Kimia dan Fotografi Hitam        Putih 
       MESKIPUN film warna sudah menjadi bagian keseharian        dalam dunia fotografi, namun era film hitam putih belum        akan menjadi film langka yang perlu dilindungi.        Dokumen-dokumen penting seperti rapor, ijazah, paspor,        masih mensyaratkan penggunaan film hitam putih. Apalagi        di daerah, film hitam putih masih banyak digunakan untuk        KTP, SIM, dan sebagainya. Hal itu dimungkinkan karena        proses pencetakannya yang relatif sederhana, bisa        dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.        Murah lagi! Membandingkan dengan kamera digital yang        tanpa film dan tanpa proses cuci cetak, jelas kurang        afdal.               Menyelusuri foto hitam putih, kita harus berterima kasih        kepada para bapak bangsa Indonesia yang sejak awal abad        ke-20 ini telah mengantarkan sampai Indonesia merdeka.        Mereka mengimpikan, bagaimana sejarah bangsa Indonesia        dapat diabadikan dan dikenang kembali ribuan tahun        kemudian. Tentu kita akan sangat kecewa kalau apa yang        diimpikan ternyata hanya dalam bilangan bulan, foto-foto        perjuangan dan bersejarah masa lalu dan masa kini, mudah        berubah menjadi kuning dan buram.
Pada        proses cuci dan cetak film hitam putih, ternyata ada        reaksi yang pernah/sedang kita pelajari, yakni reaksi        oksidasi dan reduksi. Bagaimanakah reaksi tersebut        terjadi?
Film        hitam putih maupun kertas foto mengandung        partikel-partikel perak bromida, AgBr yang tersebar pada        lapisan tipis film/kertas foto. Apabila film/kertas foto        terkena cahaya, akan terjadi reaksi :
AgBr Æ        AgBr*
Tanda *        menyatakan AgBr tereksitasi oleh cahaya. Apabila film        yang telah digunakan dan terkena cahaya tersebut dicuci        dalam larutan pengembang (developer), akan        terjadi reaksi :
2 AgBr        *(s) + C6H6O2 (aq) 
Æ 2 Ag(s)        + 2 HBr (aq) + C6H4O2 (a)
Cairan        pengembang C6H6O2 dalam bahasa kerennya disebut        hidrokuinon, dalam hal ini bertindak sebagai zat        pereduksi. Jadi dalam reaksi itu terjadi proses reaksi        redoks.
Oksidasi        : 
C6H6O2 (aq)        Æ C6H4O2 (aq) + 2 H+ + 2 e-
Reduksi:       
2 Ag+ + 2        e - Æ 2 Ag (s) 
Di        samping hidrokuinon, dalam larutan pengembang perlu        ditambahkan metol (N-metil-p-aminofenol sulfat). Metol        berfungsi sebagai zat superaditif, yang efeknya tidak        dapat digantikan dengan memberikan jumlah yang berlebih        pada hidrokuinon yang sudah ada. Metol ini bertindak        sebagai zat pereduksi juga. Aktivitas hidrokuinon dapat        dipacu dengan menambahkan sedikit phenidone        (1-phenyl-3-pyrazolidinone). Karena larutan pengembang/developer        ini bekerja efektif pada lingkungan basa, maka kita        perlu mencampurkan larutan potasium karbonat (atau        sodium karbonat) sebagai aktivator untuk memperoleh        lingkungan basa dengan pH pH 9,5 - 10,5; larutan sodium        sulfit, sebagai pengawet dan potasium bromida sebagai        restainer. 
Cara        kerja cetak film hitam putih
Film        dipasang di bawah enlarger, lalu cahaya 100 watt        dinyalakan. Akan tampak bayangan film itu di atas kertas.        Kalau bayangan itu sudah tepat, matikan lampu dan ganti        kertas dengan kertas cetak foto. Nyalakan kembali lampu        selama sekian detik. Kertas foto kemudian dicelupkan        pada larutan pengembang selama beberapa menit. Angkat,        kemudian ganti celupkan ke dalam larutan stop batch        untuk menghentikan reaksi. 
       Selanjutnya kertas foto itu dicelupkan pada larutan        fixer, lalu kertas foto dibilas dengan air mengalir.        Jadilah sebuah foto yang indah, yang kualitasnya        bergantung pada lama pencahayaan, jauh dekatnya film        dengan kertas foto, waktu pencelupan, kualitas kertas        foto, usia pakai cairan, pembilasan, dan sebagainya,        termasuk keterampilan operatornya.
Proses        penetralan
Setelah        film dicelupkan pada larutan pengembang, maka tahap        berikutnya adalah tahap penghentian reaksi sekaligus        menetralkan sifat basa yang berasal dari larutan        pengembang. Caranya dengan mencelupkan kertas/film pada        larutan asam asetat yang telah diberi larutan sodium        sulfat untuk mencegah adanya efek swelling. pH        larutan dijaga pada kondisi 4 - 5,5.
Proses        fiksasi
Proses        fiksasi ini menggunakan cairan yang disebut fixer        (sodium tiosulfat), bertujuan melarutkan perak bromida        yang tidak tereduksi menjadi perak (kalau tidak        dihilangkan, jika kertas foto terkena cahaya, akan        timbul bayangan hitam tambahan. Pada proses ini terjadi        reaksi :
AgBr + 3        Na2S2O3 
Æ        Ag(S2O3)3 5- + 6 Na+ + Br-
Proses        pembilasan
Tahap        akhir setelah fixing adalah pembilasan dengan        guyuran air mengalir supaya terbentuk bayangan yang        permanen. Proses pembilasan ini bertujuan membuang        kompleks perak tiosulfat dan ion tiosulfat. Jika ion        tiosulfat masih tertinggal pada film/kertas foto, maka        zat ini akan bereaksi dengan perak yang sudah terbentuk        foto/gambar, sehingga bayangan foto akan menjadi        kecoklatan/kekuningan karena akan terbentuk noda-noda        perak sulfida. Jadi pembilasan dengan air yang mengalir        itu sangat perlu supaya kualitas foto/gambar menjadi        prima.
S2O32- +        2 Ag0 Æ SO32- + Ag2S
Tentu        saja masih banyak keterampilan yang menunjang agar        proses cuci cetak film hitam putih menjadi lebih indah,        apalagi bila ditunjang dengan pengetahuan kimia untuk        meramu zat pengembang/developer yang cocok dan        mengontrol proses-proses yang terjadi. 
(Markus G        Subiyakto, alumnus Jurusan Kimia FMIPA UI ) 
Sumber:        Kompas        Cyber Media

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar