POSISI-POSISI ENERGI DI DUNIA
Energi yang digunakan oleh rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil, yaitu bahan bakar minyak, gas dan batu bara. Dampak kerugian pemanfaatan bahan bakar fosil adalah selain merusak lingkungan, juga tidak terbaharukan (non renewable) dan tidak berkelanjutan (unsustainable).
Data British Petroleum (BP) tahun 2005 menunjukkan bahwa hampir 47,5% pemakaian energi di Indonesia masih didominasi oleh Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mencapai 55,3 juta ton. Dengan meningkatnya harga BBM di pasaran dunia yang mencapai lebih dari 60 dollar AS per barrel, beban kerugian yang harus ditanggung oleh bangsa Indonesia menjadi semakin berat, karena pemerintah harus menanggung beban subsidi yang cukup besar pada 2006. Diperkirakan Pemerintah akan menanggung beban subsidi BBM tahun 2006 sebesar Rp. 93 Trilyun, dengan asumsi kurs Rp. 9.300,- dan harga minyak USD 54 per barrel.
Potensi investasi di bidang sumber daya energi di Indonesia masih cukup besar. dari 163.584,26 juta ton cadangan minyak 2005 di dunia, 0,36% berada di Indonesia atau sebesar 585,97 juta ton. Sedangkan yang diproduksi di Indonesia saat ini per tahunnya baru sebesar 54,97 juta ton. Diperkirakan minyak bumi di Indonesia dapat diproduksi selama 10,66 tahun.
Sementara itu cadangan batubara 2005 di Indonesia mencapai 4.968 juta ton atau 0,55% dari total 909.064 juta ton cadangan batubara dunia. Tingkat produksi di Indonesia baru mencapai 83,20 juta ton, sehingga diperkirakan batubara di Indonesia masih dapat diproduksi selama 59,71 tahun. Sebaliknya,total cadangan gas alam dunia adalah sebesar 179.831,97 juta ton dimana 1,53% atau 2.760 juta ton cadangan gas alam tersebut berada di Indonesia. Dengan tingkat produksi yang hanya sebesar 76 juta ton per tahunnya diperkirakan gas alam Indonesia masih dapat dikelola untuk selama 36,32 tahun.
Realisasi Pemanfaatan Sumber Daya Energi di Indonesia
Berdasarkan keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM) No. 1135K/81/MEM/2005 tanggal 28 Maret 2005 Pemerintah telah menetapkan kawasan atau daerah penghasil minyak bumi untuk tahun 2005, yang dilihat dari prognosa lifting dan realisasi lifting. Dari tabel 3 terlihat Riau merupakan penghasil minyak terbesar (dengan 7 kabupaten/ kota penghasil) diikuti oleh Kalimantan Timur (dengan 8 kabupaten/ kota penghasil) dengan tingkat lifting berkisar 171 ribu barel per tahun dan 38 ribu barel per tahun. Daerah kabupaten/kota yang produksinya terbesar adalah Bengkalis (38 ribu barel per tahun), Siak (19 ribu barel per tahun) dan Rokan Hilir (18 ribu barel per tahun).
Sedangkan untuk batubara, menurut ASEAN Energy, Sumatera merupakan wilayah pemilik kandungan cadangan batu bara terbesar yang mencapai 70% dari total cadangan batubara nasional. Sedangkan Kalimantan memiliki cadangan batubara yang lebih kecil dibandingkan dengan Sumatera yakni sebesar 30% dari total cadangan batubara nasional. Faktanya hingga saat ini eksplorasi batubara banyak dilakukan di Kalimatan, khususnya Kalimantan bagian Selatan mengingat letak geografis kepulauan tersebut yang lebih dekat dengan negara tujuan utama ekspor batubara Indonesia, yaitu Jepang dan Taiwan. Hal in terbukti dari data pada tabel 5, tercatat 217 Kuasa Pertambangan (KP) atau Mining Authorization (MA) yang terdiri dari 173 Perseroan Terbatas (PT) dan 44 KUD. Sebagian besar KP terdapat di daerah Kalimantan yaitu 114 KP atau 52,5% dari total KP, 94 KP di Sumatera atau 43,3% dan selebihnya berada di Wilayah lain.
