Join emridho's empire

Jumat, 22 Maret 2013

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF (KL) : UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA (Study Kasus di SMK PGRI 2 Ponorogo)


UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
 MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA
(Study Kasus di SMK PGRI 2 Ponorogo)
I.       LATAR BELAKANG MASALAH
Istilah pubertas maupun adolescensia sering di maknai dengan masa remaja, yakni masa perkembangan sifat tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Sedangkan menurut Harold Alberty (1967:86), remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni berlangsung 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang.[1]
Sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang di anutnya dan yang telah dicontohkan kepada mereka? Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman sebagaimana sewaktu kecil.[2] Dia juga di tuntut mampu mengendalikan tingkah lakunya karena dia bukan lagi tanggung jawab orang tua atau guru. 
Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The Developmental of model of moral Think and choice in the years 10 to 16. menyebutkan bahwa tahap-tahap perkembangan moral pada individu dapat di bagi sebagai berikut:[3]
1.      Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi, hal ini semata-mata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).
2.      Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, anak hanya menurut harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata.
3.      Tingkat Pasca-konvensional 
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang dimiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri  dengan kelompok tersebut.
Piaget menyebutkan bahwa masa remaja sudah mencapai tahap pelaksanan formal dalam kemampuan kognitif.[4] Dia mampu mempertimbangkan segala kemungkinan untuk mengatasi suatu masalah dari beberapa sudut pandang dan berani mempertanggung jawabkan.
Sehingga kohlberg juga berpendapat bahwa perkembangan moral ketiga, moralitas pasca-konvensional harus di capai selama masa remaja. Sejumlah prinsip di terimanya melalui dua tahap; pertama menyakini bahwa dalam keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga memungkinkan dilakukan perbaikan dan perubahan standar moral bila menguntungkan semua anggota kelompok; kedua menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal untuk menjahui hukuman sosial terhadap dirinya sendiri, sehingga perkembangan moralnya tidak lagi atas dasar keinginan pribadi, tatapi mernghormati orang lain.[5]
Akan tetapi pada kenyataan banyak di temukan remaja yang belum bisa mencapai tahap pasca-konvensional, dan juga pernah di temukan remaja yang baru mencapai tahap prakonvensional.
Fenomena tersebut banyak di jumpai pada remaja yang pada umumnya mereka masih duduk di bangku SMA/SMK, seperti:[6]
1.    Berperangi tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah
2.    Suka berhura-hura dan bergerombol.
3.      Mentaati  peraturan sekolah, karena takut pada hukuman.
4. Dan tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi antar remaja yang tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian dapat meningkat menjadi permusuhan kelompok, yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak. Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka berbuat kekerasan sesama remaja, dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang memalukan tersebut terjadi, banyak yang menjawab bahwa mereka tidak sadar mengapa mereka secepat itu menjadi marah dan ikut berkelahi.[7]
Fenomena di atas menggambarkan bahwa upaya remaja untuk mencapai moralitas dewasa; mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum, merumuskan konsep yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai pedoman tingkah laku, dan mengendalikan tingkah laku sendiri, merupakan upaya yang tidak mudah bagi mayoritas remaja.
Menurut Rice (1999), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan. Pada saat ini, masyarakat dunia sedang mengalami banyak perubahan begitu cepat yang membawa berabagai dampak, baik positif maupun negatif  bagi remaja. Dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).[8]
Agar remaja yang sedang mengalami perubahan cepat dalam tubuhnya itu mampu menyesuaikan diri dengan keadaan perubahan tersebut, maka berbagai usaha baik dari pihak orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya, amat diperlukan.
Salah satu peran guru adalah sebagai pembimbing dalam tugasnya yaitu mendidik, guru harus membantu murid-muridnya agar mencapai kedewasaan secara optimal. Artinya kedewasaan yang sempurna (sesuai dengan kodrat yang di punyai murid) Dalam peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid antara lain kematangan, kebutuhan, kemampuan, kecakapannya dan sebagainya agar mereka (murid) dapat mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan yang optimal.[9]
Untuk itu di samping orang tua  guru di sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya, keterbukaan hati guru  dalam membantu kesulitan remaja, akan menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.
Usaha yang terpenting guru adalah memberikan peranan pada akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama.[10]
Guru  agama yang bijaksana dan mengerti perkembangan perasaan remaja yang tidak menentu,  dapat menggugahnya kepada petunjuk agama tentang pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang sedang memasuki masa baligh (puber). Salah satu ketentuan, misalnya dengan memberikan pengertian tentang berbagai ibadah yang dulu telah dilakukan remaja, seperti sholat, puasa dan sebagainya, sekarang diberikan hikmah dan makna psikologis bagi ibadahya tersebut, misalnya makna sholat bagi kesehatan mentalnya. Ia dapat mengungkapkan perasaan yang galau kepada Allah dan ia dapat berdo’a memohon ampun atas kekeliuannya, ia boleh minta dan mengajukan berbagai harapan dan keinginan kepada Allah yang Maha Mengerti dan Maha Penyayang kepada hamban-Nya.[11]
Dengan pemahaman baru tentang makna dan hikmah ajaran agama bagi kesehatan mental, dan kepentingan hidup pada umumnya, remaja akan mampu mengatasi kesulitannya, dan mampu mengendalikan diri.[12]
Dengan kemampuan pengendalian diri (self control) yang baik, remaja di harapkan mampu mengendalikan dan menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti dan merugikan orang lain atau mampu mengendalikan serta menahan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang berlaku. Remaja juga di harapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat negatif yang di timbulkan pada masa stroom and stress period.[13]
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 10 dan 13:[14]
(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini).
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
Berangkat dari kerangka di atas maka peneliti mengambil judul: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA (Study Kasus di SMK PGRI 2 Ponorogo).
II.      FOKUS PENELITIAN
Penelitian ini difokuskan pada Upaya Guru PAI dalam meningkatkan Self Control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo yang meliputi tujuan, kegiatan agama dan keagamaan  yang dilakukan dalam meningkatkan self control hasil yang di capai, serta faktor pendukung dan penghambat.
III.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah Pembelajaran Guru PAI di  SMK PGRI 2 Ponorogo?
2.    Bagaimanakah Upaya-upaya Guru PAI dalam meningkatkan  Self Control siswa di  SMK PGRI 2 Ponorogo?
3. Hasil apa yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo?
4.  Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap Peningkatan Self Control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo?
IV.   TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka Tujuan Penelitian yang ingin di capai adalah:
1.  Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pembelajaran Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
2.    Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan upaya-upaya Guru PAI dalam meningkatkan  self control siswa di  SMK PGRI 2 Ponorogo.
3.    Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.
4.   Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat terhadap peningkatan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.
V.     MANFAAT PENELITIAN
1.      Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat menunjukkan bahwa pendidikan agama dan keagamaan yang di lakukan oleh Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo dapat membentuk self control siswa.
2.      Praktis
Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan lebih lanjut bagi SMK PGRI 2 Ponorogo mengenai peranan Guru PAI dalam membantu siswa siswa membentuk self control yang baik.

VI.   LANDASAN TEORI DAN/ ATAU TELAAH PUSTAKA
Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-teori yang akan di jadikan landasan penelitian, yaitu:
·           Self Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. [15]
·           Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu: [16]
1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yaitu kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability)
2. Cognitive control (kontrol kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal).
3.   Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
·           Untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut:[17]
a.     Kemampuan mengontrol perilaku
b.     Kemampuan mengontrol stimulus
c.      Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
d.     Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.
e.     Kemampuan mengambil keputusan. 
·           Pendidikan agama Islam hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama Islam itu, benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali (controling) dalam hidupnya di kemudian hari. Untuk tujuan pembinaan pribadi itu, maka pendidikan agama hendaknya diberikan oleh guru yang benar-benar tercermin agama itu dalam sikap, tingkah laku, gerak-gerik, cara berpakaian, cara berbicara, cara menghadapi persoalan dan dalam keseluruhan pribadinya. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama akan sukses, apabila ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi guru. [18]
·           Tiga langkah orang dewasa dalam membangun kontrol diri pada anak, yaitu:[19]
1.  langkah pertama adalah memperbaiki perilaku anda, sehingga dapat memberi contoh control diri yang baik bagi anak dan menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan prioritas.
2. langkah kedua adalah membantu anak menumbuhkan sistem regulasi internal sehingga dapat menjadi motivator bagi diri mereka sendiri.
3.     langkah ketiga mengajarkan cara membantu anak menggunakan kontrol diri ketika menghadapi godaan dan stres, mengajarkan untuk berfikir sebelum bertindak sehingga mereka akan memilih sesuatu yang aman dan baik.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini terkait dengan tela’ah pustaka terdahulu yang berusaha mengupas pembahasan tentang:
1.   Mukh. Nur Sikin, tahun 2002, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam meningkatkan nilai-nilai Islam di SMU Negeri 5 Yogyakart.  Menghasilkan temuan tentang nilai-nilai agama Islam di Sekolah, meliputi sholat dhuha, sholat jama’ah dan membaca Al-qur’an melalui kegiatan ekstra kulikuler keagamaan.   
2.      Sriyati, tahun 2004, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam pembinaan Akhlak Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Menghasilkan temuan tentang pentingnya peranan guru PAI di SMK dalam menangani perilaku jelek siswa melalui pembelajaran PAI.
3.  Dewi Ima Maghfiroh 2004, yang berjudul: Pengaruh Pembelajaran PAI terhadap ketaatan beribadah siswi tingkat III di SMKN 2 Ponorogo, menghasilkan temuan tentang:
1)     Pembelajaran PAI di SMK Negeri 2 Ponorogo pada kategori sedang
2)  Ketaatan beribadah siswi tingkat III di SMK Negeri 2 Ponorogo pada kategori sedang.
3)   Ada pengaruh yang signifikan anatara pembelajaran PAI dengan ketaatan beribadah siswi tingkat III SMK Negeri 2 Ponorogo. Karena pembelajaran PAI selain berdasakan kurikulum yang di tetapkan juga berdasarkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat non kurikulum.
4.    M. Nur Ghufron, tahun 2003, yang berjudul: Hubungan Kontrol diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik. Menghasilkan temuan tentang:
1)    Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik.
2)    Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplinotoriter orang tua dengan prokrastinasi akademik
3) Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokrasi orang tua dengan prokrastinasi akademik.
4)   Ada hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orang tua dengan prokrastinasi akademik.
Berdasarkan judul skripsi yang mereka angkat, maka penulis akan mengadakan penelitian, sehingga sampai saat ini gagasan penelitian muncul dan belum ditemukan penelitian yang membahas tentang: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo, hal ini sebagai bentuk betapa urgennya self control bagi anak SMK.
VII.  METODOLOGI PENELITIAN
1.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data lansung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.[20]
Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, partisipatories, dan penelitian tindakan kelas.
Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus (case study), yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.[21]
2.      Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.[22]
Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci, partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain adalah sebagai penunjang.
3.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMK PGRI 2 Ponorogo karena di dasarkan pada beberapa pertimbangan:
·         SMK adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki konotasi keagamaan yang tidak begitu baik menurut pandangan masyarakat. Ternyata memiliki suatu kegiatan keagamaan yang begitu unik, sehingga Guru Pendidikan Agama Islam di SMK sangat berperan dalam memantau penyimpangan perilaku para siswa.
·         Adanya Imam-Imam setiap Kelas yang bertujuan untuk mendisplinkan berjalannya kegiatan sholat jama’ah Dluhur  dan kursus membaca Al-Qur’an.
·         Keberhasilan pendidikan agama Islam tidak hanya dilihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas dan keaktifan mengikuti ekstra keagamaan, tapi harus dilihat juga dari meningkatnya pengendalian diri pada siswa dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya.
Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tidakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan catatan tertulis adalah sumber data tambahan.
5.      Prosedur Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlansung dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
·         Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara anatara lain adalah (a) mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain, (b) mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.[23]
Sedangkan jumlah informan yang diambil terdiri dari: 1). Kepala Sekolah SMK PGRI 2 Ponorogo; 2). Guru Bimbingan dan Penyuluhan SMK PGRI 2 Ponorogo; 3). Guru PAI SMK PGRI 2 Ponorogo; dan 4). Seluruh Imam Kelas SMK PGRI 2 Ponorogo.  
·         Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut tiga cara.  Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini digunakan tehnik observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan.
·         Tehnik Dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.
“Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenihi accounting. Sedangkan “Dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya. [24]
6.      Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka langka berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data. Yang di maksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.
Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti  menggunakan model spradley, yaitu tehnik analisa data yang di sesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:
1.   Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data grand tour question, yakni pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity),
2.   Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang informan “key informant” yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan analisis domain.
3.     Pada tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa data dilakukan dengan analisis taksonomi.
4.     Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis komponensial.
5. Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan tema-tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan laporan penelitian kualitatif. [25]
7.      Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat diadakan pengecekkan dengan tehnik pengamatan yang tekun, dan triangulasi.
Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.
8.      Tahapan-tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian; (2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian  dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian.
VIII.    SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Di dalam penulisan skripsi ini diawali dengan halaman formalitas, yang terdiri dari: halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
Dalam pembahasan skripsi penulis membagi dalam bagian-bagian, tiap bagian terdiri bab-bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang saling berhubungan dalam kerangka satu kesatuan yang logis dan sistematis.
Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan.
Membahas tentang: Latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II. Landasan Teori dan/atau Telaah Pustaka.
Membahas tentang: Guru Pendidikan Agama Islam dan self control remaja yang terdiri dari pengertian dan tujuan.
Bab III. Temuan Penelitian.
Membahas tentang: Gambaran umum SMK PGRI 2 Ponorogo yang berisi tentang sejarah singkat, letak geografis, visi, misi dan tujuan serta sarana dan prasarana. Dan tentang deskripsi data meliputi bentuk pembelajaran guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, Upaya Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, serta hasil yang di capai dan faktor-faktor pendukung dan penghambat.
Bab IV. Laporan hasil penelitian.
Membahas tentang: Analisa bentuk pembelajaran Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, analisa Upaya Guru PAI di SMK 2 Ponorogo, serta analisa hasil yang di capai dan faktor-faktor pendukung dan penghambat.
Bab V. Penutup.
Membahas tentang: Kesimpulan dan saran. Dan setelah lima bab, kemudian diikuti dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar riwayat hidup.
IX.       DAFTAR ISI SEMENTARA
Bagian Awal
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (kalau ada)
DAFTAR GAMBAR (kalau ada)
DAFTAR LAMPIRAN
PEDOMAN TRANSLITERASI
Bagian Inti
BAB I :     PENDAHULUAN
B.   Latar Belakang Masalah
C.   Fokus Penelitian
D.   Rumusan Masalah
E.   Tujuan Penelitian
F.    Manfaat Penelitian
G.   Metode Penelitian
1.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
2.    Kehadiran Peneliti
3.    Lokasi Penelitian
4.    Sumber Data
5.    Prosedur Pengumpulan Data
6.    Analisis Data
7.    Pengecekan Keabsahan Temuan
8.    Tahapan-tahapan Penelitian
H.   Sistematika Pembahasan
BAB II:     LANDASAN TEORITIK DAN ATAU TELAAH PUSTAKA
A.   Guru dan Pendidikan Agama Islam
1.  Pengertian
2.  Kurikulum Pendidikan Agama Islam
3.  Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam
a.  Cara Melaksanakan Pelajaran
b.  Metode Pembinaan rasa beragama
4.  Penilaian Pendidikan Agama Islam
B.   Self Control  dan  Remaja
1.  Pengertian
2.  Jenis dan Aspek Self Control
3.  Manfaat self control  bagi remaja
4.  Langkah-langkah dalam membangun self control remaja
BAB III:    TEMUAN PENELITIAN
A.   Gambaran Umum SMK PGRI 2 Ponorogo
1.    Sejarah Singkat SMK PGRI 2 Ponorogo
2.    Letak Geografis SMK PGRI 2 Ponorogo
3.    Visi, Misi dan Tujuan SMK PGRI 2 Ponorogo.
4.    Sarana dan Prasarana SMK PGRI 2 Ponorogo.
B.   Deskripsi Data.
1.    Pembelajaran  Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
2.    Upaya Guru PAI dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.
3.    Hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo
4.    Faktor Pendukung dan Penghambat dalam meningkatkan self control siswa di  SMK PGRI 2 Ponorogo.
BAB IV :           PEMBAHASAN
1.  Analisa pembelajaran  Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
2.  Analisa upaya Guru PAI dalam Meningkatkan self Control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.
3.  Analisa hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.
4.  Analisa faktor Pendukung dan Penghambat dalam meningkatkan self control siswa di  SMK PGRI 2 Ponorogo.

BAB V   :  PENUTUP

A.  Kesimpulan.
B.  Saran
Bagian Akhir
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
X.        DAFTAR RUJUKAN SEMENTARA
Al-Mighwar, Muhammad. Psikologi Remaja; Petumjuk bagi guru dan orang tua. Bandung: Pustaka Setia, 2006.  
Al-Qur’an dan Terjemahanya, 18: 10; 18: 13.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Borba, Michele. Membangun Kecerdasan Moral; Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan Dan Tantangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Fatimah, Enung. Psikologi Perkembangan; Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Ghufron, M. Nur. ” Hubungan Kontrol diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik.” Tesis Ilmu Psikologi UGM Yogyakarta, 2003. http://www.damandiri.or.id/file/mnurgufronugmbab2.pdf
Gunarsa, D. Singgih. Bunga rampai Psikologi Perkembangan; Dari anak sampai usia lanjut. Jakarta: Gunung Mulia, 2006.
Hasil observasi awal di  SMK PGRI 2 PONOROGO. Pada senin, 1-30 November 2007, pukul. 07.30 WIB-12.45 WIB.
Hasil wawancara dengan Pak Didik (Salah satu satpam di SMK PGRI 2 Ponorogo) pada Senin , 26 November 2007, pukul. 12.30 WIB-12.45 WIB.
Kartono, Kartini.  dalam Kamus Lengka PsIkologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.
Makmun, Abin Syamsuddin. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
 Mulyasa. Menjadi Guru Profesinal; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Sugiyono, Metodologi Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D Bandung: Alfabeta, 2006.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
Usman, Uzer.  Menjadi Guru Proffesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.
Zulkarnain. digitized by USU digital library 13 b, 2002.  http://cc.msnscache.com/cache.aspx?q=72947682205551&mkt=en-ID&lang=en-ID&w=b55ac2e6&FORM=CVRE
http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/08/contoh-proposal-penelitian-kualitatif.html


[1] Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 94.
[2] Menurut Robert J. Havighurst dalam (Adam & Gullota, 1983: 165), mengartikan tugas perkembangan sebagai berikut: A developmental task is a task which aries at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success whith later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty whith later task. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pad periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya: sementara jika gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, sehingga bisa  menimbulkan penolakan masyarakat, kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Lihat: Elfi Yuliana Rochmah, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Teras, 2005), 62.
[3] Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan; Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 122-123.
[4] Menurut Piaget (Sarlito, 1991: 81) perkembangan kognitif seseorang melalui tahapan berikut: a. Masa Sensori motorik (0, 0-2,5). Masa ini adalah masa ketika bayi menggunakan system pengindraan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya, b. Masa Praoperasional (2, 0-7,0). Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak dalam menggunakan symbol yang mewakili suatu konsep, c. Masa konkreto prarasional (7, 0-11,0). Pada tahap ini, anak sudah dapat melakukan berbagai tugas yang konkret, d. masa operasional (11, 0-dewasa). Pada usia remaja dan seterusnya, seseorang akan mampu berpikir abstrak dan hipotetis. Lihat: Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan; Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 24-25.
[5] Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja; Petunjuk bagi guru dan orang tua (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 136.
[6] Hasil observasi awal di  SMK PGRI 2 PONOROGO. Pada senin, 1-30 November 2007, pukul. 07.30 WIB-12.45 WIB.
[7] Hasil wawancara dengan Pak Didik (Salah satu satpam di SMK PGRI 2 Ponorogo) pada Senin , 26 November 2007, pukul. 12.30 WIB-12.45 WIB.
[8] Singgih D. Gunarsa, Bunga rampai Psikologi Perkembangan; Dari anak sampai usia lanjut (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 262.
[9] Uzer Usman, Menjadi Guru Proffesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 7.
[10]  Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rinneka Cipta, 1996), 76-77.
[11] Zakiah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 79-80.
[12] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 103.
[13] Menurut pandangan konfusius, Self Control (control diri) adalah kualitas diri (self-sufficiency) dan keteraturan diri (self-regulation). Sedangkan self Regulation adalah kemampuan individu untuk menahan dorongan-dorongan dan kemampuan individu untuk mengendalikan tingkah lakunya pada saat tidak adanya kontrol dari lingkungan. Sedangkan Self- Regulation yang baik merupakan kriteria dari self-Control yang baik pula. Lihat: Singgih D. Gunarsa, Bunga rampai Psikologi Perkembangan; Dari anak sampai usia lanjut (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 254-256.
[14]  Al-Qur’an dan Terjemahanya, 18: 10; 18: 13.
[15]  Kartini Kartono,  dalam Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 38.
[16] Zulkarnain. digitized by USU digital library 13 b, 2002.  http://cc.msnscache.com/cache.aspx?q=72947682205551&mkt=en-ID&lang=en-ID&w=b55ac2e6&FORM=CVRE
[17] M. Nur Ghufron. ” Hubungan Kontrol diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik.” Tesis Ilmu Psikologi UGM Yogyakarta, 2003. http://www.damandiri.or.id/file/mnurgufronugmbab2.pdf
[18]  Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 128.
[19] Michele Borba, Membangun Kecerdasan Moral; Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 107-125.
[20] Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif  (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), 3.
[21] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 22.
[22] Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi-sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek. Dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat Lexy Moleong. Metodologi Pernelitian Kualitatif, 117.
[23] Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), 135.
[24] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta: 1998), 229-236.
[25] Sugiyono, Metodologi Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2006), 253.

Senin, 04 Maret 2013

Teknologi Bahan Terbaru: Metamaterial Yang Eksotis


pantulan bahan
            Metamaterials mengungkapkan beberapa properti yang paling menarik yang pernah dilihat pada bahan dan akan memiliki potensi untuk mengubah industri dengan cara yang mendasar. Aplikasi bisa sangat luas mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi, dan bahkan bidang seni.
            Metamaterials adalah bahan buatan rekayasa teknologi manusia yang memiliki struktur geometris yang dibangun dari bahan mikroskopis yang dapat direkayasa. Tujuannya adalah agar bahan baru tersebut dapat mengarahkan cahaya, suara, dan (gelombang lainnya) dengan cara yang bermanfaat.

Metamaterial Tembus Pandang
            Seorang ahli bahan dapat menggunakan geometri, ukuran dan susunan struktur material untuk menciptakan efek yang berbeda dari aslinya. Salah satu contoh klasik adalah penggunakan array kumparan tembaga untuk jubah tembus pandang pada obyek 2D sehingga ketika disinari dengan frekuensi tertentu dari gelombang elektro magnetik, seperti Duke University pada tahun 2006, obyek tersebut akan mampu menghilang dari pandangan manusia.
Masalah dengan perangkat Universitas Duke 2006 adalah bahwa ia hanya bekerja untuk benda 2D dan di satu frekuensi tunggal microwave.
            Jika kita ingin membuat sesuatu yang kasat mata, kita perlu untuk membuatnya bekerja:
1. dalam spektrum terlihat,
2. di pita lebar cahaya tampak,
3. untuk objects 3D
            Dan pada tahun 2012, teknolog sekarang telah dapat menciptakan jubah microwave untuk bentuk obyek dasar 3D. Para ahli juga telah mampu membuatnya bekerja pada pita lebar (yaitu tidak hanya satu frekuensi tunggal tetapi di berbagai frekuensi). Saat ini juga tengah diujicoba metamaterial pertama yang akan dapat beroperasi di spektrum cahaya terlihat menggunakan tebal 15 sampai 35 nanometer lapisan perak dan silsesquioxane hidrogen (sejenis kaca).
            Ini membutuhkan mungkin 5 tahun sebelum kita bisa mencapai karakteristik pita lebar, 3D, spektrum visual pada metamaterial yang akan dapat dipakai pada benda normal dan mata manusia.  Dan kemudian 5 tahun lagi untuk mencari tahu bagaimana skala manufaktur untuk objek skala besar. Salah satu idenya adalah dengan menggunakan bio teknologi sintetis untuk menghasilkan bakteri yang mampu mencetak lapisan nanometer ke permukaan bahan untuk memberikan daya tembus terukur dan murah.     

Metamaterial untuk Gelombang Jenis Lainnya
            Metamaterials memperoleh sifat eksotis mereka dengan berinteraksi dengan gelombang dengan cara khusus. Ternyata, anda juga dapat menerapkan konsep yang sama dengan jenis lain dari gelombang menggunakan metamaterials.
            Anda dapat membuat jubah untuk: radar (itu hanya gelombang radio), akustik (menyembunyikan anda dari Sonar), gelombang seismik (yang akan membantu anda memblokir/mengalirkan gelombang gempa yang masuk ke bangunan).
            Yang paling akhirnya, metamaterial memungkinkan kita untuk menyembunyikan objek dari bentuk yang paling dikenal terhadap kemungkinan serangan untuk pertahanan militer (menyembunyikan obyek strategis dan lain-lain). Meskipun demikian metamaterial bukan hanya tentang tembus pandang visual - membuat bangunan anda "tak terlihat", namun juga untuk gelombang gempa agar bisa masuk desain bangunan standar dalam 10 tahun. Cloaking wifi Anda / sel jaringan dari interference dari jaringan lainnya bisa meningkatkan bandwidth jaringan dan mengurangi latency. Sebagian juga bisa untuk cloaking permukaan monitor anda agar dapat mengurangi ketegangan mata dan menghapus refleksi.     

Metamaterial untuk Lensa Super
            Di sinilah yang akan benar-benar menarik, metamaterials juga dapat menghasilkan banyak efek di luar efek cloaking. Tergantung pada, ukuran pengaturan geometri, dan bahan-bahan yang digunakan, adalah mungkin untuk membuat lensa super yang memungkinkan kita untuk melampaui batas difraksi lensa normal.
            Paling minimal: membuat chip lebih kecil melalui lensa resolusi tinggi, mikroskop super, dan atau lensa kamera telepon mobile yang lebih baik. Transfer daya nirkabel yang lebih fokus, pencitraan satelit yang lebih baik, sel surya yang lebih efisien, laser yang lebih fokus dan masih terbuka untuk alat-alat lainnya yang memiliki lensa.
            Namun untuk saat sekarang, teknologi lensa super masih terbatas pada satu frekuensi dan belum ke spektrum cahaya terlihat tapi rintisan ini telah dibuka. Selanjutnya lensa super dapat diterapkan pula pada jenis gelombang lainnya, akustik, seismik dan magnetik misalnya mikrofon yang sangat peka sekaligus aman untuk perangkat mobile.     

Metamaterial untuk bidang Mekanika
            Metamaterial dapat membalikkan index bias cahaya (ilustrasi gambar), namun teknologi terbaru juga mengungkapkan bahwa metamaterial juga dapat digunakan untuk membalikkan sifat-sifat bahan di luar bidang optik (karakter mekaniknya).
            Sebagai contoh, ketika metamaterial kita tekan ke dalam sepotong busa elastis atau balon, normalnya, busa akan tertekuk ke dalam. Namun dengan metamaterial, kita dapat membuat busa menyembul ke arah luar menuju arah gaya datang/melawan tekanan jari kita! Jadi sifat mekanisnya juga terbalik. Ini adalah penemuan terbaru yang dibuat pada tahun 2012. Aplikasi akan sangat luas meliputi: teknologi sneakers/sepatu yang lebih nyaman, casing mobile phone yang lebih baik yang tidak pecah ketika anda menjatuhkannya, roda yang lebih efisien untuk mobil dan pelindung tubuh yang lebih baik (mungkin baju anti peluru yang lebih kuat).     

Antena WIFI yang lebih baik.
            Intelektual Ventures Nathan Myhrvold baru-baru ini menemukan antena metamaterials, yang akan membantu meningkatkan bandwith koneksi internet anda. Masing-masing unsur antena metamaterial dapat disetel untuk mengarahkan gelombang radio. Demikian juga, ini berarti ponsel yang lebih baik karena menghemat energi. Dan di sisi operator ponsel ini berarti membuat transceiving data yang lebih hemat daya.             
Membalik Arah Waktu
            Salah satu teori liar yang juga berkembang karena hadirnya metamaterial adalah proses untuk membalik arah waktu. Maksudnya ? Seperti kita ketahui, jika anda menjatuhkan handphone anda dan kemudian pecah berantakan, sedikit  yang bisa anda lakukan. Namun dengan metamaterial, sebuah benda bisa dipasang semacam blue print komponennya (atau semacam DNA teknis). Hal ini memungkinkan rekonstruksi ulang handphone anda ke keadaan semula. Bukan dengan merakit ulang komponennya namun dengan membalik karakteristik bahannya pada level mikroskopis.

Kabel yang Dapat Melar


Judul artikel ini mungkin terkesan lucu dan mengada-ada. Tetapi memang demikianlah adanya.

 Sejumlah peneliti material dari North Carolina State University, USA, saat ini tengah mengembangkan suatu bahan campuran baru yang dapat digunakan sebagai penghantar aliran listrik (kabel) yang dapat ditarik melar hingga 8 kali lipat ukuran awalnya.

 Meskipun hingga kini bahan tersebut masih dalam tahap uji coba, tetapi sejumlah hasil penelitian mereka mengungkapkan bahwa kondisi tersebut telah berhasil dicapai. Setidaknya laporan tersebut telah tertuang dalam jurnal ilmiah mereka berjudul Advanced Functional Material.

 Secara umum, susunan konstruksi dasar material tesebut adalah berupa 'pipa' elastis berisi logam 'cair' super konduktif (Highly Conductive Liquid Metal Alloy).

 Hingga saat ini para peneliti tersebut masih terus berusaha menyempurnakan temuan mereka tersebut agar dapat diproduksi secara ekonomis.

 Sumber : Tulisan Dan Nosowitz di www.popularscience.com tanggal 19 Desember 2012.

Penemuan Planet yang Mirip Bumi

Keterangan gambar: Perbandingan Ukuran Bintang Tau Ceti dengan Matahari
Matahari ada di sebelah kiri.
Sejumlah ahli astronomi dari University of Hertfordshire yang dipimpin oleh Mikko Tuomy berhasil menemukan planet yang mungkin memiliki kondisi seperti Bumi, yang berarti juga mungkin terdapat kehidupan di planet tersebut (exoplanet).
Penemuan tersebut diperoleh setelah Mikko dan para anggota tim peneliti tersebut melakukan lebih dari 6.000 kali pengamatan kearah bintang Tau Ceti. Dengan menggunakan metode analisa yang disebut dengan istilah Bayesian Analysis Methods, mereka mendapatkan kesimpulan bahwa bintang Tau Ceti memiliki 5 planet yang mengorbit di sekeliling bintang tersebut dengan jarak lebih dekat dari pada jarak orbit Mars ke Matahari.
Pemilihan bintang Tau Ceti sebagai fokus pengamatan tim ini berawal dari proyek Ozma pada tahun 1960 yang bertujuan mencari kemungkinan adanya kehidupan di luar planet Bumi. Bintang Tau Ceti saat itu dipilih karena memiliki kekuatan pancaran sinar yang mirip dengan kekuatan pancaran sinar Matahari.
Bintang Tau Ceti merupakan bintang terdekat ke Matahari diurutan keduapuluh, dengan jarak kira-kira 11,9 tahun cahaya dari Matahari. Tau Ceti tergolong dalam bintang kelas G, dengan massa sebesar 0,78 dari massa Matahari, dan luminosity lebih kurang separuh dari Matahari. Diperkirakan usia bintang ini satu milyar tahun lebih tua dari pada Matahari. Dan kondisinya sangat stabil, lebih stabil daripada Matahari.
Berdasar penelitian Mikko dan kawan-kawan, diperoleh data sebagai berikut :
Planet Radius Orbit Periode Orbit Massa dibanding Bumi
Tc b 0,105 14 hari 2,0 kali
Tc c 0,195 35 hari 3,1 kali
Tc d 0,374 94 hari 3,6 kali
Tc e 0,552 168 hari 4,3 kali
Tc f 1,35 642 hari 6,6 kali
Kelima planet tersebut memiliki orbit membentuk lingkaran hampir sempurna mengelilingi bintang Tau Ceti. Selain berbeda dalam hal ukuran bintang dan planet, Tau Ceti diperkirakan tidak memiliki unsur logam sama sekali sehingga dapat disimpulkan bahwa planet-planet yang mengelilinginya diperkirakan tidak mengandung karang. Bahkan mungkin berupa planet air.
Bintang Tau Ceti memiliki tingkat kecerahan sinar hanya 55% dari Matahari, sehingga kemungkinan diantara kelima planet tesebut, planet yang mungkin mengandung kehidupan berjarak lebih dekat ke Tau Ceti jika dibandingkan jarak Bumi ke Matahari.
Jarak orbit Tc b dan Tc c terlalu dekat ke bintang Tau ceti dan jarak orbit planet Tc d kira-kira sebanding dengan pertengahan jarak orbit Venus dan Merkurius terhadap Matahari. Sehingga tidak mungkin bisa ditemukan kehidupan di sana.
Jarak yang ideal sesuai dengan kecerahan Tau Ceti adalah jarak Tc e terhadap Tau Ceti. Dalam jarak tersebut dimungkinkan adanya air, walaupun mungkin sedikit lebih dingin daripada air Bumi.
Sementara itu Laboratorium Penenelitian Planet Berhabitat di Puerto Rico menambahkan catatan bahwa kemungkinan planet Tc e dan Tc f memiliki kehidupan mengingat lapisan atmosfir dikedua planet tersebut diperkirakan tidak terlalu tebal sehingga memungkinkan kedua planet tersebut lebih hangat daripada semestinya. Dengan kehangatan tersebut memungkinkan unsur air yang ada tidak akan membeku sehingga bisa menjadi pendukung kehidupan. Dan dimana ada air (H2O), maka kemungkinan pula di situ terdapat oksigen (O2).
Sumber : Tulisan Brian Dodson di www.gizmag.com tanggal 20 Desember 2012.

Lomba Senjata China Versus Amerika Serikat


Hanya dalam masa satu generasi saja, kini Negeri Tirai Bambu telah bertransformasi dari negeri agraris terbesar menjadi negeri yang memiliki kekuatan industri dan perdagangan yang sangat kuat. Perekonomian China saat ini 20 kali lebih besar dari pada 20 tahun yang lalu dan kini mulai mendekati kekuatan ekonomi Amerika Serikat yang merupakan negara dengan perekonomian terkuat saat ini.

 Tetapi hal lain yang juga perlu menjadi perhatian disamping kekuatan perekonomian yang luar biasa pesatnya adalah kenyataan bahwa pemerintah China saat ini juga secara aktif tengah membangun kekuatan militer mereka.

 Sepuluh tahun yang lalu, budget yang dialokasikan untuk Tentara Pembebasan Rakyat China (People's Liberation Army) adalah sekitar 20 milyar dollar. Dan saat ini, sejumlah analis memperkirakan budget kemiliteran tersebut telah hampir mencapai 160 milyar dollar.

 Presiden China Hu Jin Tao menyatakan bahwa saat ini Tentara Pembebasan Rakyat China tengah mengemban misi bersejarah baru diabad 21. Dari tugas menjaga kedaulatan Negara China menjadi tentara berkekuatan global agar dapat menjadi negara super power sejati.

 Dalam beberapa kejadian yang lalu kehadiran tentara China memang dapat berjalan seiring dengan militer Amerika Serikat seperti pada saat China bergabung dalam patroli anti bajak laut di laut Somalia.

 Tetapi sejumlah analis mengkhawatirkan jika suatu saat kedua kekuatan tersebut bertemu di suatu kondisi dengan tujuan yang saling beseberangan. Maka yang terjadi akan sangat riskan karena kedua negara tersebut sama-sama memiliki teknologi militer yang terbaik dewasa ini.

 Pejabat pemerintahan Amerika Serikat tidak hanya menghawatirkan besarnya budget militer China, tetapi juga adanya kenyataan bahwa militer China saat ini memiliki kemampuan teknologi militer yang hampir setaraf dengan Amerika Serikat.

 Sebagai contoh, selama ini Amerika berpendapat bahwa pesawat tempur F-22 dan F-35 adalah pesawat-pesawat tempur generasi kelima yang hanya dimiliki Amerika Serikat saja (kedua jenis pesawat ini adalah pesawat-pesawat yang memiliki kemampuan anti terlacak radar, berkemampuan mesin dan sistim kontrol penerbangan yang terhebat, serta memiliki sistem komputer jaringan khusus). Tetapi, pada tahun 2011, saat menteri pertahanan Amerika Serikat Robert Gates berkunjung ke China, Presiden China Hu Jin Tao menyambutnya dengan menampilkan pertunjukan penerbangan pesawat tempur J-20 di atas kota Cheng Du (Ini baru satu jenis pesawat anti radar yang tidak dirahasiakan, bagaimana dengan yang lain?).


Yilong
China juga kini aktif mengembangkan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle). Contohnya pesawat Yilong I (Pterodactyl) dan BZK-005 yang keduanya memiliki spesifikasi persis dengan Predator dan Global Hawk milik militer Amerika Serikat. Sebelum kedua pesawat ini diperkenalkan, China juga tercatat memiliki pesawat tanpa awak yang oleh pihak barat dijuluki sebagai Dark Sword. Dark Sword ini pertama kali terdeteksi pihak barat pada tahun 2006 yang lalu dan diperkirakan mampu melakukan perjalanan tanpa awaknya jauh dari wilayah China. Dan untuk mendukung kekuatan pesawat tempur mereka, musim panas yang lalu pemerintah China telah mengumumkan pembangunan 11 pangkalan udara baru di sepanjang pantai China.

 Sebagai tambahan, jika sebelumnya hanya Amerika Serikat yang memiliki kemampuan untuk mengirimkan kapal induk yang penuh dengan pesawat siap tempur kesetiap penjuru bumi, China kini diketahui telah membeli kapal induk milik mantan Uni Soviet berukuran 65 ribu ton dengan memanfaatkan suatu Travel Agen palsu sebagai perusahaan pembelinya. Kapal induk tersebut diketahui kini telah dilengkapi dengan mesin dan persenjataan baru termasuk dalam hal ini sejumlah rudal permukaan ke udara yang oleh pihak barat dijuluki Flying Leopard (Singa Terbang) dan sistem pertahanan udara otomatis. Kapal induk tersebut kini bernama Liao Ning mampu mengangkut 50 unit pesawat jet tempur Shen Yang J-15 'Flying Shark' (Hiu Terbang). Jet tempur ini berkemampuan sebanding dengan Jet Tempur Amerika Serikat jenis F-18.

 Dan sebagai perkembangan teknologi untuk Angkatan Darat China, pemerintah China kini juga telah memiliki sejumlah rudal jarak jauh yang berkode DF-21D. Rudal ini dapat diluncurkan dari truk khusus, sehingga dapat dimobilisasi dengan cepat. Pihak barat menjulukinya sebagai Carrier Killer.

 Disamping itu, secara rahasia, China diketahui tengah menyiapkan sejumlah kapal perusak anti deteksi radar yang masing-masing berukuran 8 ribu ton dan sejumlah kapal selam nuklir serta sejumlah kapal peluncur kendaraan amphibi.

 Kabar terbaru menyatakan bahwa China baru saja meluncurkan kapal penjelajah baru berukuran 36 ribu ton bernama Bahai Sea Green Pearl yang mampu mengangkut 2 ribu prajurit beserta 300 kendaraan tempurnya. Dalam hal ini China menyatakan bahwa kini mereka siap mendukung misi keamanan PBB meskipun pasukan mereka harus berada di pedalaman Afrika atau Amerika Selatan.

 Perlu diketahui bahwa hingga saat ini, sistem informasi militer dan pemerintahan Amerika Serikat 80% mengandalkan satelit dan GPS.

 Sementara itu, China diketahui tengah mengembangkan sejumlah satelit mikro yang mampu bertindak sebagai pesawat 'kamikaze' sehingga mampu merontokkan satelit manapun yang dipandang sebagai bahaya bagi China dengan cara menabrakkan diri ke satelit lawan. Disamping itu di permukaan bumi pun China tengah mengembangkan sejumlah senjata laser yang dapat melelehkan satelit manapun yang dianggap sebagai musuh yang melintas di wilayah udara China.

 Kolonel Senior Yao Yun Zhu dari Chinese Academy of Military Science menyatakan bahwa kini Amerika Serikat bukanlah satu-satunya negara dengan kekuatan super power di ruang angkasa. China tengah menyiapkan pengiriman lebih dari 100 satelit militer dan sipil dalam dekade ini dengan menggunakan pesawat ruang angkasa pengirim tanpa awak dan dapat dipakai ulang. Pesawat ruang angkasa tersebut bernama Shen Long.

 Dalam hal perang 'Cyber', China juga mengembangkan suatu sistem yang disebut sebagai Informationized Warfare (Peralatan Perang Sistem Informasi). Jika Amerika Serikat memiliki Cyber Command, China kini tengah melatih sejumlah 130.000 personil untuk perang sistem informasi.


X47B
Sementara itu, minggu lalu, Angkatan Laut Amerika Serikat telah selesai melaksanakan uji penempatan pesawat X-47B di kapal induk bertenaga nuklir kelas Nimitz USS Harry S Truman. X-47B adalah pesawat jet tempur tanpa awak (Unmanned Combat Air System / UCAS) buatan Northrop Grumman Amerika Serikat.

 Uji coba ini dimulai tanggal 26 November 2012 yang lalu. Dalam uji coba kali ini masih belum meliputi tes lepas landas dan mendarat di kapal induk tersebut. Uji coba kali ini antara lain bertujuan melakukan pengetesan tata cara pengangkutan dan penempatan pesawat khusus ini di kapal induk, penarikan di geladak dengan traktor pemindah, pengarahan posisi dengan kontrol operator menggunakan katrol, dan pengetesan sistem digital mesinnya dalam area yang dipenuhi gelombang elektromagnet.

 Kembali ke pembahasan teknologi militer China dan Amerika Serikat, kedua negara ini sama-sama memiliki persenjataan nuklir. Tetapi kedua belah pihak diperkirakan tak akan menggunakan itu semua karena kedua belah pihak sama-sama mengetahui bahwa penggunaan senjata nuklir adalah sama saja dengan bunuh diri, mengingat efek senjata nuklir tidak hanya menghancurkan lawan tetapi radiasinya juga dapat menghantam diri sendiri dan pihak lain yang tidak terlibat.

 Dan hingga saat ini, tak satupun negara di dunia ini memiliki kesiapan cukup untuk menghadapi perang nuklir. Walau pun semua negara pemilik senjata nuklir juga telah membangun bunker-bunker tahan radiasi nuklir, tak satu pun bunker-bunker tersebut terjamin 100% aman dari radiasi radio aktif. Dan bunker-bunker tersebut juga tak akan mampu menampung semua warga negara pemilik senjata-senjata nuklir tersebut.
 Sehingga, justru yang menjadi kekhawatiran Amerika Serikat adalah persenjataan-persenjataan non nuklir pihak China.

 Memang saat ini Amerika Serikat dan China terikat dalam banyak kesepakatan perdagangan dan investasi. Tetapi seperti di uraikan sebelumnya, akan selalu ada kemungkinan kedua pihak ini dapat memiliki kepentingan yang saling berseberangan, dan ini bersifat sangat riskan meskipun kedua pemerintahan menyatakan bahwa perselisihan yang mungkin terjadi antar dua negara akan menimbulkan efek merugikan yang sangat besar bagi kedua belah pihak sehingga mereka akan selalu berusaha menghindari konfrontasi langsung.

 Mungkin itu juga sebabnya saat sejumlah laporan intelijen menunjukkan bahwa pesawat mata-mata Iran RQ-170 yang jatuh di perbatasan Iran baru-baru ini ternyata dibuat dengan bekerjasama dengan sejumlah ilmuwan China, pemerintah Amerika Serikat memilih untuk tidak banyak berkomentar.

 Memang dalam banyak hal Amerika Serikat perlu sangat berhati-hati dalam menghadapi China. Karena, berbeda dengan Uni Soviet dulu yang merupakan gabungan dari banyak negara-negara komunis yang 'terpaksa' bersatu dalam Persatuan Soviet dan terdiri dari banyak ras suku bangsa sehingga relatif mudah dipecah-belah. China sejak zaman dahulu adalah negeri tunggal yang secara ras cukup homogen.

 Selain itu, di Amerika Serikat sendiri sejak zaman koboy sudah banyak orang-orang keturunan China yang sulit dibedakan mana yang keturunan China Sosialis dan mana yang Kapitalis. Berbeda dengan Negara China, dimana keberadaan orang kulit putih sangat mudah di tandai.

Sumber : Tulisan Peter W.Singer di www.popularscience.com dan tulisan David Szondy di www.gizmag.com. Gambar-gambar peralatan militer China karya Nick Kaloterakis di www.popularscience, foto pesawat X-47B merupakan properti US Navy di www.gizmag.com.

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Andalas 2009 Alumni Ponpes Asy-Syarif Angkatan 09,, Alumni Ponpes Madinatul Munawwarah angkatan 06.