Join emridho's empire

Jumat, 30 Desember 2011

PERFORMANCE AYAM NIAGA PEDAGING YANG RENDAH ATAU TIDAK MEMENUHI STANDAR


Oleh:
Priyono, Devi Rosdiani, Jaenal Abidin, Sakti Arifianudin, Apriyanti Utami, Novi Harsum dan Bambang Riyanto.
Universitas Jenderal Soedirman

I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Unggas dapat bertelur dan memiliki daging yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Unggas dapat dibedakan melalui ukuran tubuh dan jumlah daging maupun telur yang dihasilkan. Salah satu unggas yang saat ini berkembang pesat dan banyak dikembangkan oleh para peternak adalah ayam niaga pedaging. Ayam pedaging ini dikenal dimasyarakat dengan nama ayam broiler. Ayam broiler merupakan ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak.
Peternakan ayam broiler di Indonesia mulai banyak dikembangkan sejak tahun 1980. Kurun waktu 1980 sampai 1990 merupakan periode waktu dimana perkembangan peternakan ayam broiler banyak mengalami pasang surut. Tapi sampai saat ini banyak peternak ayam broiler yang masih bertahan dan bahkan dapat sukses beternak ayam broiler. Masa produksi ayam broiler yang hanya enam minggu membuat banyak pihak tertarik akan bisnis ayam broiler. Berbagai kendala dan hambatan tidak membuat peternakan ayam broiler surut. Hal ini didukung dengan adanya kebijakan baru pada tahun 1991 yang membuat peternakan ayam broiler semakin berkembang pesat sederajat dengan bisnis pada bidang kehidupan lainnya.
Bisnis peternakan ayam broiler dapat berkembang pesat jika peternakan yang bersangkutan mempunyai manajemen yang baik. Manajemen tersebut dapat berupa manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, kandang, kesehatan ternak dan hal lain yang dapat meningkatkan produksi ayam niaga pedaging. Peternak menginginkan produksi daging tinggi dan dapat menekan biaya pakan dan biaya operasional. Sehingga keberlangsungan usaha peternakan ayam broiler dapat berkembang dengan pesat.
Ayam broiler yang dapat meningkatkan keuntungan adalah ayam yang mempunyai bobot tinggi dan sehat. Ayam broiler yang mempunyai bobot tinggi dan sehat akan mempunyai performans yang baik. Hal ini dapat dilihat dari bentuk tubuh, ukuran tubuh, kelincahan, dan tidak menunjukkan gejala yang abnormal. Tapi, kadang harapan petani tidak sepenuhnya dapat tercapai. Banyak terdapat ayam yang mempunyai performans tidak sesuai harapan peternak. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktifitas ayam broiler tidak maksimal, sehingga peternak harus mampu mengendalikan munculnya performans ayam broiler yang rendah atau tidak memenuhi standar.
1. 2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
  1. Mengetahui dan mengumpulkan data-data tentang performans ayam broiler yang rendah dan tidak memenuhi standar,
  2. Menganalisis data yang terkumpul untuk dicari penyebab permasalahan dan inti dari permasalahan yang terjadi,
  3. Menganalisis masalah dan menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah performans ayam pedaging yang rendah atau tidak memenuhi standar,
II. PERMASALAHAN
Peternakan ayam broiler dapat berkembang maju apabila produktifitas ayam yang bersangkutan tinggi. Pencapaian produktifitas ayam broiler yang tinggi banyak menemui kendala dan hambatan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah adanya performans ayam broiler yang rendah dan tidak memenuhi standar. Permasalahan yang sering muncul diantaranya adalah:
  1. Bobot ayam pedaging pada saat akan dipanen, bobotnya kurang dari standar bobot yang ditetapkan dari produsen DOC yang bersangkutan,
  2. Lemak pada daging terlalu banyak, ayam terlalu gemuk akibat banyaknya lemak, sehingga harga ayam broiler rendah,
  3. Ayam terlalu kurus dan bentuk tubuhnya kecil,
  4. Anak ayam akan merendek dengan kepala tertarik keatas, menengadah keatas dan seperti tertarik tali, serta pertumbuhan yang lambat akibat kekurangan thiamin,
  5. Terdapat gejala ricketsia, yaitu pertumbuhan terhambat, walaupun protein dan asam amino tercukupi dan tidak ada koordinasi antara otot,
  6. Daya tahan tubuh ayam lemah, sehingga mudah terserangpenyakit,
  7. Kondisi ayam broiler kurang lincah dan kadang malas berdiri,
  8. Hilangnya selera makan ayam broiler dan kadang terdapat keabnormalan pada ayam broiler.
Permasalahan-permasalahan tersebut sering muncul dalam suatu periode pemeliharaan ayam broiler, sehingga membutuhkan pemecahan masalah. Salah satu penyebab yang menjadi inti permasalahan adalah dari factor bibit dan manajemen pemeliharaan ayam broiler. Selain itu, manajemen pakan, kandang, sanitasi juga factor yang menjadi penyebab permasalahan rendahnya performans ayam pedaging, sehingga tidak memenuhi standar.
III. PEMECAHAN MASALAH
3. 1. Bibit Ayam Broiler
  1. Pertumbuhan ayam
Ada bibit ayam broiler yang pada masa awalnya tumbuh dengan cepat, sedangkan di masa akhir biasa-biasa saja, atau kebalikannya. Hal ini tentunya tergantung pada orang tua atau lembaga yang membentuk ayam itu. Pertumbuhan yang cepat di masa awal memang baik untuk kondisi di Indonesia yang memasarkan ayam di usia 5-6 mingu. Pertumbuhan yang cepat ini sangat m,embantu manajemen peternakan dalam mencapai sasaran yang telah direncanakan. Apabila pertumbuhanya yang cepat terjadi di masa akhir, harus diperhatikan waktu pemasaran ayam itu.
Pertumbuhan yang cepat itu belum tentu ditunjang dengan sisi lain yang membaik pula. Sebagai contoh, konsumsi ransum ayam menjadi lebih babyak. Akhirnya hal ini akan berdampak terhadap konversi ransum dan biaya produksi. Mungkin juga terjadi mortalitas di masa awal lebih tinggi atau penumpukan lemak tubuh di masa akhir menjadi lebih banyak (Rasyaf, 1995).
  1. Konsumsi ransum
Rasyaf (1994) menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat adakalanya didukung dengan konsumsi ransum yang banyak pula. Bila ransum diberikan tidak terbtas atau ad libitum, ayam akan makan sepuasnya hingga kenyang. Setiap bibit ayam sudah ditentukan konsumsi ransumnya pada batas tertentu sehingga kemampuan prima ayam akan muncul. Konsumsi itulah yang disebut konsumsi standar atau baku, sesuai dengan arah pembentukan bibit itu.
  1. Konversi ransum
Konversi ransum selalu diperbaiki oleh banyak pembibit dari masa ke masa. Walaupun dalam kurun waktu yang panjang, tetapi hal ini terus menerus diperbaiki oleh pembibit karena konversi ini melibatkan pertumbuhan ayam dan konsumsi ransum. Harapan yang dikehendaki peternak adalah pertumbuhan yang relatif cepat dengan makanan yang lebih sedikit, maksudnya jumlah ransum yang digunakan ayam mampu menunjang pertumbuhan yang cepat. Hal ini mencerminkan efisiensi penggunaan pakan yang baik (Rasyaf, 1988).
Bila memperhatikan sudut konversi, sebaiknya dipilih angka konversi yang terendah. Akan tetapi, angka itu berbeda dari masa awal ke masa akhir pertumbuhan ayam menjadi lambat atau mulai menurun setalah usia 4 minggu, sedangkan ransumnya bertambah terus.
3. 2. Faktor Pendukung Pertumbuhan Ayam Broiler
Sastroamidjojo (1971) menyatakan bahwa keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh lingkungan karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan itu akan terlihat. Hal-hal yang mendukung keunggulan ayam broiler seperti berikut ini.
  1. makanan
Makanan menyangkut kualitas dan kuantitasnya. Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai kebutuhan ayam. Ransum juga harus memenuhi syarat kuantitas karena jumlah ransum yang dimakan bertalian dengan jumlah unsur nutrisi yang harus masauk sempurna kedalam tubuh ayam.
  1. temperatur lingkungan
Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19-21 °C. temperatur lingkungan Indonesia lebih panas apalagi daerah pantai, sehingga ayam akan mengurangi beban panas dengan banyak minum dan tidak makan. Bila sudah demikian, sejumlah unsur nutrisi dan keperluan nutrisi utama bagi ayam tidak masuk, sehingga kehebatan ayam tidak tampak. Jadi, temperatur ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap kemampuan ayam broiler.
  1. pemeliharaan
Bibit yang baik membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Perawatan ini termasuk vaksinasi yang baik dan benar. Seringkali peternak melakukan vaksinasi tidak benar atau vaksinnya telah mati. Akibatnya ayam terserang ND. Ayam broiler umumnya dipelihara dalam waktu 5-6 minggu dengan bobot tubuh antara 1,4-1,6 kg per ekor. Akan tetapi kini ayam broiler dengan bobot lebih dari itu juga diterima konsumen, misalnya bobot tubuh antara 1,8-2 kg per ekor. Ayam seberat ini memerlukan pemeliharaan antara 6-7 minggu.
3. 3. Pemilihan DOC
Beberapa pedoman untuk memilih DOC :
  1. Anak ayam berasal dari induk yang sehat agr tidak membawa penyakit bawaan.
  2. Ukuran atau bobot ayam itu. Apabila ukuran atau bobot anak ayamrelatif kecil maka sumber penyebabnya adalah telur tetas ayam itu. Telur tetas yang besar akan menghasilkan anak ayam yang besar, begitu pula sebaliknya.
  3. Anak ayam itu memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya, aktif serta tampak tegar.
  4. Anak ayam tidak memperlihatkan cacat fisik, kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat. Bulunya halus dan kering.
  5. Tidak ada lekatan tinja di duburnya.
  6. Anak ayam harus sudah divaksin (Rasyaf, 1995).
3. 4. Standar Produksi
Sastroamidjojo (1971) menyatakan bahwa standar produksi bagi ayam broiler atau ayam pedagng muda ini bertumpu pada pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan konversi ransum.
  1. pertambahan berat badan
pertambahn berat badan selalu berkaitan dengan perubahan yang tidak selalu positif. Sudah tentu yang namnya standar produksi adalah pertambahan positif (dalam jangka waktu tertentu) kemudian diiringi dengan berat badan.
  1. konsumsi ransum
konsumsi ransum merupakan masalah bagi peternakan ayam. Peternak maupun pembibit selalu berusaha memenuhi keinginan agar aym makan sedikit, tetapi pertambahan berat badannya lebih besar dari pertambahan konsumsi ransumnya.
  1. konversi ransum
konversi ransum merupakan pembagian antara berat badan yang dicapai pada minggu itu dengan konsumsi ransum pada minggu itu pula. Bila rasio itu kecil berarti pertambahan berat badan memuaskan peternak atau ayamnya tidak banyak makan.
3. 5. Pemberian Ransum
Ransum ayam broler di Indonesia kebanyakan dibagi atas dua bentuk sesuai denagn masa pemeliharaannya, yaitu ransum untuk ayam broiler masa awal (ransum starter) dan ransum untuk ayam broiler masa akhir (ransum finisher). Kedua ransum itu tampaknya sama, tetapi kandungan gizinya berbeda. Anak ayam yang berumur kurang dari 4 minggu diberi ransum masa awal, sedangkan bila beruumur 4 minggu lebih diberi ransum masa akhir (Rasyaf, 1995).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1. Kesimpulan
  1. Performans ayam pedaging yang rendah dan tidak memenuhi standar dapat menurunkan harga ayam,
  2. Ayam broiler yang performansnya rendah mengakibatkan kekebalan terhadap penyakit rendah, sehingga memungkinkan ayam mudah terserang penyakit,
  3. Penyebab inti permasalahan performans ayam broiler yang rendah diakibatkan oleh asal bibit dan manajemen pemeliharaan,
  4. Sarana dan prasarana yang kurang dapat menyebabkan performans ayam broiler rendah,
  5. Pemecahan masalah untuk ayam broiler yang performansnya rendah dan tidak memenuhi standar adalah dengan pemilihan bibit yang baik, pemilihan DOC yang baik, mengetahui pertumbuhan dan standar produksi serta pemberian ransum.
4. 2. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, permasalahan performans ayam pedaging yang rendah dan tidak memenuhi standar dapat dipecahkan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan peternak dalam pengembangan peternakan ayam broiler.
DAFTAR PUSTAKA
Rasyaf. 1988. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya: Jakarta.
Rasyaf. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius: Yogyakarta.
Rasyaf. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sastroamidjojo, Seno. 1971. Ilmu Beternak Ayam. Masa Baru: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Andalas 2009 Alumni Ponpes Asy-Syarif Angkatan 09,, Alumni Ponpes Madinatul Munawwarah angkatan 06.