Join emridho's empire

Minggu, 29 Januari 2012

Laporan Praktikum Pengujian Indeks Kepipihan Dan Kelonjongan Agregat (Ag-O6)


PENGUJIAN INDEKS KEPIPIHAN
DAN KELONJONGAN AGREGAT
(AG-O6)

A.     Jadwal Pelaksanaan
Hari/Tanggal                     : Kamis, 30 Desember 2010
Waktu                                : 08.00- Selesai
Tempat                              : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Sipil
                                                Politeknik Negeri Padang

B.      Tujuan Pratikum
1.      Tujuan Umum
Dapat menentukan % indeks kepipihan dan kelonjongan suatu agregat yang dapat digunakan dalam campuran beraspal.
2.      Tujuan Khusus
a.      Dapat memahami prosedur  pelaksanaan pengujian indeks kepipihan dan kelonjongan suatu agregat.
b.      Dapat terampil menggunakan peralatan pengujian indeks kepipihan dan kelonjongan suatu agregatdengan baik dan benar.
c.       Dapat melakukan pencatatan data dan analisa yang diperoleh.
d.      Dapat menyimpulkan besarnya nilai indeks kepipihan dan kelonjongan yang diuji berdasarkan standar yang dipakai untuk perkerasan jalan.

C.      Referensi
1.      Materi ajar bahan bangunan II.
2.      SNI 03–4137–1996.


D.     Dasar Teori
Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah agregat dimana ukuran nominal ini bergantung kepada besar ukuran agregat dominan pada suatu gradasi tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk menguji keseragaman agregat pada suatu proyek, agar memperluas perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pada proyek.
Ada 3 macam bentuk agregat dengan pengertian sebagai berikut :
1.      Butiran agregat berbentuk lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
2.      Butiran agregat berbentuk pipih
Butiran agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal besar dari nilai yang ditntukan dalam spesifikasi.
3.      Butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap tebal besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.

Dari ketiga bentuk indeks bentuk agregat dapat dibedakan atas :
1.      Butir memanjang
Dikatakan seperti ini apabila panjangnya melebihi dua sumbu pokok. Butir ini juga dikatakan panjang apabila panjangnya lebih besar 3 kali lebarnya.






2.      Butir pipih
Dikatakan pipih apabila tebalnya jauh lebih kecil dari 2 dimensi lainnya dan biasanya tebal agregat kurang dari 1/3 tebal  ukuran agrerat rata-rata kepipihan berpengaruh buruk kepada daya tahan atau keawetan beton aspal karena agregat ini cenderung berkedudukan pada bidang rata, sehingga terdapat rongga udara dibawahnya.




3.      Butir bulat
Dikatakan bulat apabila rasio permukaan volume kecil, agregat bulat mempunyai rongga udara minimum 33 %. Hal ini berarti butir pipih mempunyai rasio luas permukaan volume kecil. Butir bulat ini biasanya berbentuk bulat penuh atau telur, termasuk jenis ini adalah kerikil, kerikil yang berasal dari sungai atau pantai.




4.      Butir bersudut
Dikatakan butir bersudut apabila permukaan agregat bersudut agak tajam. Ikatan antara butiran bersudut ini sangat baik, sehingga mempunyai daya lekat yang lebih baik pula dan butiran bersudut ini mempunyai rongga berkisaran 30 – 40 %. Butiran bersudut biasa diperoleh dari batu pecah.







5.      Butir tidak beraturan
Dikatakan butir tidak beraturan karena benuk alaminya memang tidak beraturan sebagian terjadi karena pengerasan dan mempunyai sisi atau tepi yang berat. Yang termasuk jenis ini adalah kerikil sungai, kerikil darat yang berasal dari lahar gunung berapi.




6.      Butir panjang dan pipih
Dikatakan seperti ini karena jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar dari semua tebalnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya. Umumnya butiran ini berjumlah kecil dari 15 % saja, karena akan berpengaruh terhadap daya tahan atas keawetan beton aspal.





Berdasarkan SNI 03-4137-1996 untuk agregat pipih dan lonjong maksimal dalam penggunaannya dibatasi yaitu 20 % :
1.      Jika perbandingan antara rata-rata diameter dengan diameter terpanjang kurang dari 0,55 maka bentuk agregat tersebut lonjong.
2.      Jika perbandingan antara diameter terpendek dengan rata-rata diameter kurang dari 0,60 maka bentuk agregat termasuk pipih.
Untuk menghitung indeks kepipihan dan kelonjongan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
·         Indeks kepipihan      = M3F / M2 x 100 %
·         Indeks kelonjongan  = M3E / M2 x 100 %

Dimana :  M2  = total berat sampel memiliki persentase besar dari 5 %.
                M3E = total berat sampel tertahan alat pengujian kelonjongan
                M3F = total berat sampel yang lolos pengujian kepipihan


E.      Peralatan dan Bahan
1.      Peralatan
a.      Saringan 20 mm, 14 mm, 10 mm dan 6,30 mm
b.      Timbangan digital
c.       Wadah
d.      oven
e.      Alat pengukur panjang pipih 1 set
2.      Bahan
a.      Agregat kasar

F.       Keselamatan Kerja
1.      Manusia
a.      Menggunakan jas saat pratikum
b.      Pahami dengan baik prosedur lapangan
c.       Pakailah sarung tangan pada saat pengujian.

2.      Peralatan
a.      Lakukan  pemeriksaan pada peralatan baik sebelum maupun sesudah pratikum.
b.      Bersihkan semua peralatan setelah selesai digunakan.
3.      Bahan
a.      Pastikan agregat yang akan diuji sesuai dengan syarart/standar yang ditentukan.
b.      Letakkan benda uji ditempat yang aman apabila belum digunakan.


G.     Prosedur Pelaksanaan data pemeriksaan dan Hitungan
1.      Siapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2.      Lalu ayak agregat yang lolos saringan 19,5 mm, 12,5 mm, 9,5 mm dan 6,3 mm.
3.      Ambil agregat yang tertahan saringan masing-masing tersebut (syarat untuk agregat dengan persentase >5 %)
4.      Lalu ukur agregat dengan menggunakan alat pengukur pipih.
5.      Timbang brat masing-masing agregat yang lolos dari pengukur pipih.
6.      Lalu uji agregat yang tertahan dengan alat uji kelonjongan.
7.      Timbang berat agregat yang tertahan dengan alat uji kelonjongan.
8.      Catat data di dalam form data kemudian lakukanlah perhitungan kepipihan dan kelonjongan.






H.     Data Pemeriksaan dan Hitungan
Dari pengujian indeks kepipihan dan kelonjongan agregat yang dilakukan, diperoleh  data sebagai berikut :
No.
Saringan
Berat tertahan
% tertahan
Lolos uji kepipihan
Tertahan uji kelonjongan
1
20
163,83
3,27 %
-           
-
2
14
3235,36
64,7 %
2582,02
863,40
3
10
1409,14
28,18 %
957,5
-
4
6,3
178,12
3,56 %
-
-
total
M1 = 4986,45
M2 = 4644,5


M3F = 3539,54
M3E = 863,40

Indeks Kepipihan   =    M3F  x 100 %
                                        M2
                                  =   3539,54 x 100 % 
       4644,5
                                         =  76,2 %

     Indeks kelonjongan =  M3F  x 100 %
                                              M2
                                         =  863,4 x 100%
                                        4644,5
                                         =  18,58 %






I.      Analisa data
Pengujian kepipihan dan kelonjongan perlu dilakukan untuk mengetahui berat persentase kepipihan agregat dan kelonjongan agregat. Agregat yang baik digunakan dalam konstruksi adalah agregat yang berbentuk tajam. Untuk agregat pipih dan lonjong dalam pemakaiannnya harus di batasi.

J.     Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan terhadap agregat kasar, maka diperoleh indeks kepipihan = 76,2 % dan kelonjongan = 18,58 %.

K.   Lampiran
1.      Data kelompok
2.      Skema prosedur
3.      Gambar skema prosedur
4.      Gambar peralatan



Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Andalas 2009 Alumni Ponpes Asy-Syarif Angkatan 09,, Alumni Ponpes Madinatul Munawwarah angkatan 06.