Sedangkan di dunia menurut BP, konsumsi energi dunia pada 2004 masih didominasi oleh minyak bumi, yang mencapai 39,6% dari total kebutuhan sumber energi, diikuti oleh batubara sebesar 20,5% dan gas alam 28,2%. Bila diperhatikan perkembangannya dari tahun ke tahun, terlihat bahwa kebutuhan dunia akan minyak bumi, batubara maupun gas alam mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya.
Sumber-sumber energi di dunia ini letaknya tidak tersebar merata, ada suatu daerah yang banyak memiliki sumber energi, dan di lain pihak ada suatu daerah yang tidak memiliki sumber energi.
Contohnya yaitu minyak bumi, yang mana kita ketahui daerah yang memiliki banyak cadangan minyak bumi yaitu daerah kawasan Timur Tengah.
Pada bahasan kali ini energi yang akan di bahas adalah :
1. Energi tak terbarukan, contohnya yaitu minyak bumi, batubara, dan gas alam
2. Energi yang dapat diperbarui, contohnya yaitu energi nuklir, energi arus laut, dan energi panas bumi.
1. Energi tak terbarukan
Minyak bumi
Minyak bumi adalah energi yang mudah digunakan dalam bentuk cair, berdampak besar terhadap lingkungan, dan daerah yang paling banyak memiliki cadangan minyak bumi yaitu Timur Tengah. Menurut Statistik Energi Dunia yang pernah dibuat pada tahun 2002, British Petroleum Company, cadangan atau ketersediaan sumber-sumber minyak bumi akan habis pada tahun 2035.
Pda tahun 2002, penyebaran minyak bumi di dunia didominasi kawasan Timur Tengah. Peta persebaran minyak bumi dunia dapat kita lihat pada peta dibawah ini :
Di Indonesia, daerah penghasil minyak bumi yang terbanyak yaitu daerah Propinsi Riau dan Propinsi Kalimantan Timur. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar dibawah ini :
Gas alam
persediaan Gas Alam Indonesia diperkirakan akan habis dalam waktu 60 tahun ke depan.
Dimasa depan masalah energi akan menjadi lebih peka bukan hanya di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia karena makin ketatnya keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan. Oleh karena itu, perlu mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengelola gas bumi sebagai sumber kekayaan yang amat berharga.
Untuk itu pemerintah tetap menggarisbawahi beberapa pokok kebijakan pengolahan gas bumi. Pertama, gas bumi disamping tetap merupakan sumber penghasil devisa, untuk jangka panjang juga merupakan sumber energi dan bahan bakar industri dalam yang harus dapat diandalkan. Mengingat kebutuhan energi dalam negeri yang makin meningkat, maka kita harus mencadangkan gas bumi kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sejauh mungkin ke depan. Untuk itu sumber-sumber gas bumi yang berada di sekitar pusat-pusat konsumsi seperti Pulau jawa, sebaiknya dicadangkan untuk kebutuhan dalam negeri.
Peta penyebaran daerah penghasil gas alam :
Dari gambar diatas dapat kita lihat negara-negara penghasil gas alam terbanyak di dunia.
Negara penghasil gas alam terbanyak dapat kita lihat adalah negara Russia, yaitu mempunyai sekitar 1700 Trilliun cubic feet.
Batu bara
Dari total resources batubara di indonesia sekitar 57, 8 Milyar Ton, hanya 7.6 Milyar Ton yang dapat dikatakan sebagai cadangan pasti (reserve). Ini pun, hampir 58,5 % nya adalah batubara muda (lignite), selain sub-bituminous (26.6%), bituminous (14 %) dan sisanya adalah antrasit. Penyebaranterbesar berada di Kalimantan Timur ( 50.1 %), Kalimantan Selatan (23.5 %) dan Sumatra Selatan ( 23.2 ).
Pada tahun 2004 terjadi peningkatan ekspor batubara (steamcoal). Sampai akhir tahun ini,dipastikan melebihi 90 juta ton dan Indonesia kemungkinan akanmenempati posisi eksportir batubara dunia nomor 2 (dua) setelahAustralia. Sebelumnya (2003) urutan yang sama ditempati oleh RRCdengan total ekspor 79.8 juta ton.
2. Energi terbarukan
Energi Nuklir
Energi nuklir telah memainkan peran signifikan dalam suplai listrik dunia dan sumber utama listrik di sejumlah negara. Produksi listrik dunia dari nuklir tumbuh cepat dan kini menyumbang hampir seperlima listrik yang dibangkitkan di negara-negara industri atau 17% pada produksi listrik dunia, dan berkisar 5% konsumsi energi primer dunia.
Peta penyebaran daerah penghasil energi nuklir:
Dari gambar dapat kita lihat bahwa daerah penghasil energi nuklir terbanyak adalah Perancis,Lithuania, slovakia.
Energi nuklir sudah menjadi sumber energi yang sangat berharga dan menguntungkan bagi lingkungan. Dewasa ini sumbangan energi nuklir pada produk listrik dunia sekitar 17 persen .
Menurut data World Nuclear Assosiation, tahun 2006, sumber daya uranium dunia yang secara ekonomis dapat dimanfaatkan sebesar 4,7 juta ton. Dengan tingkat konsumsi uranium dunia saat ini sebesar 64 kilo ton per tahun, cadangan tersebut bisa bertahan hingga 75 tahun.
Energi gelombang
Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi gelombang, energi yang timbul akibat perbedaan tinggi permukaan air akibat pasang surut dan energi arus laut.
Untuk wilayah Indonesia, energi arus laut atau energi gelombang punya prospek bagus. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai banyak pulau dan selat sehingga arus laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut.
Dewasa ini penelitian tentang teknologi konversi arus laut menjadi energi listrik sedang berlangsung sangat gencar. Inggris sudah memasang prototipe skala penuh dengan kapasitas 300 MW di Foreland Point, North Devon, pada Mei 2003.
Norwegia juga telah melakukan instalasi di Kvalsundet Hammerfest dengan kapasitas 700 MW. Jepang, dengan menggunakan program MEC-Model, melakukan studi kelayakan pemasangan turbin di Selat Kanmon antara Pulau Honshu dan Kyushu.
Energi panas bumi
Dengan memanfaatkan EGS (enhanced geothermal system), energi panas bumi akan mampu menyumbang 10% kebutuhan listrik di AS pada tahun 2050. Jumlah ini setara dengan pembangkit listrik beban dasar dengan kapasitas 100 GWe. Bahkan dengan pengembangan teknologi lebih lanjut, jumlah energi yang secara ekonomis dapat dimanfaatkan bisa meningkat hingga dari 10 kali lipat dari yang ada saat ini. Dengan demikian, EGS bisa menjadi sumber energi pilihan yang berkelanjutan hingga berabad-abad.
Seperti diketahui, energi panas bumi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sumber energi terbarukan yang lain, diantaranya: (1) hemat ruang dan pengaruh dampak visual yang minimal, (2) mampu berproduksi secara terus menerus selama 24 jam, sehingga tidak membutuhkan tempat penyimpanan energi (energy storage), serta (3) tingkat ketersediaan (availability) yang sangat tinggi yaitu diatas 95%. Namun demikian, pemulihan energi (energy recovery) panas bumi memakan waktu yang relatif lama yaitu hingga beberapa ratus tahun. Secara teknis-ekonomis, suatu lokasi sumber panas bumi mampu menyediakan energi untuk jangka waktu antara 30-50 tahun, sebelum ditemukan lokasi pengganti yang baru.
Panas bumi yang selama ini dimanfaatkan untuk pembangkit listrik masih terbatas pada sumber-sumber yang dikategorikan ideal atau high-grade hydrothermal system. Secara umum sumber panas bumi seperti ini memiliki karakteristik seperti kedalaman reservoir yang relatif dangkal atau kurang dari 2.500 meter, memiliki kandungan uap dengan enthalpi relatif tinggi dan serta memiliki permeabilitas yang memenuhi syarat.
Definisi EGS meliputi semua sumber panasbumi yang saat ini belum dieksploitasi secara komersial dan membutuhkan rangsangan serta penyempurnaan teknologi lebih lanjut. Definisi ini juga mencakup sumber hidro-termal yang memiliki permeabilitas rendah dan yang selama ini dianggap tidak produktif. Sebagai tambahan, produksi uap panas yang merupakan hasil sampingan pada operasi pengeboran minyak dan gas juga dimasukkan sebagai salah satu jenis EGS non-konvensional.
Dengan EGS, energi panas bumi dapat dieksploitasi pada lokasi yang saat ini dianggap tidak potensial. Hal ini dilakukan antara lain dengan dengan melakukan penyempurnaan teknologi pengeboran, pengkondisian reservoir serta penyempurnaan teknologi konversi. Teknologi EGS yang ada saat ini telah dipakai pada pengeboran hingga kedalaman 3.000 - 5.000 m. Di masa yang akan datang, diharapkan pengeboran dapat dilakukan hingga kedalaman 6.000 sampai 10.000 m. Pengkondisian reservoir untuk sumber panas bumi yang memiliki permeabilitas rendah dilakukan dengan cara menciptakan retakan (fracture) dalam volume yang luas yang sehingga memungkinkan transfer panas yang lebih besar dan efektif. Teknologi konversi juga telah ditingkatkan untuk mendapatkan transfer panas yang lebih efisien.
Sekalipun demikian, masih ada sejumlah tantangan teknologi yang masih harus diatasi. Di bidang pengeboran misalnya, diperlukan teknologi yang mampu beroperasi dalam lingkungan dengan suhu tinggi dan korosif serta dengan sifat batuan yang cenderung lebih keras. Di bidang pengkondisian reservoir diperlukan antara lain: teknologi untuk mengkaji secara akurat volume dan bidang transfer panas reservoir, peralatan ukur yang mampu beroperasi pada suhu tinggi, penelitian yang lebih detail mengenai interaksi air dan batuan, teknologi pengendalian aliran fluida dengan suhu tinggi serta pemodelan reservoir yang lebih akurat. Pada sisi konversi, penyempurnaan perlu dilakukan antara lain dengan cara mengaplikasikan kondisi operasi superkritis dan memanfaatkan produk sampingan uap panas dari operasi pengeboran minyak dan gas. Mengingat teknologi EGS memiliki kemiripan dalam banyak hal dengan teknologi yang dipakai dalam industri pengeboran minyak dan gas, para ahli yang menyusun laporan tersebut yakin bahwa tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi dengan lebih mudah dan dengan biaya yang lebih rendah.
besarnya potensi panas bumi di negeri kita yang saat ini diperkirakan
encapai 27 GWe. Angka ini setara dengan 40 persen sumberdaya panasbumi dunia dan ini baru meliputi potensi panas bumi konvensional. Dengan teknologi EGS potensi tersebut sangat mungkin ditingkatkan menjadi 5 kali lipat, atau lebih dari 125 GWe. Katakanlah, hingga 25 tahun yang akan datang 50 persen dari potensi tersebut bisa dimanfaatkan, maka pada 2030 diperkirakan energi panas bumi mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan listrik Indonesia. Jika hal ini berhasil diwujudkan, dan dengan dukungan pengembangan sumber daya energi terbarukan yang lain, maka jaminan ketersediaan sumber energi listrik yang berkesinambungan bagi Indonesia akan teratasi.
Peluang energi terbarukan di Indonesia :
- Menipisnya cadangan minyak bumi
Setelah terjadinya krisis energi yang mencapai puncak pada dekade 1970, dunia menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak bumi, sebagai salah satu tulang punggung produksi energi terus berkurang
Bahkan beberapa ahli berpendapat, bahwa dengan pola konsumsi seperti sekarang, maka dalam waktu 50 tahun cadangan minyak bumi dunia akan habis. Keadaan ini bisa diamati dengan kecenderungan meningkatnya harga minyak di pasar dalam negeri, serta ketidak stabilan harga tersebut di pasar internasional, karena beberapa negara maju sebagai konsumen minyak terbesar mulai melepaskan diri dari ketergantungannya kepada minyak bumi sekaligus berusaha mengendalikan harga, agar tidak meningkat. Sebagai contoh; pada tahun 1970 negara Jerman mengkonsumsi minyak bumi sekitar 75 persen dari total konsumsi energinya, namun pada tahun 1990 konsumsi tersebut menurun hingga tinggal 50 persen (Pinske, 1993).
Jika dikaitkan dengan penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar sistem pembangkit listrik, maka kecenderungan tersebut berarti akan meningkatkan pula biaya operasional pembangkitan yang berpengaruh langsung terhadap biaya satuan produksi energi listriknya. Di lain pihak biaya satuan produksi energi listrik dari sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber daya energi terbarukan menunjukkan tendensi menurun, sehingga banyak ilmuwan percaya, bahwa pada suatu saat biaya satuan produksi tersebut akan lebih rendah dari biaya satuan produksi dengan minyak bumi atau energi fosil lainnya.
- Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pelestarian lingkungan
Dalam sepuluh tahun terakhir ini, pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pelestarian lingkungan hidup menunjukkan gejala yang positif. Masyarakat makin peduli akan upaya penanggulangan segala bentuk potusi, mulai dari sekedar menjaga kebersihan lingkungan sampai dengan mengontrol limbah buangan dan sisa produksi. Banyak pembangunan proyek fisik yang memperhatikan faktor pelestarian lingkungan, sehingga perusakan ataupun pengotoran yang merugikan lingkungan sekitar dapat dihindari, minimal dikurangi. Setiap bentuk produksi energi dan pemakaian energi secara prinsip dapat menimbulkan bahaya bagi manusia, karena pencemaran udara, air dan tanah, akibat pembakaran energi fosil, seperti batubara, minyak dan gas di industri, pusat pembangkit maupun kendaraan bermotor. Limbah produksi energi listrik konvensional, dari sumber daya energi fosil, sebagian besar memberi kontribusi terhadap polusi udara, khususnya berpengaruh terhadap kondisi klima.
Pembakaran energi fosil akan membebaskan Karbondioksida (CO2) dan beberapa gas yang merugikan lainnya ke atmosfir. Pembebasan ini merubah komposisi kimia lapisan udara dan mengakibatkan terbentuknya efek rumah kaca (treibhouse effect), yang memberi kontribusi pada peningkatan suhu bumi. Guna mengurangi pengaruh negatif tersebut, sudah sepantasnya dikembangkan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan dalam produksi energi listrik. Sebagai ilustrasi, setiap kWh energi listrik yang diproduksi dari energi terbarukan dapat menghindarkan pembebasan 974 gr CO2, 962 mg SO2 dan 700 mg NOx ke udara, dari pada Jlka diproduksi dari energi fosil. Bisa dihitung, jika pada tahun 1990 yang lalu 85 persen dari produksi energi listrik di Indonesia (sekitar 43.200 GWh) dihasilkan oleh energi fosil, berarti terjadi pembebasan 42 juta ton CO2, 41,5 ribu ton SO2 serta 30 ribu ton NOx. Kita tahu bahwa CO2 merupakan salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca, SO2 mengganggu proses fotosintesis pada pohon, karena merusak zat hijau daunnya, serta menjadi penyebab terjadinya hujan asam bersama-sama dengan NOx. Sedangkan NOx sendiri secara umum dapat menumbuhkan sel-sel beracun dalam tubuh mahluk hidup, serta meningkatkan derajat keasaman tanah dan air jika bereaksi dengan SO2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar