BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi pembangunan peternakan mempunyai prospek yang baik dimasa depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus meningkat seiring dengan permintaan jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk.
Daging merupakan salah satu bahan makanan asal ternak yang kaya akan protein, zat besi dan beberapa vitamin penting terutama vitamin B. Selain nilai gizinya, masyarakat menilai daging tersebut dari sifat-sifatnya seperti keempukan, rasa, aroma, warna dan sari minyaknya.
Ternak ruminansia yang dikenal sebagai ternak memamah biak, terdiri dari ternak sapi dan kerbau (ruminansia besar) serta kambing dan domba (ruminansia kecil). Selain daging dan hasil ikutannya, maka pupuk dan tenaga kerja untuk mengolah tanah merupakan bahan-bahan dan jasa yang diberikan untuk kesejahteraan manusia.
Dirjen Peternakan (1998) melaporkan bahwa potensi besar pengembangan peternakan ruminansia di Indonesia hingga saat ini dan kemungkinan di masa mendatang berasal dari peternakan rakyat (skala usaha kecil). Usaha peternakan sapi potong sekarang ini sudah merupakan suatu usaha yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga ataupun suatu usaha.
Pemasukan unsur ternak ruminansia menurut Lubis (1996), merupakan faktor positif dalam usahatani yang mempunyai dua macam keuntungan, yakni:
a. meningkatkan pendapatan petani, sebab usaha-usaha yang dilakukan satu sama lain mempunyai hubungan supplementer dan komplementer,
b. konservasi tanah lebih baik, karena rumput-alam hijauan pakan ternak lainnya dapat menutupi tanah sepanjang tahun, yang berarti dapat mengurangi bahaya erosi.
Hidup pokok ternak ruminansia dipengaruhi salah satunya oleh pakan. Pemberian pakan pada ternak ruminansia harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup pokok. Kebutuhan hidup pokok (maintenance) adalah kebutuhan nutrien basal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang minimal tanpa melakukan suatu aktivitas/produksi. Variasi kebutuhan ditentukan oleh macam hewan dan kualitas pakan.
Perbaikan sistem pemeliharaan dan penerapan manajemen, pemanfaatan teknologi yang memadai, berpeluang untuk memacu peningkatan produktivitas dan kenaikan populasi ternak sapi potong. Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan menarik gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur
B. Tujuan
Pelaksanaan Farm Eksperience di Unit Ternak bibit memiliki tujuan, antara lain:
1. Memberikan pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa tentang tata cara pemeliharaan ternak bibit.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tingkah laku ternak bibit di kandang.
3. Memberikan pengalaman dan keterampilan untuk memili ternak bibit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis-jenis Sapi Potong Bibit
Ada beberapa jenis sapi potong bibit yang menyebar di wilayah Indonesia, diantaranya adalah sapi bali, ongole, peranakan ongole dan sapi madura.
1. Sapi Bali
Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi asli Indonesia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Pada waktu kecil, sapi bali berwarna sawo matang atau merah bata, yang merupakan ciri utama sapi-sapi keturunan Bos sondaicus. Pad asapi bali betina, warna ini bertahan sampai dewasa. Sementara itu pada sapi jantan warnanya akan berubah menjadi kehitaman ketika dewasa.
Sapi bali memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
a. tingkat kesuburan yang tinggi,
b. tipe pekerja yang baik,
c. efisien dalam memanfaatkan sumber pakan,
d. persentase karkas tinggi,
e. daging rendah lemak; dan
f. daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi.
Penyebaran sapi bali sudah hamper merata di seluruh Indonesia, tetapi populasi terbesar tetap berada di Pulau Bali .
2. Sapi Madura
Penampilan sapi Madura secara umum tidak berbeda dengan sapi bali. Sapi Madura berwarna merah bata, baik jantan maupun betina. Perbedaan yang signifikan antara sapi bali dan sapi madura terletak pada keberadaaan punuk. Sapi bali tidak berpunuk, sedangkan sapi madura memiliki punuk.
3. Sapi Ongole
Sapi ongole merupakan keturunan Bos indicus yang masuk ke Indonesia melalui jalur perdaganngan para pedagang India. Di Pulau Jawa, sapi ini berkembang baik. Hasil persilangan sapi ongole dengan sapi local secara turun-menurun disebut sapi peranakan ongole (PO). Seperti sapi madura, sapi ongole juga memiliki punuk. Sapi ini berwarna putih dan memiliki banyak lipatan kulit di bagian leher dan perutnya.
4. Sapi Peranakan Ongole
Sapi peranakan ongole merupakan salah satu bangsa sapi yang banyak dipelihara peternak kecil di Pulau Jawa. Sapi ini merupakan hasil persilangan spai ongole asal India dengan sapi madura secara grading up (keturunan hasil perkawinan itu dikawinkan kembali dengan sapi ongole). Sapi ini berwarna putih dan berpunuk. Di Pulau Sumba, spai ini juga dikenal sebagai sapi sumba ongole.
5. Sapi Frisian Holstein (FH)
Di beberapa sentral sapi perah seperti Purwokerto, Pengalengan dan Boyolali, juga dikembangkan usaha penggemukan sapi potong dengan sapi bakalan berupa sapi Frisian Holstein (FH). Tentu saja hanya spai betina yang bisa menghasilkan susu. Teknologi persilangan sapi di Indonesia saat ini belum mampu menghasilkan sapi berkelamin betina seluruhnya. Probabilitas (kemungkinan) kelahiran sapi jantan dan betina masih 1:1. Dalam hal ini, ada kelahiran yang tidak diharapkan, yaitu kelahiran sapi jantan.
Dalam dunia peternakan, sapi perah jantan hanya memiliki satu fungsi yaitu sebagai pemacek (mengawini sapi betina). Saat ini, fungsi sebagai pemacek pun sudah mulai ditinggalkan karena banyak sapi-sapi betina yang dikawinkan dengan kawin suntik (IB). Akhirnya, agar sapi-sapi jantan yang dilahirkan bisa menghasilkan nilai jual yang cukup tinggi, para peternak sapi perah melakukan penggemukan sapi FH jantan dan menjual hasilnya sebagai sapi potong.
Penampilan fisik sapi bakalan mencerminkan kondisi tubuhnya secara keseluruhan. Untuk spai bakalan sebaiknya pilih yang sehat, yang ditandai dengan cirri sebagai berikut (Soeprapto, 2006):
a. Bulu licin dan mengilap.
b. Selaput lendir pada gusi dan mulut berwarna merah muda cerah dan lindahnya mudah digerakkan.
c. Kulit mudah dilipat dan jika dillepaskan segera kembali ke bentuk semula.
d. Hidungnya tidak kotor, basah dan tidak panas.
e. Suhu tubuhnya berkisar 39-400C.
f. Sapi tampak bergairah, aktivitas makannya cukup baik, dan cepat bereaksi tehadap gangguan.
g. Apabila sedang beristirahat kemudian di ganggu, ia akan cepat bangkit sebagai reaksi atas gangguan tersebut. Sapi yang sehat juga bisa dilihat dari bentuk kotoran atau fecesnya.
h. Kotorannya padat.
B. Pakan Ternak Potong bibit
Hidup pokok ternak ruminansia dipengaruhi salah satunya oleh pakan. Pemberian pakan pada ternak ruminansia harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup pokok. Kebutuhan hidup pokok (maintenance) adalah kebutuhan nutrien basal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang minimal tanpa melakukan suatu aktivitas/produksi. Variasi kebutuhan ditentukan oleh macam hewan dan kualitas pakan.
Didalam penyusunan ransum sapi potong, kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan didasarkan atas:
1. Bahan Kering (BK)
Bahan kering adalah hasil atau sisa bahan makanan sesudah diuapkan airnya di dalam almari pemanas (oven). BK suatu bahan terdiri atas zat organis (protein, karbohidrat danlemak) dan zat anorganis (mineral).
Kadar Bk didalam ransum akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya kadar lemak air susu. Kadar lemak air susu menjadi rendah apabila kadar BK-nya turun atau berkurang.
2. Protein dapat dicerna (Prdd)
Merupakan hasil pencernaan protein kasar yang terdapat dalam suatu bahan makanan yang dapat diabsorpsi oleh dinding usus.
3. Martabat Pati (MP)
Martabat Pati adalah angka yang menunjukkan jumlah pati murni yang sama dayanya dengan 100 kg bahan makanan untuk membentuk lemak yang sama banyaknya di dalam tubuh.
Bahan makanan yang digunakan sebagai ransum ternak potong adalah:
1. Makanan Kasar
Makanan kasar ialah makanan yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi. Umumnya terdiri dari makanan hijauan yang berupa rumput atau leguminose dalam bentuk yang masih segar ataupun yang telah diawetkan, seperti silase atau hay. Makanan kasar ini merupakan bahan makanan utama bagi sapi potong.
Hijauan berasal dari tanaman sebangsa rumput (graminiaea) dan sebangsa polong-polongan (leguminosae) atau yang lainnya (Lubis, 1992). Pakan hijauan merupakan pakan dasar bagi ternak ruminansia khususnya bagi sapi perah. Hijauan minimal mengandung 17% serat kasar dalam bentuk bahan kering. Sebaiknya daun leguminosa diberikan bersama-sama rumput, dan paling banyak 50% dari rumput (Soetarno, 2003).
2. Makanan Penguat (Konsetrat)
Makanan penguat atau konsentrat merupakan makanan dengan kandungan serat kasar rendah (dibawah 18%) dan mudah dicerna. Konsentrat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai sumber energi dan sumber protein. Konsentrat sumber energi apabila kadar protein kurang dari 20%. Sedangkan apabila kadar protein lebih dari 20% disebut konsentrat sumber protein. Nutrisi utama dari konsentrat berupa protein dan energi (Soetarno, 2003).
Menurut Soeprapto (2006), terdapat perbedaan cara pemberian pakan pada ternak potong bibit tergantung besarnya skala usaha, yaitu:
1. Peternakan Tradisional
Biasanya, sapi hanya diberi pakan berupa rumput lapangan atau jerami padi. Dalam kondisi ini, sapi hanya mampu menghasilkan pertambahan berat badan harian (PBBH) dibawah 0,3 kg. dalam pemeliharaan seperti ini, faktor lama pemeliharaan tidak menjadi pertimbangan utama. Hal itu karena tujuan pemeliharaan sapi umumnya hanya sebagai simpanan, atau sapi dijual ketika peternak membutuhkan uang dalam waktu cepat.
2. Peternakan Semikomersial
Pada usaha peternakan sapi potong yang sudah memasuki skala semikomersial atau komersial, waktu pemeliharaan menjadi pertimbangan utama. Hal itu karena faktor tersebut berkaitan erat dengan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Agar waktu pemeliharaan sapi potong yang digemukkan relative singkat, dicari alternative metode pemberian pakan yang lebih efektif dan efisien.
Beberapa peternak skala semikomersial tetap memberikan hijauan sebagai pakan utama, tetappi ada tambahan pakan berupa konsentrat. Hijauan yang diberikan pun kualitas gizinya sudah cuup tinggi, seperti rumput gajah atau rumput benggala. Namun, konsentrat yang diberikan bukanlah konsentrat yang sebenarnya, hanya berupa campurn ampas tahu dan dedak padi.
3. Peternakan Komersial
Sementara itu pada peternakan sapi potong skala komersial, pakan hijauan justru diberikan dalam jumlah terbatas. Artinya, pakan utamanya adalah konsentrat dengan kadar protein kasar sebesar 15-16%. Pada peternakan seperti ini, rasio pakan hijauan dan konsentrat bisa 20:80, 25:75, 30:70 atau bahkan 0:100 (full konsentrat). Dengan pola pemberian pakan seperti ini, laju PBBH sapi potong bisa dipacu dengan kisaran 0.6-1.2 kg/hari. Pertambahan berat badan ini juga tergantung pada kondisi wilayah, kadar zat gizi pakan dan potensi genetik masing-masing sapi.
C. Kandang Ternak Potong
Bangunan kandang hendaknya diusahakan supaya sinar matahari dapat masuk kedalam kandang sebanyak-banyaknya, lebih-lebih cahaya matahari pagi (karena merupakan musuh terbesar dari segala macam kuman-kuman), dan pada pagi hari (saat cuaca baik) pula sebaiknya sapi dilepaskan di luar kandang, karena sinar matahari pagi baik untuk kesehatan sapi (Soetarno, 2000). Sinar matahari pagi tidak begitu panas dan lebih banyak mengandung sinar ultraviolet, yang berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan vitamin D.
Konstruksi kandang dibuat sedemikian rupa, sehingga semua pekerjaan bisa dilaksanakan dengan praktis, misalnya: pemberian makan, pembersihan kandang, pemerahan dan lain-lainnya. Terutama kandang sapi pejantan, konstruksinya harus lebih kuat. Bagi sapi-sapi betina cukup diikatkan pada tonggak.
Bahan pembuat kandang antara lain:
1. Kerangka kandang
Kandang dapat dibuat dengan kerangka dari bahan: besi, besi beton, kayu ataupun bambu.
2. Atap kandang
Untuk atap bias digunakan: genting, seng, asbes, rumbia, ijuk atau alang-alang. Bahan atap kandang yang ideal di Negara kita adalah genting.
3. Lantai
Bahan-bahan dari tanah, batu, atau semen.
4. Dinding
Bahan dari bambu, papan, tembok, lembaran pastik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Farm Experience unit Potong telah dilaksanakan oleh kelompok C3. Farm exprience unit bibit dilakukan di UPT Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang. Kegiatan Farm experience unit potong dilaksanakan selama 11 hari berturut-turut dari pagi sampai sore hari dimulai tanggal 28 April 2010 sampai tanggal 12 Mei 2011.
· Pada UPT unit bibit sistem kandang yang digunakan adalah sistem face to face (berhadap-hadapan).
· Lantai kandang terbuat dari semen.
· Membersihkan kandang sapi, mengangkat kotoran, membersihkan tempat makan, memandikan sapi.
· Memberi makan sapi dengan konsentrat berupa dedak yang dicampur dengan mineral dan garam.
· Menchooper rumput untuk diberikan pada sapi setelah konsentrat nya habis.
· Pada siang hari sekitar jam 14.00 sapi diberi makan konsentrat dan rumput yang telah dichooper tersebut.
· Pada siang hari diberikan air minum.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kegiatan farm diatas, maka saya akan memahas satu persatu dari hasil farm experience tersebut. Hal – hal yang saya bahas adalah sebagai berikut :
1. Bibit
Bibit merupakan hal pentinng yang harus diperhatikan dalam beternak, bibit yaang bagus biasanya menghasil hasil yang bagus pula, demikian sebaliknya, bibit yang buruk juga akan menghasikan hasil yang kurang bagus. Dari pengamatan saya dilapangan(UPT)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah selama 15 hari kami melakukan Farm Experience di UPT unit Ternak Bibit, maka kesimpulan dari kegiatan yang kami lakukan adalah pelaksaan Farm experience di unit ternak bibit dimulai dari jam 08.00 pagi. Kegiatannya antara lain yaitu membersihkan kandang, tempat makan dan bak minum ternak, memandikan ternak, pemberian konsentrat (dedak), , pemberian hijauan makanan ternak pada ternak, pemberian air minum.
B. Saran
1. Terdapat beberapa kerusakan pada kandang. Sebaiknya lebih memperhatikan kondisi kandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar