BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian Manajemen Ternak Unggas
Secara umum manajemen di defenisikan sebagai ; proses dengan mana pelaksanaan dari suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.Atau dengan kata lain adalah semua kema -hiran untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang relative kecil.Dalam prakteknya menejemen merupakan bagaimana kita-kiat untuk mangatur ,menjalan-
kan dan menggerakkan suatu organisasi sehingga dapat mencapai tujuan yang direncanakan oleh suatau usaha.
Fungsi manajemen dapat dibedakan atas 4 yakni :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Actuating (menggerakkan)
4. Controlling (pengawasan dan penelitian)
Suatu usaha apapun hanya akan berhasil mencapai tujuanya dengan efisien jika mampu melaksanakan fungsi manajemen yang baik dan seimbang.
Berhasilnya suatu usaha peternakan ayam hanya dimungkinkan jika aspek teknis usaha tersebut dapat didukung oleh lingkungan yang kondusif,bibit yang berkualitas dan manajemen pengelolaan yang optimal.
Usaha ternak ayam dewasa ini dapat dikatakan sebagai usaha sambilan atau hobi,sebab telah merupakakan suatu usaha ekonomis yang menuntut pengelolaan secara agribisnis,guna memperoleh income yang memadai.
Dengan demikian faktor panca usaha ternak yaitu :
1. Pemilihan bibit
2. Makanan
3. Pemeliharaan
4. Pencegahan penyakit
5. Pemasaran hasil
Merupakan suatu kesatuan skill yang mesti dikuasai oleh perusahaan peternakan ayam.
Guna memperoleh produktifitas yang tinggi dari usaha ternak ayam,dapat ditempuh 4 langkah yaitu :
1. Peningkatan jumlah produksi telur
2. Penurunan biaya produksi
3. Perbaikan pemasaran
4. Perbaikan faktor lingkungan seoptimal mungkin.
Biaya makanan merupakan 60-70% dari biaya produksi,biaya makanan akan turun dengan peningkatan produksi,dan biaya buruh akan turun dengan penambahan jumlah ayam yang dipelihara.
Kelompok ayam efisien mestilah berproduksi antara 70-75% sepanjang tahun.Ini menghendaki pemberian makanan dan manajemen sebaik mungkin.Ayam mestilah dalam kualitas yang baik dan dapat perlakuan serta kandang yang baik pula.
Disamping faktor bibit,system pemeliharaan serta pengelolaan,maka faktor lingkungan merupakan hal dasar yang mesti diperhatikan dalam usaha pemelihraan ternak ayam,sebagai faktor penghambat produksi optimal.
Sebagai suatu bidang usaha guna memenuhi kebutuhan hidup manusia,usaha ternak ayam baik skala kecil,menengah dan besar tidaklah lepas dari fungsi dan prinsip-prinsip manajemen modern.Keadaan ini diperlukan mengingat dimasa depan persaingan usaha ternak ayam di era global menghendaki usaha yang kompetitif dan efisien.Pencapaian yang efisien hanya dimungkinkan jika pengusaha peternakan ayam betul-betul menguasai manajemen beternak yang bagus.
BAB II
ISI
Ayam broiler merupakan hasil teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Menurut North (1984) pertambahan berat badan yang ideal adalah 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energi yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985). Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan / penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi (Anonimus, 1987)
1. Kendala Pengembangan Ternak Ayam Di Indonesia
Indonesia terletak pada daerah tropika basah pada 6°°dan 11° lintang selatan.Dengan kisaran suhu 23-35° di dataran rendah dan 30°C di dataran tinggi.Kelembapan udara cukup tinggi di antaranya 80-90% di pulau-pulau besar dan 70-80% dipulau kecil.Selain itu sering ditemukan angin yang minim,terutama di dataran rendah.kecepatan angin yang rendah dan kelembapan yang tinggi,Akan menyebabkan ayam susah untuk mengeluarkan panas tubuh.Akibat curah hujan yang tinggi,maka stress akibat penyakit ayam pun akan banyak terjadi.
Dibawah kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan inilah ayam yang akan dikembangakan didaerah subtropika dipelihara.Jadi tidaklah mengherankan terjadinya stagnasi produksi maupun populasinya walaupun pengembangan produksi unggas adapat dipacu di dalam jangka waktu yang pendek.
Kalau di Negara maju,ayam pedaging telah mencapai berat 2 kg dalam 7 minggu dengan konversi makan 1,90 serta ayam petelur dengan tingtakat produksi 85-90%,maka di Indonesia masih jauh dari jangkauan.Produksi yelur ayam ras Indonesia baru rata-rata 70%.berarti ketidak efisienan ini setara dengan 40 ton telur yang bernialai 286 milliaar pertahun yang tidak dapat dinikmati oleh peternak.Ayam petelur di Indonesia settiap tahunya.studi intensif yang dilakukan,menunjukkan produksi telur rata-rata di sumatera barat barulah 65% didataran rendah dan 69,6% di dataran tinggi, sedangkan upaya peningkatan produksi dengan memperbaiki ransum baru dan dapat meningkatkan produksi menjadi 70,3% di daerah dataran randah.
Di daerah tropuka basah seperti Indonesia, panas lingkungan merupakan penyabab stress yang utama bagi unggas,yang bertanggungjawab terhadap rendahnya produksi,sehingga kemangkusan maksimal belum bisa dicapai oleh peternak di Indonesia.
Keadaan ini di pengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan,luas penguasaan lahan,serta kekurangan modal.Tidak kalah hambatan utama terjaidnya stagnasi produksi unggas ini disebabkan oleh tidak adanya standarisasi harga pakan dan telur perdaging ayam.Fluktuasi harga sepanjang tahun, menyebabkan apapun langkah manajemen yang dilaksanakan oleh peternak selalu memukul peternak untuk dapat mempertahankan tingkat produksi dan usahanya.
Penelitian yang telah dilaksanakan belakangan memperlihatkan gejolak harga ransum yang begitu besar sekali.Pada tahun 1977 harga ransum masih Rp 70/kg meningkat menjadi Rp 250/kg pada tahun 1984 dan naik lagi Rp 350,sampai Rp 425 pada tahun 1988.Dan dewasa ini telah mencapai Rp 625/kg,sedangkan harga telur sejak beberapa tahun ini berkisar anatara Rp 85-125/butir atau Rp 1600-2000/kg dan Rp 350/butir dan Rp 2500/ransumnya.Jelas ini bukanlah perangsang untuk berkembangnya usaha ternak ayam sesuai dengan maksud keppres nomor 22/1990.
Hasil studi lain oleh abbas (1990) menunjukkan bahwa akibat fluktuasi harga ransum dan telur yang relative konstan,apabila peternak ingin mempertahankan titik impas biaya produksi,maka setiap kenaikan harga makanan RP 50/kg maka diperlukan kenaikan produksi sebanyak 33 butir ( 9% pertahun).
Guna memperoleh produktifitas yang tinggi datri usaha ternak ayam,dapat ditempuh 4 langkah yaitu :
1. Peningkatan jumlah produksi telur
2. Penurunan biaya produksi
3. Perbaikan marketing
4. Perbaikan faktor lingkuangan seoptimal mungkin
Pengolahan ayam secara intensif untuk memperoleh performa maksimum dengan biaya minimum,tidaklah mudah.Untuk mendapatkan performa yang baik,diperlukan interaksi antara ternak,kesehatan,nutrisi dan lingkungan yang sesuai.
Berhasilnya manajemen ternak unggas dibawah kondisi tropika adalah mungkin,tetapi perlu penerapan teknik yang berbeda dari daerah suptropika.Pengelolaan haruslah ditujukan kepada bagaimana mengurangi steres suhu dan kelembaban,memelihara konsumsi air dan feed intake.Pada sisi lain pengembangan ditentukan oleh aspek sosial ekonomi peternakan.
2. Keuntungan Beternak Unggas Di Indonesia
Guna memanfaatkan peluang ,dinamika dan tantangan serta prospek yang cerah bagi usaha ternak ayam,dalam rangka mencapai kesejahteraaan baik fisik maupun mental,sumber daya manusia,,penyerapan dan pemerataan lapangan kerja, pemerataan dan peningkatan income serta mengurangi kesenjangan sosial dari sektor pembangunan lainya,cukup terbuka asalkan kendala-kendala serta masalah dalam usaha petrnakan ayam di carikan pemecahanya,baik teknis beternak yang rasional maupun kendala sisial ekonomis yang jauh berada diluar jangkauan peternak kecil/menengah,cukup dapat diandalkan karena beberapa hal positif sebagai berikut:
1. Potensi pasar yang masih besar sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan gizi,kenaikan pendapatan masyarakat serta adanya peluang ekspor.
2. Tenaga kerja,baik terlatih,professional dan sempitnya lapangan kerja favorit.
3. Peluang untuk pemasaran produk biji-bijian hasil petani,disamping makin banyakanya limbah pertanian dan agribisnis yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas.
4. Tersedia dana kredit untuk pengusaha golongan lemah sebagaimana anjuran presiden RI,yakni sebesar 20% yang sampai saat ini belum dimanfaatkan sebagaimana yang diharapkan karena alasan bank teknis.
5. Tersedaianya banyak penyuluh yang terlatih,baik dari dinas terkait, perusahaan sarana peternakan dan pakar-pakar di perguruan tinggi yang diharapkan lebih banyak peluang untuk mengatasai masalah teknis.
Upaya-upaya untuk melakuka peningkat performans ayam di daerah tropika basah melalui manipulasi bio-lingkungan peril mendapat perhatian agar kerugian peternak dapat ditekan seminimum mungkin,apalagi ditengah gejolak tidak stabilnya harga ransum dan produk yang selalu menerpa peternakan di Indonesia.
Peluang untuk memperbaiki performans ayam didaerah tropika basah Indonesia menurut abbas (1996) yang utama adalah melalui pendekatan manipulasi bio-lingkungan,yakni :
1. Manipulasi iklim mkro melalui rasionalisasi perkandangan
2. Manipulasi bio-fisiolagi melalui pengaturan :
a. Feed water balance
b. Supelemnatsi vitamin C,vitamin E,vitamin K,bitotin,vitamin B2 (ripoflafin),
3. Perbaikan manajemen,terutama saat terjadinya lonjakan suhu lingkungan
4. Perbaikan sosial ekonomi lingkunngan usaha.
Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:
1) Penyediaan kebutuhan protein hewani
2) Pengisi waktu luang dimasa pensiun
3) Pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja
4) Tabungan di hari tua
5) Mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Jadi kesimpulannya,beternak unggas di Indonesia bisa dikembangakan dengan memperhatikan beberapa faktor seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.Dengan cara memanipulasi :
1. Manipulasi iklim mkro melalui rasionalisasi perkandangan
2. Manipulasi bio-fisiolagi melalui pengaturan :
c. Feed water balance
d. Supelemnatsi vitamin C,vitamin E,vitamin K,bitotin,vitamin B2 (ripoflafin),
3. Perbaikan manajemen,terutama saat terjadinya lonjakan suhu lingkungan
4. Perbaikan sosial ekonomi lingkunngan usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Hafil,2004.Manajemen Ternak Unggas.padang.2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar