Join emridho's empire

Jumat, 30 Desember 2011

makalah management agribisnis ( komoditi rumput laut)


RUMPUT LAUT
Pendahuluan
            Indonesia merupakan negera kepulauan yang terdiri dari lebih 13.600 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kondisi perairan Indonesia yang luas dan subur mencerminkan potensi hasil laut yang cukup tinggi. Salah satu komoditi sumberdaya laut yang ekonomis adalah rumput laut. Dari ratusan jenis rumput laut yang tersebar di perairan pantai Indonesia, terdapat 4 jenis bernilai ekonomis yaitu marga Gracilaria, Gelidium dan Gelidiella sebagai penghasil agar, dan marga Hypnea serta Eucheuma sebagai penghasil carrageenan.
Istilah “rumput laut” adalah terjemahan dari “seaweed” yang merupakan nama dalam dunia perdagangan internasional untuk jenis-jenis alga (e) yang dipanen dari laut. Sebenamya penamaan rumput laut tidak tepat karena algae secara botanis tidak termasuk dalam golongan rumput-rumputan (Graminae). Nama agar-agar juga diberikan kepada jenis-jenis algae ini berdasarkan kandungan kimianya..Rumput laut merupakan bagian dari tanaman perairan (alge) yang diklasifikasikan ke dalam 2 kelas yaitu makro alge dan mikro alge.  Rumput laut termasuk pada kelas makro alge,  yaitu  penghasil bahan-bahan hidrokoloid,  selain mengandung bahan hidrokoloid sebagai komponen primernya, rumput lautpun mengandung komponen sekunder  yang kegunaannya cukup menarik  yaitu sebagai obat-obatan dan keperluan lain yang cukup penting seperti kosmetik dan industri lainnya.
Pentingnya pengamatan mulai dari produksi dan konsumsi
            -produksi
Dari total produksi rumput laut di Indonesia sebagian besar dihasilkan di perairan Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Walaupun perairan pantai Indonesia mempunyai potensi sebagai penghasil rumput laut, tetapi masih kalah jauh dengan produksi rumput laut dari Filipina. Hal ini disebabkan karena produksi rumput laut Indonesia selama ini masih tergantung dari hasil panen dari alam, sedangkan di Filipina sudah dibudayakan secara intensif. Usaha budidaya rumput laut di Indonesia baru dilakukan di beberapa daerah seperti Bali, Sulawesi Tenggara dan itupun masih terbatas pada jenis Eucheuma.
Potensi produksi rumput laut kering rata-rata 16 ton per hektar per tahun. Jika luas areal itu dimanfaatkan secara optimal, total produksi mencapai 17.774.400 ton per tahun. Harga di pasar dunia saat ini sekitar Rp 4,5 juta per ton. Ini berarti, nilai pendapatan yang diperoleh Rp 79,984 triliun.
Total produksi rumput laut basah rata-rata 223.000 ton atau setara dengan 30.000 ton kering. Setiap 8 ton rumput laut basah bisa menghasilkan 1 ton rumput laut kering. Hingga kini baru 20.572 perusahaan skala menengah yang berinvestasi di budidaya rumput laut dengan total investasi Rp 5,143 triliun.
-Konsumsi
 Olahan sederhana dari rumput laut yang telah berkembang di Indonesia berasal dari jenis Eucheuma.jenis ini dikonsumsi masyarakat dalam bentuk makanan,seperti dodol, permen jelly, puding dan manisan nata rumput laut. Dari jenis Gracilaria adalah agar-agar kertas, agar-agar batangan, agar-agar powder, sedangkan dari jenis Sargassum antara lain adalah minuman Alginat. Biasanya produk olahan tersebut diproses secara skala rumah tangga, penampilan produknya kurang menarik dan daya simpan kurang lama. Hanya sebagian kecil yang telah diproses seraca modern dan dikemas dengan menarik dan telah dijajakan di pasar swalayan.
Manfaat
Manfaat penggunaan rumput laut di bidang kesehatan telah lama diterapkan oleh masyarakat tradisional, diantaranya adalah: rebusan rumput laut atau serbuk yang dibuat pil digunakan untuk mengatasi sakit gondok karena rumput laut mengandung iodium. Larutan berwarna coklat dari rumput laut juga berguna bagi penyakit rheumatik dan menurunkan berat badan. Serbuk rumput laut juga lazim dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi segala jenis penyakit. Penggunaan phycocolloid dari alginat dapat menyembuhkan penyakit kanker terbukti kemanjurannya menghasilkan pemulihan 68 % dari 162 pasein kanker. Senyawa ini juga dapat mengatasi penyakit bronchitis kronis atau emphysema (penyakit paru-paru), scrofula, gangguan empedu, atau kandung kemih, ginjal, syphilis, tukak lambung, atau saluran cerna, reduksi kolesterol darah dan anti hipertensi (Chapman & Chapman, 1980) .
Produk rumput laut digunakan juga dalam industri pangan seperti pembuatan jelly, minuman dan makanan ringan, sosis, selai anggur dan pakan binatang piaraan. Sedangkan pada pada industri non pangan seperti industri suspensi, cairan pembersih, pelapis keramik, industri kertas, pencetakan tekstil dan karpet serta farmasi dan kosmetika .
prospek Rumput laut dari sisi permintaan
Prospek usaha rumput laut di masa mendatang cukup baik dan memberikan harapan. Sebagai contoh, permintaan dunia terhadap Eucheuma dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Bahkan menurut Doty permintaan dunia untuk jenis Eucheuma di- taksir dapat mencapai 10 kali produksi alami. Tiga perusahaan industri carrageenan terbesar didunia (USA, Denmark dan Prancis) setiap tahunnya membutuhkan rumput laut sebanyak 20.000 ton sedangkan yang tersedia di pasaran dunia hanya 18.000 ton/tahun.Kemudian Porse menunjukkan bahwa dewasa ini permintaan dunia untuk Eucheuma adalah 50.000 ton per tahun, sedangkan suplai hanya mencapai 44.000 ton per tahun, untuk memenuhi permintaan dunia masih diperlukan 6.000 ton per tahun. Dari sejumlah suplai Eucheuma, Indonesia hanya mensuplai 9 % - nya.
Permintaan (demand) akan rumput laut belakangan ini makin meningkat. Berdasarkan hasil kajian Divisi Research and Development Departemen Studi Makro dan Mikro Bank Ekspor Indonesia (BEI), perdagangan internasional rumput laut selama 2004 meningkat rata-rata 6% (dari sisi permintaan). Sedangkan, dari sisi persediaan (supply) hanya 5%. Artinya, dengan permintaan komoditas rumput laut yang lebih besar ketimbang produksinya, harga rumput laut diperkirakan meningkat pada masa mendatang.
Permasalahan komoditi dari sisi agribisnis
a.       Usaha budidaya tidak didukung dengan pemasaran yang terpadu.para petani selalu berhadapan dengan tengklak yang cenderung menekan harga.
b.      Kurang penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas padahal bibit hanya boleh dipakai paling banyak 4x musim tanamsecara berturut-turut,setelah itu harus diganti,untuk menjaga stabilitas mutu produksi.
c.       Tidak ada tenaga penyuluh yang khusus yang menangani rumput laut
d.      Belum ada tata ruang yang membagi lokasi untuk usaha pembudidayaan
e.  Sulit mencari lokasi budidaya laut dipantai utara dan selatan Jawa Tengah yang memenuhi syarat, baik ditinjau dari segi kondisi oceanografis maupun segi kondisi daratan.
f.   Pasar lokal masih lemah dan daya beli masyarakat masih rendah dan pasar luar negeri masih terbatas.Karena itu perlu promosi di pasar lokal, domestik dan luar negeri.
g.  Analisa ekonomi budidaya laut belum ada di Sumatera Utara, karena belum ada uji-coba yang telah memberi data mantap, karena itu masih perlu meneruskan dan mengembangkan uji-coba kultur laut ini.
h.  Vegetasi daerah pantai dan estuaria dibanyak tempat telah rusak, terganggu atau habis, karena itu telah banyak daerah pengembangbiakan alami hewan laut dibawah kondisi minimal. Karena itu sumber benih alami untuk budidaya laut masa depan diharapkan dari pembenih-pembenihan (Hatcheries).
subsistem agribisnis yang terkait dengan komoditi tersebut tersebut mulai dari farming system,processing,marketing,R&D dan supporing lain yang berkaian.
-Farming system
Pada prinsipnya ada tiga metoda budidaya menurut posisi tanaman yaitu:
·         Metoda didasar (bottom method)
·         Metoda lepas dasar (off-bottom method)
·         Metoda terapung (floating method)
Masing-masing metoda ini mempunyai keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian. Metoda penanaman dipilih berdasarkan keadaan perairan, tujuan budidaya dan jenis rumput laut yang dibudidayakan.
Metoda di dasar (bottom method)
Pada penanaman dengan metoda ini bibit tanaman diikatkan pada batu-batu karang dan disusun berbaris di dasar perairan. Keuntungan dengan cara ini adalah murahnya biaya budidaya dan tidak diperlukan banyak pekerjaan pemeliharaan. Kerugian yaitu mudah diserang bulu babi (sea-urchin). Mungkin di suatu area sulit diperoleh batu-batu karang lepas dengan ukuran cukup. Metoda ini baik digunakan untuk jenis Gelidium yang tumbuhnya diperairan terbuka dan menerima pukulan ombak besar terus menerus. Metoda lain sulit dilakukan untuk jenis Gelidium ini karena bangunan budidaya tidak dapat bertahan. Bila metoda ini digunakan untuk jenis Gelidium maka tujuannya bukan untuk suatu usaha karena pertumbuhannya yang lambat. Cara ini berguna untuk memperluas daerah penyebaran dan mempertahankan kelestarian stok.
Metoda lepas dasar (off-bottom method)
Jenis-jenis Eucheuma dan Gracilaria dapat ditanam dengan metoda ini. Mula-mula bibit tertanam diikat tali plastic (rafia) masing-masing dengan berat kirakira 20 cm dan direntangkan kira-kira 20–30 cm diatas dasar perairan dengan menggunakan kayu-kayu pancang. Bebarapa diikatkan langsung pada kayu-kayu yang berjarak 5 m. Masing-masing monoline jaraknya kira-kira ½ meter. Kedua pada kayu-kayu pancang direntangkan 2 m nilon multifilamen (Æ 6 – 7 mm). Dalam barisan, jarak nilon multifilamen kira-kira 2-½ m. Nilon monofilamen direntangkan dengan mengikatkannya pada nilon multifilamen dengan jarak 20 cm. Modifikasi ketiga, dibuat jaring dari nilon monofilamen dengan lebar mata 20 cm. Bibit tanaman diikatkan pada simpul-simpulnya. Jaring ini direntangkan dengan kayu-kayu pancang.
Metoda ini mempunyai keuntungan yaitu terhindar dari bulu-babi. Penanaman dapat dilakukan di area dengan dasar perairan terdiri dari pasir sehingga mudah menancapkan pancang, sulit di lakukan diperairan dengan dasar perairang karang. Kerugian dengan metoda ini ialah, sering diserang ikan-ikan herbivour pada waktu pasang dalam.
Metoda ini memberikan nilai pertumbuhan yang baik bila di areanya terdapat arus yang baik. Karena bila pergerakan air di area penanaman didominasi oleh ombak, maka tanamen tidak atau sedikit manerima pergarakan air selama perioda pasong dalam, sehingga pertumbuhannya kurang baik.
Metoda terapung (floating method)
Dibuat rakit-rakit dari bambu dan kayu dengan ukuran 2 sampai 4 meter. Ada dua modifikasi dangan metoda ini yaitu monoline den net seperti halnya dengan metoda lepas daser. Ditempat-tempat yang pergerakan airnya terutama terdiri dari ombak, sebaiknya digunakan metoda ini. Demikian juga bila dasar periran terdiri dari karang yang keras dimana sulit menancapkan pancang, dapat dwgunakan metoda ini. Untuk mempertahankan agar rakit-rakit tidak hanyut, digunakan jangkar. Untuk efisiensi area, beberapa rakit dijadikan satu. Makin banyak jumlah rakit, makin tinggi efisiensi area. Pengaruh penyatuan sejumlah rakit terhadap pertumbuhan adalah negatip di mana makin banyak jumlah rakit yang disatukan makin banyak pula jumlah rakit yang berada di tengah dengan pertumbuhan tanaman jelek. Jumlah yang sebaiknya ialah 10 rakit (2 × 5) rakit dijadikan satu.
-processing
Dalam kegiatan-kegiatan rumput laut, instalasi bangunan budidaya dan pananaman memerlukan banyak tenaga kerja. Selanjutnya kegiatan pemeliharaan mudah sekali dilakukan, asal dikerjakan secara teratur setiap hari. Pekerjaan pemeliharaan terdiri dari membersiihkan tanaman dari tumbuhan penempel atau benda-benda lainnya, menggantikan tanaman yang rusak atau hilang dengan yang baru dan memperbaiki bagian-bagian bangunan budidaya yang rusak seperti monoline yang putus, bambu atau kayu yang patah, tiang-tiang pancang yang tercabut dan lain-lain. Apabila kegiatan ini dilakukan setiap hari maka kerusakan kerusakan berat dapat dihindari sehigga kerugian yang lebih besarpun tidak akan terjadi.
Pertumbuhan tanaman pada umumnya tidak seragam. Sesudah sebulan masa penanaman biasanya akan terlihat tanaman yang sudah mencapai ukuran besar, sementara ada tanaman yang masih tetap kecil. Karena itu beberapa tanaman sudah dapat dipanen. Di P. Samaringa, Sulawesi Tengah pada bulan-bulan tertentu tanaman diserang lumut. Pembersihan tanaman dari lumut ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak sampai merusak thallus. Bila tanaman telah merata mencapai ukuran kira-kira 600 grams sudah waktunya untuk dipanen. Panen dilakukan dengan memotong dan meninggalkan sebagian tanaman untuk dapat tumbuh besar lagi. Kadang-kadang dilakukan juga pengangkatan seluruh tanaman kalau pengikatnya sudah tidak kuat lagi.
Penanaman rumput laut dilakukan dengan memanfaatkan sifat pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan tanaman diukur dengan pertambahan beratnya tiap hari dan dapat dihitung dengan rumus :
Untuk dapat memberikan kebijahsanaan-kebijaksanaan yang diperlukan masyarakat nelayan/petani rumput laut sehubungan dengan keadaan tanaman sebagai akibat dari lingkungan perairan maka diperlukan monitoring lingkungan perairan yang meliputi sifat-sifat hidrologis dan biologis, serta monitoring pertumbuhan tanaman. Monitoring pertumbuhan dilakukan dengan penimbangan tanaman contoh yang diberi label setiap minggu sekali.
Contoh penanaman Eucheuma
Gambar 1.


Dari gambar diatas menunjukkan bahwa tanaman yang ada di lapisan atas tumbuh lebih baik dari tanaman yang ada dibawahnya ( Tabel 1 ). Hal yang sama dijumpai pada tanaman rakit apung bersusun rupanya perbedaan intensitas sinar yang diterima dilapisan bawah sama dengan tanaman kontrol (kedudukan yang sama tetapi tidak bersusun). Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa pada areal budidaya yang memungkinkan kedalamannya dapat dilakukan penanaman dengan cara berlapis, sehingga pada luas areal tertentu jumlah tanaman dan panenan akan dapat ditingkatkan. Efisiensi lahan dengan cara penanaman berlapis dapat dilaksanakan.

Tabel 1. Laju pertumbuhan berat rata-rata percobaan penanaman
Eucheuma spinosum dan E. striatum


Waktu percobaan
Lokasi Propinsi Bali
Jenis
Laju pertumbuhan berat rata-rata (% /hari)


1.
23-8-84 s/d 20-9-84
(28 hari)
Nusa Dua
E. spinosum

2,38
2,20
2,39

2.
19-8-84 s/d 15-10-84
(57 hari)
Nusa Lembongan
E. spinosum
3,68
3,00
3,00
-

3.
10-12-84 s/d 14-1-85
(35 hari)
Nusa Dua
E. spinosum
E. striatum
3,28
2.21
2,39
2.39
4,12
2,70
-
-

4.
13-12-84 s/d 25-2-85
(43 hari)
Serangan
E. spriatum
5,00
-
-
-

5.
17-12-84 s/d 13-1-85
(27 hari)
Nusa Lem bongan
E. spinosum
4,51
4,60
5,04
-

6.
17-12-84 s/d 28-1-85
(42 hari)
Nusa Lembongan
E. spinosum E.striatum

3,40
3,10
-

Keterangan: 0 = metoda lepas dasar, 30 cm dari dasar sebagai kontrol
1 = metoda lepas dasar, 30 cm dari dasar (susun ke 1)
2 = metoda lepas dasar, 50 cm dari dasar (susun ke 2)
3 = metoda lepas dasar, 90 cm dari dasar (susun ke 3)

Penanganan lepas panen
Rumput laut di ekspor dalam bentuk raw-material. Sesudah dipanen baik dari alam maupun dari budidaya, rumput laut dikeringkan dengan penjemuran sinar matahari yang dilakukan masyarakat nelayan satu atau dua hari penjemuran sesudah panen dari laut kemudian dijemur lagi sampai kering. Dengan care denikian dihasilkan rumput laut yang bersih dangan warna kekuningan. Akan tetapi cara demikian dimana dilakukan pencucian sesudah penjemuran setengah kering menyebabkan berkurangnya kadan karaginan.
Penjemuran langsung diatas pasir tanpa alas menyebabkan tercam-purnya butir-butir pasir pada rumput laut. Halini dapat mengurangi mutu perdagangan rumput laut. Sebagai alas yang murah untuk penjemuran ini dapat digunakan daun kelapa. Dalam standar perdagangan rumput laut antara lain diyatakan bahwa benda-benda asing yang terdiri dari pasir, batu karang dan lain-lain tidak lebih dari 5 persen. Kandungan air (moisture content) tidak lebih dari 30 persen. Pengepakan biasanya cukup dengan menggunakan karung yang dapat diisi sampai beratnya 90 kg. Dalam penyimpanan di gudang harus dijaga agar tidak sampai kena air hujan. Demikian pula dalam pengangkutannya.
- marketing
Rantai pemasaran rumput laut mulai dari pemetik sampai eksportir di beberapa daerah pada umumnya sama. Nelayan atau petani rumput laut menjual rumput laut hasil panen dari alam atau budidaya kepada pedagang lokal (pedagang di kecamatan). Kemudian oleh pedagang lokal dijual kepada pedagang antar pulau yang kadang-kadang merupakan perwakilan eksportir yang ditempatkan di sentra-sentra produksi rumput laut. Pedagang antar pulau tersebut membawa rumput laut kering kepada eksportir di kota-kota pelabuhan seperti eksportir-eksportir di Ujung Pandang, Ambon, Surabaya, Denpasar, Jakarta dan di kota pelabuhan lainnya
Permitaan pasaran dunia terhadap rumput laut saat ini sedang dalam keadaan krisis sehingga terjadi kegoncangan-kegoncangan harga yang meresahkan masyarakat nelayan. Tampak juga spekulasi-spekulasi dari para pedagang yang ternyata tidak menguntungkan. Hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah di tingkat pusat.
-riset and development

 Subsistem yang berperan penting
Dari subsistem yang berperan penting dalam komoditi rumput laut adalah riset and development.karena pengembangan rumput laut masih terdapat kendala.Selama Indonesia masih tergantung pada hasil panen dari alam sehingga Indonesia belum dapat bersaing dipasar internasional.
Analisis SWOT
Strengths
Penggunaan rumput laut di bidang kesehatan telah lama diterapkan oleh masyarakat tradisional, diantaranya adalah: rebusan rumput laut atau serbuk yang dibuat pil digunakan untuk mengatasi sakit gondok karena rumput laut mengandung iodium. Larutan berwarna coklat dari rumput laut juga berguna bagi penyakit rheumatik dan menurunkan berat badan. Serbuk rumput laut juga lazim dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi segala jenis penyakit. Penggunaan phycocolloid dari alginat dapat menyembuhkan penyakit kanker terbukti kemanjurannya menghasilkan pemulihan 68 % dari 162 pasein kanker. Senyawa ini juga dapat mengatasi penyakit bronchitis kronis atau emphysema (penyakit paru-paru), scrofula, gangguan empedu, atau kandung kemih, ginjal, syphilis, tukak lambung, atau saluran cerna, reduksi kolesterol darah dan anti hipertensi (Chapman & Chapman, 1980) .
Weaknesses
Salah satu jenis rumput laut yang telah dibudidayakan secara intensif “eucheuma cottonii” yang menghasilkan dodol, diolah dengan menggunakan bahan dasar rumput laut.produk ini sangat spesifik dan telah memiliki pangsa pasar yang cukup luas, tapi karena keterbatasan teknologi dan budidaya dodol yang belum memasyarakat sehingga mutu dari dodol tesebut kurang baik,antara lain dari segi plastisitas,kepadatan, daya awet dan pengemasan.
Opportunities
            Potensi rumput laut di Indonesia untuk dimanfaatkan diberbagai bidang : industri, kesehatan, farmasi, kosmetik, pangan, tekstil dll, baik dari komponen primernya ataupun komponen sekundernya, khususnya yang menggunakan komponen hidrokoloid.  Sehingga bagaimana usaha untuk meningkatkan budidaya dan produksinya,  sehingga setiap tempat yang berpotensi  dapat dimanfaatkan secara optimal.  Indonesia harus yakin bahwa mampu memproduksi  berbagai produk primer dan sekunder dari rumput laut yang cukup berlimpah di perairan kita sendiri,  bahkan dengan mutu yang baik (Internasional) yang mampu menyaingi produk impor. 
threats
Pengembangan komoditi rumput laut di Indonesia masih akan mengahdapi tantangan yang tidak kecil. Misalnya lemahnya manajemen dan keputusan ekonomi dalam system produksi rumput laut, terutama tentang kualitas yang akan berpengaruh terhadap ekspor.
Dimasa yang akan dating isu lingkungan pasti akan menjadi salah satu factor krusial yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan komoditi rumput laut di Indonesia.
Dimasa yang akan datang persaingan rumput laut dunia semakin ketat sehingga apabila tidak diantisifasi dengan baik maka Indonesia akan kalah bersaing dengan Filipina yang pemerintahannya sangat serius dalam membantuproduksi rumput laut.
Segmen pasar
Segmen pasar yang dituju Indonesia yaitu pasar domestic dan internasional
Positioning
            Perdagangan rumput laut di Indonesia menempati posisi ke-5 dengan volume produksi sebanyak 223.080 ton atau 8,66% setelah philipina(34,34%),china(26,05%),jepang(16,94%),korea(8,69%).
Analisa bauran pemasaran (4P)
-produk
Produk rumput laut digunakan juga dalam industri pangan seperti pembuatan jelly, minuman dan makanan ringan, sosis, selai anggur dan pakan binatang piaraan. Sedangkan pada industri non pangan seperti industri suspensi,digunakan untuk : cairan pembersih, pelapis keramik, industri kertas, pencetakan tekstil dan karpet serta farmasi dan kosmetika
-pricing
Harga rumput laut masih ditentukan oleh eksportir karena rumput laut yang dibeli eksportir belum memenuhi standar ekspor. Demikian juga harga rumput laut masih dipengaruhi dan ditentukan para importir, karena sampai saat ini ada tiga importir besar di dunia yang menguasai pasaran yaitu Marine Colloids INc. dari USA Pierrefitte Auby dari Perancis dan The Copenhagen Pectin Factory dan Denmark. Ekspor rumput laut pada umumnya lewat agen-agen mereka di Singapura, sehingga memperpanjang lagi rantai pemasaran yang telah ada di Indonesia. Harga ekspor rumput laut dari Indonesia berkisar US $ 425 - US $ 500/ton FOB atau sekitar Rp. 5000 - Rp. 10000, - per kg.
-place
Rumput laut di Indonesia sebagian besar dihasilkan di perairan Maluku dan Nusa Tenggara Timur
-promotion
Nelayan atau petani rumput laut menjual rumput laut hasil panen dari alam atau budidaya kepada pedagang lokal (pedagang di kecamatan). Kemudian oleh pedagang lokal dijual kepada pedagang antar pulau yang kadang-kadang merupakan perwakilan eksportir yang ditempatkan di sentra-sentra produksi rumput laut. Pedagang antar pulau tersebut membawa rumput laut kering kepada eksportir di kota-kota pelabuhan seperti eksportir-eksportir di Ujung Pandang, Ambon, Surabaya, Denpasar, Jakarta dan di kota pelabuhan lainnya. Pemasaran rumput laut ke luar negeri melalui Surabaya yang selanjutnya dikirim ke Jepang, Denmark dan Perancis. Disamping itu ada pula yang langsung pemasarannya dari Bali ke Jepang.
potensi eksport
Ekspor rumput laut.
Prospek usaha rumput laut di masa mendatang cukup baik dan memberikan harapan. Sebagai contoh, permintaan dunia terhadap Eucheuma dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Bahkan permintaan dunia untuk jenis Eucheuma di- taksir dapat mencapai 10 kali produksi alami. Tiga perusahaan industri carrageenan terbesar didunia (USA, Denmark dan Prancis) setiap tahunnya membutuhkan rumput laut sebanyak 20.000 ton sedangkan yang tersedia di pasaran dunia hanya 18.000 ton/tahun.
Ekspor rumput laut dari Indonesia pada tahun 1999 – 2004rata-rata 1950 ton per tahun dengan nilai US $ 258.000. Volume ekspor tersebut dari tahun ke tahun selalu berubah-ubah. Pada tahun 1997 dan 1998 ekspor rumput laut dari Indonesia mencapai 3.700 ton, setelah itu menurun dan pada tahun 2000 hanya 596 ton ; akan tetapi pada tahun berikutnya meningkat lagi dan pada tahun 2003 mencapai 3.000 ton.
                Ekspor rumput laut 1999–2004
TAHUN
VOLUME
NILAI (US $)

1999
1.836.076
170.132

2000
596.629
143.016

2001
690.291
61.302

2002
2.110.703
166.201

2003
3.402.139
346.619

2004
3.061.122
658.842

Impor agar-agar dan alginat 2000 – 2004

Tahun
Agar-agar
Alginat
Total
Nilai (US$)

Volume (kg)
Nilai (US$)
Volume (kg)
Nilai (US$)

2000
159.349
       
-
-
-

2001
43.372
300.710
4.639.508
5.114.598
5.415.308

2002
261.947
542.193
2.938.303
4.764.968
5.307.161

2003
350.111
526.957
3.717.901
4.848.997
5.375.954

2004
162.885
273.973
3.653.365
5.473.142
5.747.115









Saingan dipasar ekspor
Salah satu saingan rumput laut dipasar eksort adalah filipina.produksi rumput laut di filipina sudah dibudidayakan secara intensif sedangkan di Indonesia masih tergantung dari hasil panen dari alam.
kualitas dari rumput laut
 kualitas rumput laut dan rantai pemasaran mempengaruhi harga yang diterima pemetik rumput laut. Harga rumput laut di sentra produksi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas dan atau memperpendek rantai pemasaran. Kualitas dapat ditingkatakan dengan melakukan usaha budidaya atau kultivasi dan penanganan lepas panen yang baik. Rantai pemasaran dapat diperpendek dengan mengikutsertakan atau melibatkan KUD yang berperan sebagai pengumpul sekaligus penyalur ke eksportir. Dan untuk mendorong usaha budidaya perlu adanya penyuluhan cara-cara budidaya rumput laut dan penanganan lepas panennya oleh tenaga penyuluh yang terampil, dan juga pemberian pinjaman modal oleh pemerintah kepada para petani rumput laut dengan bunga modal yang rendah.
Syarat mutu komoditi rumput laut
Karakteristik




Eucheuma
Gelidium
Gracilaria
Hypnea
- Kadar air makas (%)
32
15
25
20
- Benda asing maks (%)
5
5
5
5
- Bau
spesifik
spesifik
spesifik
spesifik
rumput laut
rumput laut
rumput laut
rumput laut
Keterangan : Benda asing: rumput laut lainnya, garam, pasir, karang dan kayu (ranting)
Sumber : Soegiarto. A dan Sulistijo (1985).
Kandungan gizi pada rumput laut :  Karbohidrat              : 39 - 51 %
§ Protein                         : 17,2 - 27,13 %
§ Lemak                         : 0,08
§ Abu                             : 1,5 %
§ Mineral                        : K, Ca, P, Na, Fe, I
§ Vitamin                        : A, B1, B2, B6, B12, C (caroten

 

Daftar pustaka : www.google.com


Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Andalas 2009 Alumni Ponpes Asy-Syarif Angkatan 09,, Alumni Ponpes Madinatul Munawwarah angkatan 06.