangkat, bebagai gelar yang disandang dan bentuk fisik seseorang. Islam tidak mengajarkan stratifikasi pada manusia.namun pada kenyataan social, perbedaan antara ahli agama dengan penganut awam (lasty) juga suatu kenyataan sosial[2].
Menurut Prof Selo Sumardjan, pelapisan social akan selalu ada selama dalam suatu masyarakat terdapat sesuatu yang di hargai, dan merupakan bibit yang dapat menumbuhkan adanya sisti berlapis. Semakin banyak sesuatu yang dihargai, dimiliki maka semakin berfariasi pula steatifikasi sosoalnya. Sesuatu yang di hargai itu bisa berupa hal-hal yang bersifat ekonomis, politik dan status social,ilmu pengetahuan,dan asal- usul keturunan[3].
Berbagai gerakan islam yang ada sekarang ini tidak terlalu memperliahatkan adanya stratifikasi secara jelas meskipun ada sesuatu yang di hargai. Stratifikasi yang terlihat yaitu antara antara pemimpin atau Amir dengan jemaahnya saja terlepas dari kaya miskinnya seseorang. Gerakan islam sebagai salah satu wadah pengembangan diri umat islam memiliki mekanisme sendiri dalam menginternalisasikan nilai-nilai agama kepada para penganutnya. Masuknya sejumlah stimulus keagamaan kedalam siri seseorang menimbulkan proses internalisasi nilai. Selanjutnya, pada level individu nilai-nilai tersebut ditransformasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan proses secara keseluruhan tidak dapat lepas dari pengaruh latar belakang keagamaannya, baik di lingkungan masyarakatnya. Umat islam khususnya di Indonesia terbagi dalam beberapa kategori. Hal itu pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan latar belakang yang mempunyai proses internalisasimnya dengan Islam itu sendiri.
Munculnya gerakan-gerakan spiritual yang mencoba memberikan alternatif pemahaman dan pengalaman islam merupakan fenomena yang unik di tengah masyarakat. Gerakan ini tidak seperti gerakan dakwah umumnya seoerti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah atau persis yang sudah memiliki karakter sendiri, bukan pula aktivitas dakwah di kalangan mahaiswa seperti masjid Salman di ITB atu Jamaah Salahuddin di UGM. Tapi gerakan yang dikenal dengan Ishlah Arab harakan benar-benar baru, umumnya hidup di kampus perguruan tinggi. Ide gerakan ini umumnya berasal dari luar negeridengan satu semangat yaitu membangkitkan kembali kejayaan Islam. Jamaah gerakan ini menurut data majalah Tempo kurang lebih ssepuluh harakan, diantaranya : Ikhwanul Muslimin, Hizbuttahrir, Tarbiyah, Salafiyah, Darul Arqam dan Jemaah Tbligh.
1.2. Rumusan Masalah
Islam di turunkan untuk seluruh umat manusia, lain halnya dengan agama Nasrani dan Yahudi yang di turunkan khusus untuk Bani Israil saja. Oleh sebab itu banyak hamaba-hamba sahaya yang masuk Islam pada zaman permulaan Islam di siarkan. Dan banyak golongan kasta terendah yang masuk Islam pada zaman Islam nusantara. Banyak orang kulit hitam di Amerika yang masuk Islam , itu karena Islam tidak membedakan antara satu manusia dengan manusia lainnya berdasarkan fisik, ras dan status sosial dan Islam menerima perbedaan di antara mereka. Selain itu, ajaran Islam tidak bertentangan dengan fitrah manusia[4].
Jemaah Tabligh merupakan salah satu harakan Islam yang berusaha yang berusaha menghidupkan kembali amalan agama dengan menonjolkan aktivitas dakwah, ta’lim (belajar), zikir dan ibadah serta berkhidmad (amalan makami) dan amalan keluar (khuruj) dari rumah ke rumah atau dari masjid ke masjid. Tiga hari pada setiap bulannya di tambah empat puluh hari setiap tahun dan empat bulan sekurang-kurangnya seumur hidup. Khuruj adalah keluarnya seseorang untuk berdakwah di jalan Allah yang di batasi pada hari-hari tertentu bahkan hendaknya berdakwah sesuai dengan kemampuan tanpa di batasi pada hari-hari tertentu, pada semua orang tanpa melihat status mereka di dalam masyarakat. Baik itu kaya ataupun miskin, semua sama karena yang hanya bisa membedakan seorang hamba di mata Allah hanya tingkat ketaqwaannya.
Kadang mereka melakukan perjalanan keluar negeri, sedangkan biayanya ditanggung sendiri oleh jamaah. Gerakan ini menurut Ahamad Zulfikar (penaggung jawab Jemaah Tabligh Indonesia) marak di sejumlah Negara ASEAN, Australia, Amerika dan Timur Tengah kecuali Irak dan Iran[5].
Dari waktu ke waktu Jamaah Tabligh semakin di respon positif oleh masyarakat Dharmasraya umumnya nagari Ampang Kuranji jorong Lubuk Agam. Awal kedatangan Jemaah Tabligh di Dharmasraya adalah tahun 2004. Sebelumnya keadaan atau kondisi keagamaan khususnya dilihat dari segi peribatan masyarakat Dharmasraya layaknya umat Islam kebanyakan. Artinya, tidak terlalu menonjol dilihat dari segi pelaksanaan ibadah dan pada hari-hari besar lainnya.
Fakta menunjukkan bahwa umat Islam sebagai mayoritas adalah umat Islam dalam kategori statistik, yakni dimana kolektifitas massa yang semata-mata di persatukan oleh terdaftarnya mereka resmi sebagai muslim/muslimah, sebagai sebuah kategori statistik yaitu ketaatan pada realitas Islam, mereka adalah muslim yang seharui-hari menjalankan ritual keislaman.
Jemaah Tabligh di bawa ke ampang kuranji oleh seorang da’i yaitu orang ampang kuranji asli yang telah lama merantau keluar negeri salah stunya di Arab Saudi, dan beliau juga pernah menjadi imam di salah satu mesjid di Mekkah dan dengan beberapa orang anggotanya mereka pertama kali menempati pesantren Nurul Haqyang akhirnya sekarang dijadikan pusat kegiatan (markas) Jemaah Tabligh. Dari sinilah mereka mulai menyebarkan dan mengajak masyarakat untuk ikut bergabung belajar bersama Jemaah Tabligh. Mereka melakukan dakwah dari rumah ke rumah, dari masjid ke masjid, dan yang banyak yang tertarik pada waktu itu adalah orang-orang yang berada pada kelas ekonomi menengah kebawah. Hal itu trerus berlanjut sampai akhirnya masyarakat yang tergolong masyarakat kelas ekonomi menengah keatas juga tertarik dan ikut bergabung tanpa terlalu mempermasalahkan latar belakang ekonomi mereka.
Terlibatnya orang-orang dari berbagai kelas pada keanggotaan Jemaah Tabligh merubah moral dan etika pada diri orang-orang yang awalnya hanya melandaskan pada pandangan hidup (world view), namun setelah setelah masuknya Jemaah Tabligh mereka akan menjadikan ajaran-ajaran Jamaah Tabligh yang mengacu pada Al Quran dan Hadist sebagai pedoman hidupnya.
Pembicaraan mengenai hubungan social pada mastyarakat sangat menarik untuk diteliti. Sebab tidak di sangkal bahwa di dalam masyarakat terdapat bentuk-bentuk struktural seperti kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga social, stratifikasi dan kekuasaan yang kesemuanya itu mempunyai satu derajat dinamika tertentu yang menyebabkan terjadinya pola perilaku yang berbeda tergantung pada situasi, prubahan dan perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi dinamikanya karena para warga mengadakan mengadakan hubungan social antara satu dengan yang lain baik dalam bentuk orang perorangan maupun kelompok[6].
Sudah banyak penelitian terdahulu yang meneliti tentang Jemaah Tabligh, tapi belum ada penelitian tentang alasan-alasan masyarakat kelas ekonomi menengah keatas untuk ikut dalam keanggotaan Jemaah Tabligh.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu seperti penelitian Edwin Fathoni pada tahun 1997 yang mengatakan bahwa keberadaan Jemaah Tabligh terhadap dilemma organisasi keagamaan dalam masyarakat. Wanda Satria pada tahun 2007 juga melihat Jemaah Tabligh namun lebih ditekankan pada resistensi budaya konsumen diatas local pada kelompok keagamaan Jemaah Tabligh. Sedangkan Syafei pada tahun 2007 juga tentang Jemaah Tabligh yaitu tentang interaksi Jemaah Tabligh dengan etnis Tiong Hoa di kota Padang. Oleh sebab itu penting untuk mengetahui lebih jauh tentang jemaah Tabligh.
Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
- Apa alasan-alasan yang mendorong masyarakat ekonomi kelas menengah keatas ikut keanggotaan Jemaah Tabligh?
2. Bagaimana deskripsi kegiatan Jemaaah Tabligh di Nagari Ampang Kuranji kabupaten Dharmasraya?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui alasan-alasan yang mendorong masyarakat ekonomi kelas menengah keatas menngikuti keanggotaan Jemaah Tabligh.
2. Mendeskripsikan keberadaan Jemaah Tabligh melalui kegiatan-kegiatan yang dilkukan, itiasi dan kondisi yang di hadapi serta pandangan dan harapannya.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dari segi akademis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengayaan terhadap kajian tentang alasan-alasan masyarakat ekonomi kelas mnengah ikut bergabung dalam keanggotaan Jemaah Tabligh.
2. Dari segi praktis agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan penanggung jawab Jemaah Tabligh.
1.5. Kerangka Pemikiran dan Tinjauan Pustaka
1.5.1 Perspektif sosiologi
Perspektif sosiologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma perilaku sosial.Sesuai dengan permasalahan penelitian ,paradigma perilaku sosial dimaulai mampu menjelaskan mengenai alasan-alasan kelas menengah ikut keanggotaan dalam organisasi jemaah tabligh.Disini dilihat dari peran anggota dalam mengajak para masyarakat dari semua lapisan untuk ikut mendengarkan pengajian.
Paradigma ini memandang manusia sebagai makluk hidup yang berfikir dan kretif,tetapi manusia juga tidak terlapas dari faktor-faktor yang berada diluar dirinya (tidak bebas).Ritzer (2003.92)menjelaskan bahwa paradigma perilaku sosial memusatkan perubahan kepada tingkah laku individu yang berlangsung dalam lingkungan yang menimbulkan akibat/perubahan terhadap tingkah laku berikutnya.Maksudnya adalah tingkah laku dikonstruksikan secara social bentuk dalam proses interaksinya.
Realitas sosial dalam paradigma perilaku sosial dipandang sangat berpengaruh terhadap manusia .Memberikan peluang kepada manusia untuk mengembangkan sesuatu,
Berdasarkan paradigma ini,para anggota jemaah tabligh dipandang sebagai makluk hidup yang berfikir bagaimana cara untuk mengajak saudara (masyarakat) untuk ikut bergabung dalam jemaah tablih.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interasionis simbolik.Teori pertukaran menyangkut pada aspek perilaku,sikap dan hal-hal yang terpola atau terstruktur.menurut teori ini didalam realitas social terdapat sesuatu yang dipertukarkan.manusia adalah sebagai pemburu keuntungan,terdapat ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) dalam setiap perilakunya (Ritzer,2003:78).
Para penganut teori pertukaran sosial menjelaskan adanya saling ketergantungan (konsekuensi) sebagai suatu hasil dari kenyataan bahwa orang-orang saling bergantung karena adanya penghargaan atau imbalan,baik yang bersifat materil ataupun non materil.Penganut teori pertukaran,menyatakan bahwa terdapat pengaruh nilai-nilai yang muncul dan pengawasan yang memaksa dalam proses perukaran ini (Jhonson,1986:225).Nilai-nilai tersebut dapat berupa benda (ekstrinsik) dan non benda (intrinsik) seperti kepercayaan,prestasi,perlakuan khusus,gengsi dan lainya.
Persfektif sosiologis
Persfektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma perilaku sosial.s esuai dengan permasalahan penelitian, paradigma perilaku sosial dimana mampu menjelaskan mengenai alasan-alsan faktor yang berada dikelas menengah ikut keanggotaan Jema’ah Tabligh. Disini dilihat dari peran anggota Jema’am Tabligh yang sudah lama dalam mengajak paramasyrakat dari semua lapisan unyuk mrnghadiri pengajian.
Paradigma ini dalam memandang manusia sebagai sebagai makhluknya yang berfikir, tetapi manusia juga tidak terlepas dari faktor- faktor yangberada dalam diriya(tidak bebas).menjelaskan bahwa paradigma perilaku sosial yang memusatkan perhatian pada tingkah laku individu yang berlangsung dalam lingkungnayayang menimbulkan akibat atau perubahanterhadap tingka laku setelahnya. Maksudnya adlah tingkah laku dikonstruksikan secara sosial dan dalam bentuk proses interaksinya.
Realitas sosial dalam paradigam perillalku sosialdipandang sangat berpengaruh terhadap manusia. Tetapi tidak memaksa (oyektif dan subektif), realitas sosial digunakan oleh manusia dan memberikan kepada manusia untuk mengmbangkan sesuatu, berdasarkan paradigma ini, para anggota jt dipandang sebagai makhluk yang berfikir bagaimana car untuk ikut brgabung dalam Jema’ah tabligh.
Teori yang digunakan dlam penelitian iniadalah teori pertukaran sosial.
Teori pertukaran menyangkut pada aspek perilaku, sikap dan hal-hal yangtrpola atau terstruktur. Menurut teori ini, didalam realitas sosial terdapat sesuatu yang dipertukarkan. Manusia adalah sebagai pemburu keuntungan, trapat ganjaran (reward) dn hukuman(punishment) dalam setiap perilakuny (Ritzer, 1986:225).
Para penganut teori pertukaran sosial menjelaskan adanya saling bergantungan (konsekuensi) sebagai suatu hasil dari kenyataan bahwa orang- orang saling bergantung karena adanya penghargaan atau imbalan, baik yang bersifat materil maupun non materil. Penganut teori pertukaran, menyatakan bahwa terdapat pengaruh nilai- nilai yang munculdan pengawasan yang memaksa dalam proses pertukaran itu (Jhonson, 1968:225). Nolai- nilai tersebut dapat berupa benda (ektrinsik) dan non benda (intrinsuk) seperti keperceyaan, prestasi, perlakuan khusus, gengsi, dan lainnya.
Tindkan sesorang di latar belakangai oleh faktor- fakrtor dalam lingkungannya. dalam Poloma (2003:61-65), Homans sebagai salah satu pengemuka teori ini megembangkan lima proposisi untuk menjelaska tindakan seseorang:
1. proposisi Sukses
dalam setiap tindaka, semakin sering suatu tindaka tertentu memperoleh ganjaran, mak kin kerap ia akan melakukan tindakan.
2. Proposisi Stimulus
Jika dirasa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli, merupakan peristiwa dimana tindakan sseseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yanga gak sama.
3. Proposisi Nilai
Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu.
4. Proposisi Depriasi- Satiasi
semakin sesorang menerima hadiah khusus dimsa lalu yang dekat, makin kurang bernilai baginya unit ahdiah berikutnya.
5. Proposisi Restu Agesti
Jika tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diingnkan, maka dia akan marah, menjadi cenderung berperilaku agresif dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginy.
Kaitan dengan penelitian ini yaitu semua manusia pada umunya pemburu reward baik secara intrinsik maupaun ektrinsik. Baik itu reward didunia maupun juga di akhirat. Jemaah Tabligh tidak hanya mengingin kan rward dari manusia tapi lebih mengharapakan reward dari tuhan..
1.5.2 Pendekatan dan tipe penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana menurut Chad wick (1991) menjelaskan bahwa metodologi kualitatif adalah strategi penelitian yang memungkinkan peneliti memperoleh informasi dari tangan pertama mengenai maslah emphiris yang hendak dipecahkaan.
Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif yang mencoba menjelaskan secara terperinci maalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang dugambarkan adalah keberadaan jemaah tabligh Sebagai harakan spritual islam. Semua data mengenai permaslahan penelitian ini di dapat kan melalui data lisan dan tulisan dari pengamatan terhaap ampel, yaitu karkun sebagai anggota jemaah Tabligh, hal ini sesui dengan pendekatan yang digunakan yaitu kualitaiaf natualistik, yaituprosedur penelitian yang menghasilkan dat lisan dan tulisan dari perilaku yang diamati (moleong, 2000:3).
Dalam penelitian kualitatif dikenal bebrapa metode, seperti studi kasus (case study) induksi analilitis urban (modifiedanalytic induduction) dan metode komparatif konstan (constan comparative method). Study kasus merupakan studi yang menguji secara lengkap dan intensif segi- segi, isu- isu dan mungkin peristiwa tenteng latar belakangdari fenomena- fenonena yang diamati ber ulang-ulang.kasus tidak hanya terbats pada orang atau organisasi, tetapi juga terbatas pada sistem, program, tanggung jawab, koleksi atau populasi.
Sedangkan menurut Robert ,k Yin studi kasus merupakan metode penelitian yang menyelidikifenomena dan konteksnya saling berkaitan serta memanfaatkan banyak bukti dan informasi untuk pencarian datanya (Robertk,kYin,:18)
Berkaitan dengan permasalahaa penelitian ini, maka fenomena jemaah tabligh sebagai gerakan keagamaan memang ada dalm kenyataandan tidak dapat dipishkan dari struktur masyrakat. Sehubungan dengan desain studi kasus diperlukan pula unitanalisis. Unit analisis yaitu semua anggota jema’ah Tabligh.
1.5.3 Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu adalah wawancara dan pengamatan langsung. Wawancara adal suatu percakapadengan tujuan yaitu untuk memperoleh konstruksi yangtrjadisekarang tentangorang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan , motivasi, pengakuan kerisauan dsb (Arifin:63).
Wawancara yang bertipe opended dalam studi kasus adalah wawancara yang dilakkukan terhadap informan kunci untuk menyakan sekaligus opininya. Dalam penelitian ini adalah pihak yangterkai dengan Jema’ah Tabligh, termasuk juga amir atau pemimpin halakah. Sedangkam wawancara mendalam , yaitu wawancara dimana informan mengetahui scara garis besar maksud dan tujuan penelitian, sedangkan pewawancaratidak terkait dengan daftar pertanyaan.
Observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengamati tingkah laku yang aktual, yang berlangsung selam diadakan , jenis observasi yang digunakan adlah participan as observer dimana peneliti memberitahukan maksud nya pada kelompok yang diteliti (Ritzer,1985:74).
1.5.4 Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambillokasi di Dharmasraya tepetnya di Nagari ampang Kuranji, jorong lubuk Agam, di pesantren Nurul Haq.dan markasnya di mesjid taqwa yang terletak dijorong KotoGadang. Alasan pemilhan lokasi karena kalau dilihat sedikit sulit untuk
sumenentukan dan membedakan antara JT dengan harakah lainnya.banyak harakah yang ada didharmasraya hanya JT yang menonjoldan memperlihatkan aktifitas yang berpengaruh pesatpada masyarakat sekitar. Selain itu juga mempertimbangkan watu, tenaga ,dan finansial yang miliki peneliti.
1.5.5 Subyek penelitian
Dalam penelitian inisubyek penelitian adalah seluruh anggota jTyang pernah telibat dan masih aktif. Sedangakan pemilihan informan sebagai yang mewakilisubyek penelitian (purvorsive sampling).
Kriteria pemilihan informan ditentukan berdasarkan tiga hal yaitu:
1.Lama mengikuti kegiatan minimal 2 Th telah aktif dalam kegiatan JT.alsanya waktu 2 th sudah dianggap cukup untuk seorang anggota memahamifungsi dan perannnya sebafai anggota JT.
2. Pengalaman khuruj. Minimal sudah mengikutu khuruj 40 hr, alsannya waktu 4o hari dah dianggapcukup untuk memberukan pemahaman kepada seorang anggota terhadap sitiasi dan kpndisi yang dihadapi.
3. Latar belakang ekonomi.alasanya yang akan diteliti didalam penelitian iin adalah masyrakat kelas menengah untuk memutuskab bergabung dengan JT.
Tinjauan pustaka
1.Organisasi keagamaan dalam kerangka sosiologi
Agam merupakan faktor dominan dalam masyarakat dimana ia dapat mempengaruhi pila fikir , tingkah laku gaya hidup seseorang dan juga mempengaruhi sistem sosial dalam masyarakat. Agam adapat mencerminkan pola tingkah laku individu, sekelompok masyarakat,bahkan suatu masyarakat bangsa. Menurut emil dhurkeim(1985 :23) agama adlah pensucian tradisi yang menyatuka kebutuhan –kebutuhan masyarakat dalam perilaku manusia atas tumpuan akhir masyaakat tersebut
agama merupakan usaha manusia mengukur dalamya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semsta.
Masyarakat lebih besar dari individu , dimana ia memberikan kekuatan dan dukungan rhadap individu. Agama juga dapat merupakan sumber ide dan nilai- nilai yang membuat idup mereka bermakna , agama dapat membuat individu menjadi mkhluk sosial. Agama melestarikan masyarakat , emelihranya dihadapan manusia dalam arti memberi nilai bagi diri manusia. Dlam ritus pemujaan, masyrakat mengukuhkan kembali dirinya perbuatan- perbuatanya simbolik yang dengan itu memperkuat sikap yangdianut bersama.sehingga memperkuat masyarakat itu sendiri. untuk mewujudkan pengalaman- pengalsmsn agama baik yang sifatnya lahiriah maupun batiniah tersebut butuh dukungan kelompok atau yang lebih sering disebut jamaah. Jemaah merupakan kumpulan dari beberapa orang yang mempunyai suatu maksud dan tujuan ,suatu fikir,suatu pembicaraan ,serta satu hati dan ksih syang. Hal inilah yang akhirnya membentuk organisasi keagamaan dengan salah satu manifestasi –manifestasinya yang penting adlah gerakan keagamaan.
Saikh yusuf alkardawi mnegartikanharakah atau (gerakan islam ) sebagai aktivitas rakyat yang bersifat bersama (jama,iyah ) dan terorganisasi, yang berupaya mengembalkan agar islam agar kembali dalam segala aspek kehidupan .notingham (1985 :155) mengatakan bahwa gerakan keagamaan adlah setiap usaha yangterorganisasi untuk menyebarkan agama baru atu interpretasi baru mengenai
Umat islam dalam kategori yang sosial merupakan massa yang selain dipersamakan dlam statistik dan menjalankan ritual islam, juga secara sadar berinteraksi dalam masyarakat dengan memakai identitas islam. Kalangan ini sudah beraktifitas baik secara individu , kelompok , ataupun kelompok terorganisasi dengan menggunakan identitas islam , namun belum menjadikan politik sebagi agenda kolektif. Kelmpok studi , komite- komite aksi, institusi- institusi – institusi dakwah , LSM, ormas yang
Berdasrkan pengertian tersebut ,maka jemaah tabligh dapat dianggap sebagaisalah satu organisasi keagamaan karena aktivitasnya melibatkan banyak orang yang terdiri dari berbagai tingkat dan lapisan masyrakat dengan menekankan aspak dakwah dalam kegiatannya.artiannya jika dikaitkan dengan kategorisasi umat islam didunia diindonesia jemaah tabligh dapat dikelompokkan sementara dalam kategori ketiga.
Selanjutnya untuk meneliti Jemaah tabligh menurut ilmu sosiologi, maka Jema’ah tablih dapat dilihat sebagai intuisi atau lembaga. Intuisi adalah sutu sistem norma untuk mecapai suatu tujuan atau kegiatan masyrakat yang dianggap penting, atau secara formal sekumpulan kebiasaan dan tat kelakuan yangberkisar pada suatu kegiatan pokok manusia (Horton dan Hunt 1984:224). Dengan arti lain , institusi merupakan sistem hubungan sosial yangtrorganisir dalam menerapkan nilai- nilai serta prosedur umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyrakat. Dalam pengertian tersebut , nilai-nilai umum mengacu pada cita- cita dan tujuan bersama, prosedur umum adalah pola –pola perilaku yang dibakukan dan didikuti, serta sistem hubungan adalah jaringang peran danstatus yang menjadi wahanaunruk melakukan perilaku tersebut.
Lebih lanjut, institusi memiliki enam karakteristik yaitu:
- tiap institusi memiliki tujuan bersama yaitu kebutuhan khusus masyrakat.
- institusi atau lembaga mengandung nilai- nilai pokok yang besrumber dari para anggotanya.
- lembaga bersifat permanen, dalam hal pola- pola perilaku yang ditetapkan dalam lembaga menjadi tradisi.
- dasr-dasar lembaga sosial begitu luas sehingga kegiatan- kegiatan meeka mendapat kedudukan sentral dalam masyrakat. Perubahan dramatis dalam suatu lembaga kemungkinan besar dapat mengakibatkan perubahan pada lemaga lainnya.
- meskipun semua lembaga memiliki sifat saling ketergantungan dalam mayrakat, masing- masing lembaga disusu dan diorganisir secara sempurna disekitar pola-pola norma dan perilaku yang diharapkan.
- Ide- ide lembaga pada umunya diterima oleh anggota masyrakat, tidak peduli apakah berpartisipasi atau tidak.
Berdarkan uraian tersebut , maka Jema’ah Tabligh dapat dianggap sebgai subuah institusi karena mempunyai karakteristik lembaga anara lainnya:
1. Jema’ah Tabligh melibatkan bermacam- macam peran yang saling berhubungan.
2. Jema’ah Tablig memiliki nilai- nilai pokok.
3. Terdapanya serangkaian pola-pola norma, nilai dan perilaku yang diharapakan.
4. Jema’ah Tabligh mempunyai tujuan bersama.
Dalam institusi juga terdapat proses penerapan suatu norma menjadi bagian dari lembaga. Proses tersebut dalam sosiologi disebut pelembagaan (institusionalisasi). Pada Jema’ah Tablihg dapat dilihat, bahwa setiap anggotanya diterapakan suatu niali- nilai yang dianut bersamadan menjadi bagian dalam Jema’ah itu sendiri.
Penelitian ini mengarahkan analisinya untuk memahami bagimana masyrakat kelas menengah memutuskan untuk ikut bergabung dengan organisasi keanggotaan Jema’ah Tabligh. Jema’ah Tablihg merupakan suatu organisasi keagamaan yang slalu berusaha mengajak orang lain untuk mendekatkan dii kepada Allah tanpa harus melihat kedudukan seseorang ditengah masyarkat.
Tinjauan Pustaka
Kajian Perubahan sosial
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan- perubahan tersebut ada yang menarik dalam arti mencolok, adapula yang pengaruhnya terbatas maupun luas. Serta adapula perubahan yang lambat sekali akan tetapi adapula yang berjalan dengan cepat (soeknto,1997:333).
Gillin dan gillin mengatakan perubahan sosial sebagai sebagai suatu variasi dari cara- cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis .kebudayaan material , komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan- penemuan baru. Defenisis lain dari selo soemardjan bahwa perubahan sosial adalah gejala perubahan- perubahan pada lembagakemasyarakatan didalam suatu masyarakat ,yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok- kelompok dlam masyarakat. Tekanan pada defenisi ini terletak pada lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan kelompok manusia, perubahan- perubahan mana kemudian mempengaruhi segala struktur masyarakat lainnya (soekanto, 1997:337)
Banyak yang digunakan untuk mempengaruhi perubahan.Metode ini biasanya dipilih berdasarkan asumsi tertentu chann dan Benne mengemukakan tiga jenis strategi yang mereka sebut dengan
- rasional emphiris
- normatif edicatif
- pelaksanaan kekuasaan
starategi pertama berasumsi bahwa manusia adalah rasional dan mereka akan memenuhi kebutuhan mereka sendiri , bila keputusan itu ditujukan kepada mereka . strategi kedua juga berasumsi bahwa manusia adalah rasional tetapi mengakui manusia manusia bertindak berdasarkan norma- norma sosial, pengetahuan dan kepentingan sendiri,karena itulah perlumengembangkan nilai dan siskap maupun pemberian pengetahuan, strategi ketiga berasumsi bahwa manusia beertindak berdasarkan hubungan kekuasaan hubungan kekuasaan sah atau paksaan(lauer, 2001: 495-496)
dengantrjadinya interaksi antara masyarakat dengan jemaah tabligh akan trjadi perubahan pada perilaku, sikap pada masyarakat, karena setiap individu dalammmasyrakat selalu ingin menjadi yangterbaik dibandingkan dengan keadan terdahulu sehingga menyebabakan orang untuk mengambil keputusanpribadi dan akhirnya berpengaruh pada kelompok
kajian tentang stratifiakasi
Dilihat dari sudut pandang ini maka akanterlihat adnya pelapisan sosial didalam masyaraakat. Makin besar pengaruh suatu kelompok maka semakin tinggi pula kedudukannya didalam masyarakat. Jika keduduka kelompok begitu kuat maka kan semaki sulit untuk ditembus oleh kolmpokalainya (Robertson dalam Damsar , 1982:26)
stratifikasi mincul akrena ada interaksi didalam anggota sendiri. Bila orang- orang dalam dalam suatu masyarakat berinteraksi dalam waktu yang lama maka akan cenderung membandingka dan merangking orang atau kelompok yang ada.nilai dan harga mereka secara relatif ditentukan atau diputuska berdasrkan kriteria khusus.status dan peran yang ada dalam masyarakat itu lambat laundievaliasi dan dibandingkan antara yang satu dengan yang lain, akhirnya beberapa status dan peran dipandang lebih penting karena dinilai dan dihargai lebih tinggi dari yang lain(hury:128).
Kriteri yang dapat dipakai dalam menggolongkan anggota- anggita masyarakatdalam suatu lapisan masyrakat adalah sebagai berikut;
- ukuran kekayaan
barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas, kekayaan tersebut misalnya dpat dilihat pada bentuk rumah yangbersangkutan, mobil pribadi, cara berpakain dan bahan pakian yang dipakai, kekuasaan dalam bebelanja barang- barang mahal dan seterusnya.
- ukuran kekuasaan
barang siapa yang memilikikekuasaan atau yang mempunyai wewenang diletakkan pada lapisan atas.
- ukuran kehormatan
ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran kekayaan dan kekuasaan . oarang yang paling disegani dan dihormati masyrakat mendapat tempat teratas . ukuran semacam ini hanya dapat terlihat pada masyrakat tradisional atau golongan tua.
- ukuran ilmu pengetahuan
ilmupengetahuan sebagai ukuran dipakai masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan , akantetapi ukuran tersebut kadang- kadang menyebabkan terjadinya akibat negatif , karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran akantetapi gelar kesarjanaanya.sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untukmendapatkan gelar walaupun tidak halal (soekanto 1997;236)
Menurut prof selo soemardjan pelapisan sosial akn selalu ada selam adalam sutau masyrakat terdapat sesutau yang dihargai dan merupakan bibit yangdapt menumbuhkan adnya sistem yangberlapis- lapis.semakin banyak sesutu yang dihatgai dimiliki maka akan semakin tinggi stratanya. Semakin kompleks masyrarakat maka semakin bervariasi pula stratifikasi sosialnya.sesuatu yang dihargai itu dapat berupa uang, atau hal lain yang bernilai ekonomis, politik, dan status sosial seperti tanah, kekayaan, ilmu penetahuan, kekuasaan, kesalehan atau keturunan keluarga terhormat atau bangsawan (waridah dan sukardi,2003: 111).
Organisasi keagamaan dalam kerangka sosiologi
Agam merupakan faktor yag dodminan dalam masyarakat dimana ia mendapat mempengaruhi pola fikir, tingkah laku, gaya hidup sesorang dan juga mempengaruhi sistem sosial dalam masyarakat. Agama dapat mencerminkan pola tingkah laku individu, sekelompok masyrakat, bahkan suatu masyarakat bangsa. Menurut Emil Dhurkeimagama adlah pensucian tradisi yang menyatukan kebutuhan- kebutuhan masyarakat dalam perilaku masyarakatatas tumpuan akhir masyrakat tersebut. Agama berkaitan dengan usaha- usha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan alam semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar